November 10, 2019

Belajar seru di Kafe TBM kupu-kupu





“Ikhlas itu saat letihmu tak berharap disanjung, tidak ingin dijunjung. Ikhlas itu ketika upayamu bukan mengejar ukiran medali penghargaan, bukan pula mengincar deretan lencana pangkat bertabur bintang. Karena ikhlas itu sejatinya kemenangan hati, saat kebaikanmu cukup menjadikan Allah sebagai saksi.”
(Yoza Fitriadi)

Matahari mulai meninggi, udara panas menyusup dengan cepat ke dalam rumah. Tanpa Air Conditioner, keringat akan cepat berkucuran walaupun masih pagi. Pagi ini saya dan Mahira bersiap menuju TBM Kupu-kupu yang ada di Desa Sikentung Kecamatan Petarukan, tak lupa kami menggunakan sunscreen walaupun hanya menempuh perjalanan kurang dari 15 menit.
Sun Protector Factor bekerja cukup ekstra saat menemani kami, tak ingin kalah semangat dengan kinerja spf kamipun tetap melaju hingga tiba di TBM dengan selamat. Alhamdulillah..



Costumer yang mana masyarakat sekitar TBM menanti pesanan mereka datang.

Suasana riuh sudah terdengar oleh kami dari pelataran TBM tempat kami memarkir kendaraan. MasyaAllah… TBM Kupu-Kupu hari ini ramai sekali!
Bertepatan dengan hari pahlawan, TBM Kupu-kupu mengadakan agenda seru bersama anak-anak, yaitu Open Kafe Kupu-kupu. Amaze! Saat mendengarnya saja saya sangat interest, keseruan seperti apa yang disuguhkan oleh anak-anak? Dan apa saja yang dapat mereka pelajari dengan membuka Kafe sederhana seperti ini?
Tentu bukan tanpa alasan, pengelola sekaligus pemilik TBM Kupu-kupu mengadakan kegiatan ini bersama anak-anak.  Ada tujuan positif untuk mengajarkan anak-anak memahami makna kehidupan. Apa saja yang bisa mereka pelajari?
1. Belajar menjalankan profesi
Anak-anak dibagi dalam berbagai kelompok untuk menjalankan perannya dengan baik. Ada yang menjadi koki, waiter/waitress, kasir, petugas kebersihan dll Mereka akan belajar bagaimana menjalankan profesi tersebut melalui praktik langsung dalam Kafe TBM Kupu-kupu.
·         Koki akan memasak menu yang dipesan oleh pembeli. Siapa pembelinya? Ya.. Masyarakat sekitar yang hadir turut ngelarisi kafe sederhana yang menjadi agenda TBM hari ini.



Makan di kafe ataupun bungkus bisa. Waiters siap mengantar makanan ke meja costumer, suasana dapur dengan para koki yang sibuk memasak pesanan menu. MasyaAllah...

·         Kemudian ada waiter atau pelayan, yang akan melayani pembeli yang datang. Pembeli duduk di bangku yang alih fungsi menjadi meja dan mereka duduk beralaskan karpet spons plastik berukuran 120 cm x 150 cm. Waiter menawarkan menu kafe yang sudah terkemas dalam daftar menu dengan kertas karton aneka warna. Banyak ibu-ibu pulang senam yang mampir ke kafe dan memesan aneka menu makanan dan minuman yang ada di menu. Bermodalkan kertas buku tulis, waiter mencatat menu pesanan costumer dan memfowardnya ke koki. Menjadi tugas luar biasa bagi koki saat pesanan menu membludak. Tak pelak lagi, kekacauan terjadi di dapur. Antar waiters dan koki mereka harus berkoordinasi dengan baik dalam memberikan pelayanan untuk costumer.


 Mas Iyan piawai menulis menu pesanan costumer. "Jelly Kuah"

·         Tugas lain yang diemban oleh kasir adalah menerima pembayaran atas pesanan menu setelah costumer selesai menikmatinya. Mereka belajar menghitung total pembayaran dan juga menghitung kembalian untuk costumer. Tak jarang ibu-ibu membantu mereka berhitung jika kasir kebingungan. Melalui wadah kardus seadanya, mereka nampak handal perperan sebagai kasir dengan cash drawer ala-ala.



