Bismillahi...
“Untuk menggoreng kerupuk saja, kita harus
tahu ilmunya. Jika tidak, bisa jadi gosong kerupuk tersebut.” - My Daddy-
Alhamdulillah…
Pekan satu kelas telur-telur sudah berlangsung. Saya terus belajar beradaptasi
dalam kelas ini. Bagaimana mengoperasikan Facebook yang baru pertama kali saya
gunakan lagi sejak bertahun-tahun lamannya. Haha… Alhamdulillah sekalipun masih
kurang terampil saya bersyukur masih bisa memahami jalannya kelas dengan
pembelajaran melalui media FB.
Pada pekan kedua
ini, materi diberikan langsung oleh Pak Pandu Kartika Putra. Beliau
menyampaikan beberapa hal terkait belajar cara belajar, poin yang saya bold
adalah metakognisi dan komponen pembelajaran mandiri.
Metakognisi merupakan pengetahuan dan
kesadaran seseorang tentang kognisinya sendiri-sendiri dan mempunyai tiga macam
fungsi esensial, yaitu merencanakan, memonitor dan mengevaluasi proses kognisi
agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kalau pakai bahasanya Pak Pandu adalah Bagaimana kita aware terhadap proses
belajar kita sendiri? Pak Pandu menyarankan dengan membuat peta belajar,
akan memudahkan kita untuk mencapai tujuan dari belajar itu. Dalam tugas pekan
kedua kali ini, saya menganggapnya sebagai intisari dari peta belajar yang
dikemas dalam telur merah. Tentu lebih simple untuk kita buat. Alhamdulillah…
v Lalu
apa tugasnya?
Jika pekan
satu kita sudah diajak untuk menemukan kekuatan diri, maka pada pekan kedua
ini, kita diajak untuk Menguatkan
Keterampilan. Keterampilan tersebutlah yang akan kita gunakan untuk
mendukung kekuatan diri yang sudah kita tentukan pada pekan pertama. Kurang
lebih seperti itu. Seru sekaliii yaa…
Sebagaimana
kalimat awal pembuka jurnal ini yaitu mengenai menggoreng kerupuk yang
membutuhkan ilmu, jika kita tahu ilmunya maka kita akan lebih terampil dalam
menggoreng kerupuk. Saya pakai contoh kerupuk karena ini makanan paling
sederhana, tidak bergizi namun disukai banyak orang bahkan anak-anak. Hehe..
Berarti poinnya adalah bahwa dalam
menjalani segala lini kehidupan kita harus tahu ilmunya. Jika tidak tahu
ilmunya, tentu akan kesulitan untuk dapat mencapai terampil.
Jika dalam pekerjaan sederhana saja kita
tidak mampu memberikan yang terbaik, maka jangan berhaharap kita akan mampu
menjalankan hal yang lebih besar.
v Apa
saja keterampilan yang perlu saya kuatkan?
Saat
sebelum mengerjakan tugas ini, saya baru saja menyelesaikan road map visi dan
misi sebagai istri dan juga menuliskan kembali road map visi dan misi keluarga
saya. Dari hal itu saya semakin memahami, keterampilan apa saja sih yang saya
perlukan dan harus dikuatkan. Saat ini saya berperan menjadi hamba Allah,
istri, ibu, anak dan seorang pekerja freelance. Sebagai seorang muslimah saya
berkewajiban menjalankan semua hal berdasarkan Quran dan Hadist, dalam peran
yang saya jalankan paling banyak dibahas dalam Quran adalah peran sebagai
istri. Tentu Allah memiliki alasan kenapa banyak dibahas mengenai peran sebagai
istri? karena dengan menjalankan peran sebagai istri yang baik, bahagia, sesuai
maka kita akan lebih terampil dalam menjalankan peran sebagai seorang Ibu. Iya
bukan?
Dalam
menjalankan peran tersebut kita harus tahu ilmunya. Sebagai hamba Allah
harusnya seperti apa? Sebagai istri harusnya seperti apa? sebagai ibu harusnya
seperti apa? dst, kemudian apa saja yang harus dipelajari sebagai ilmu dalam
menjalankan peran tersebut? Sehingga kita bisa terampil dengan terampil kita
bisa mencapai tujuan dari masing-masing peran yang kita jalani.
Saya
membaginya dalam dua hal pokok yaitu:
1. Belajar semua hal yang berkaitan dengan
Ad-Diin (urusan agama)
2. Belajar semua hal yang berkaitan dengan
Ad-Dunya (urusan dunia)
Poin satu
dan poin dua ini saya rinci lagi dalam beberapa ilmu yang mendukung untuk
kuatnya keterampilan saya dalam menjalankan semua peran yang saya sebutkan di
atas. Dalam kelas telur-telur pekan kedua kali ini, kami ditugaskan untuk
mengkelompokkan keterampilan yang perlu dikuatkan dalam empat kuadran. Kuadran-kuadran tersebut adalah:
1.
Penting
Mendesak
2.
Tidak
Penting dan Mendesak
3.