Nia dan Endang saat bertugas menjadi kasir



2. Belajar berkoordinasi sebagai team work
            Menjalankan transaksi di kafe bagi anak-anak tentu bukan hal yang mudah,
Mereka masih berjalan berdasarkan kata hatinya bukan sesuai dengan briefing yang sudah di sepakati sebelum kafe di buka. Bagaimana memahamkan mereka dalam sebuah team work menjadi PR tersendiri bagi Mbak Widya dan Suami. Antar anak harus maksimal dalam menjalankan perannya dalam mengambil profesi dan belajar berkoordinasi sebagai team work. Sekalipun terlihat kacau, namun mereka memiliki pengalaman yang tak terlupakan. MasyaAllah…
3. Belajar Wirausaha
Anak-anak mampu menghabiskan uang orangtuanya untuk jajan, tanpa memikirkan bagaimana orangtua memperoleh pendapatannya sehari-hari hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka terhadap jajan atau mainan. Melalui kafe ini, mereka belajar berwirausaha, belajar jual beli dengan berbagai transaksinya. Ini simulasi apik karena dilakukan dengan proses nyata. Anak-anak dapat merasakan pengalamannya secara langsung. Bagaimana memperoleh pendapatan dari hasil jerih payah mereka selama bekerja.
“Gimana rasanya bekerja di kafe?” tanya sang founder TBM Kupu-kupu
“Capek Pakk…. Capek sekali,” jawab mereka kompak dengan lelah yang berhias di wajah mereka.
“Nah… itu juga yang dirasakan orangtua kalian saat bekerja. Mereka susah payah bekerja agar mendapatkan uang. Maka dari itu kalian harus menghargai orangtua kalian yang susah payah bekerja. Jangan minta uang seenaknya.” Timpal Bu Widya dengan begitu sabarnya.
4. Meningkatkan Kreativitas dalam berbagai keterampilan.
Anak-anak dengan kreativitasnya yang tak terbatas belajar menggunakan perkakas dapur seperti alat parut keju, gelas kaca, kompor dsb. Keterampilan mereka dalam memasak harus maksimal di sini, bahkan dalam menyajikan menu mereka juga belajar food plating ala-ala. MasyaAllah…
            5. Belajar bertanggung jawab dan kepemimpinan
Tanggung jawab merupakan perwujudan dari kesadaran akan kewajiban, dalam menjalankan berbagai perannya di kafe ini, apakah anak-anak mampu memimpin dirinya untuk bekerja secara jujur dan bertanggung jawab. Akan banyak ibrah tersendiri dari kegiatan kali ini, tidak hanya untuk mengisi weekend belaka melainkan mereka belajar banyak hal, mengkoleksi banyak pengalaman. MasyaAllah.. Tabarakallah..


Saat Mahira ditawarkan menu dalam kafe

Mahira memesan makanan 
Mahira menunggu pesanan datang sambil baca buku. Setelah selesai makan, Mahira membayar ke kasir. 

Setelah semua menu habis terjual, mereka bersama-sama membersihkan semua peralatan dapur, mereka juga mengepel semua lantai TBM yang dipergunakan sebagai kafe. Mereka menunggu Bu Widya menggaji mereka dengan membagi rata semua hasil penjualan milik kafe.  Saya dan Mahira datang sebagai costumer dengan memesan menu yang dipilih Mahira, yaitu siomay. Di atas mainan milik Sa’id, Mahira menikmati siomay dengan malu-malu karena beberapa pasang mata terus menatapnya. Sang waiter bernama Kak Salsa dan teman-temannya sangai piawai dalam mencatat pesanan, terutama Mas Iyan, ia begitu terlihat professional dalam menjalani profesinya sebagai waiter. Nampan disingkapnya dengan tangan kanan, tangan kirinya membawa menu, kertas pesanan dan pulpen. That’s cool!!!
Tak kalah professional Kak Nia dan Kak Endang berperan sebagai kasir, mereka duduk di dekat pintu keluar. Menarik keluar dan ke dalam kardus yang seolah cash drawer ala kasir. That’s beautiful imagine!
Saya hanya berulang mengucap MasyaAllah.. mengingat tiap detail fakta terindera yang saya terima hari ini. Saya belajar bagaimana Bu Widya dan suami yang luar biasa sabar menghadapi tingkah anak-anak yang unpredictable, belum lagi ikhlasnya diuji ketika dapurnya turut berantakan karena ulah anak-anak. MasyaAllah.. 


Suasana meja-meja di kafe TBM kupu-kupu



Dipel dulu biar kembali bersih

Sebagai founder sekaligus pengelola TBM Kupu-kupu ini, mereka sangat konsisten sekali dalam menjalankan langkahnya untuk mengedukasi anak-anak melalui berbagai kegiatan positif di TBM. Sebagai pasutri yang sudah menemukan passionnya dalam berbagi dan melayani, tak salah jika saya melabeli mereka dengan relationship goal
 Semoga tiap sabar, ikhlas yang kalian lakukan karena Allah menjadi jariyah tersendiri untuk bekal saku di akhirat nanti. Untuk langkah mereka yang konsisten dalam kebaikan, untuk setiap harta yang mereka sumbangkan dalam kebaikan, untuk setiap jerih tenaga yang tak harap pamrih, semoga selalu menginspirasi, menjadikan langkah besar selanjutnya dalam memberikan edukasi untuk anak-anak melalui berbagai kegiatan positif di TBM Kupu-kupu. Barakallah fiiik…



Lanjut Baca yuk.. >>>