Penting
dan Tidak Mendesak
Setelah
saya menuliskannya dalam telur-telur merah, maka terlihatlah apa saja poin
penting mendesak yang menjadi fokus terdekat saya. Kemudian saya Tarik lagi
dalam lima poin yang harus saya kuasai dalam wakyu dekat ini.
1. Keterampilan Ibadah Shalat yang sesuai
tuntunan nabi
Kenapa
Ibadah shalat ini harus belajar dan harus terampil?
“Sesungguhnya amal
yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya.
Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika
shalatnta rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.” (HR.Tirmidzi no 413)
Kaitan dalam peran di luar peran sebagai hamba Allah adalah saya dan
suami mengajarkan anak saya shalat secara langsung. Bagaimana kami harus
terampil mengajarkan anak tata cara shalat yang sesuai tuntunan nabi. Tentu ini
bukan masalah sepele tapi sangat penting sekali. Banyak ilmu yang harus dipelajari, paham
ilmunya, praktik hingga terampil sehingg akita mampu mengajarkan ke anak. Ada
tata cara wudhu, doa-doanya, bacaan shalat yang sesuai nabi ajarkan, gerakannya,
sunnah-sunnah dalam shalat, dan banyak lagi lainnya.
2. Keterampilan membaca Quran yang
sesuai
Ini juga
poin penting terkait hukum membaca Al-Fatihah dalam shalat, karena rukun atau
di atasnya wajib. Maka untuk mendukung shalat kita wajib belajar membaca Quran.
Dalam menjalankan peran sebagai Ibu saya tentu ingin anak saya bisa belajar
membaca Quran dari saya langsung bukan dari ustadah atau ustadnya. Maka
bagaimana bisa saja mengajarkan jika say atidak tahu ilmunya? Jika saya tidak
terampil dalam membacanya? Maka saya sangat membutuhkan ilmu ini untuk bekal
saya pribad dan juga bekal mengajarkan ke anak saya. Mulai dari belajar
makhrojitul huruf, ilmu tajwid hingga pembahasan melalui tahsin, bahkan serunya
belajar maqam-maqam untuk memperindah bacaan Quran saya.
3. Keterampilan dalam berperan menjadi
istri dan juga ibu.
Ada
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Istri dan Ibu, saya ingin dapat terampil
menjalankan peran ini. Apa saja kompetensinya:
1) Mempunyai gudang kesabaran (Belajar
meregulasi emosi, memanajemen diri agar lebih solutif jika menemui kendala yang
memicu amarah, training sabar dengan berbagai cara, dll)
2) Mencintai anak dan pasangan dengan
tulus (Belajar bahasa cinta pasangan dan anak, ilmu seputar psikologi, belajar
karakter pasangan dan anak, belajar munakahat dll)
3) Memberikan perhatian utuh terutama pada
suami dan anak-anak (Belajar memasak, kreasi menu enak, belajar pengelolaan
finance, dll)
4) Senantiasa memuliakan suami dan anak
(Belajar memanajemen waktu, dll)
5) Siap menjadi guru terbaik (guru pertama
dna utama) bagi anak-anak (Belajar ilmu parenting, belajar ilmu pendidikan
anak, montessori islam, metode tahfid, STPPA, dll )
6) Memfasilitasi anak dalam proses
belajarnya (Belajar budgeting dalam rekreasi, belajar membuat itinerary
perjalanan belajar packing-unpacking cepat dan efesien, belajar cara penyelamatan
diri saat perjalanan, belajar membuat kurikulum belajar di rumah, dll)
7) Selalu mendoakan anak-anak. (Belajar
memperbanyak hafalan doa-doa dalam Quran,dll)
Tentu
banyak, tidak bisa sedikit. Namun semua itu punya prioritas bahkan jika kita
lakukan berulang akan menjadi semakin terampil. Karena semua kompetensi ini
digunakan sehari-hari dan sewaktu-waktu.
4. Keterampilan mengajar dan menulis
Sebagai
passion saya, saya juga perlu mengembangkan bakat dan minat saya sehingga harus
paham ilmunya untuk bis amenjadi professional. Ketika sudah paham ilmunya maka
saya akan semakin mantap menjalankan peran saya dalam mengajar dan menulis.
Belajar PUEBI, EYD, aktif dalam menggunakan KBBI, latihan kepenulisan, metode
belajar untuk anak auditori, visual dan kinestetik, cara menyusun jurnal
belajar dan semua hal yang berkaitan dengan kepenulisan dan mengajar).
5. Keterampilan memotivasi
Ini juga
perlu belajar lebih banyak dengan mengikuti pelatihan khusus terkait public speaking,
manajemen konflik dan diri, serta semua hal yang berkaitan dengan keterampilan
ini.
Alhamdulillah
saya sudah selesai menyusunnya, saya mengevaluasi lebih dalam apa yang menjadi prioritas
kebutuhan belajar saya hingga dapat mendukung saya untuk lebih terampil dalam
menjalankan berbagai peran selama hidup di dunia.
Jangan jadi anak muda yang labil, banyak maunya
tapi hasilnya nihil. Tapi jadilah anak muda yang terampil, haus untuk belajar,
upgrading knowledge and skill. (Merry Riana)