“Lebih banyak
orang yang mengerti ilmu, lebih mudah bagi
masyarakat
menemukan solusi”
Alhamdulillah
sudah memasuki minggu keempat dalam proses menjelajah hutan pengetahuan kali
ini. Konsep yang saya akui sangat apik karena minggu ini kita semua
diperkenankan memetik buah apel atau panen apel (ilmu) dari teman-teman semua
melalui go live dan juga-melalui sharing dan diskusi dalam WAG room
masing-masing keluarga.
Pada minggu ini
kami dipersilahkan berkeliling menuju keluarga lain dan memanen ilmu dari
keluarga yang kita pilih. Kita di sarankan fokus pada ilmu yang ingin
dipelajari dan sudah dituliskan dalam mindmap.
“Jangan sampai kita menjadi
FOMO (Fear of missing out)”
Takut ketinggalan berita di sosial
media, takut nggak update. FOMO adalah
"penyakit" para penggila media sosial. Karena memang wadah
belajar kita sekarang adalah media sosial, maka kita harus bijak dalam
menggunakannya. Sehingga mindmap tadi menjadi panduan kita dalam melahap ilmu
tertentu. Untuk minggu ini saya putuskan fokus di Temanda Family, saya akan
memperdalam pengetahuan saya terkait salah satu ragam metode yang pernah
dibahas dalam grup.
Alasannya kenapa saya belum berkeliling
adalah menghindari FOMO tadi dan juga saya meras belum tuntas atas apa yang
saya perlu dapatkan dengan bergabungkan dalam keluarga ini. Bu Septi juga
pernah menyampaikan bahwa:
“Pembelajar Mandiri:
Tidak bergantung pada orang lain, mencari
ilmu sampai tuntas.”
Kata Tuntas di sini saya garis bawahi
sebagai bentuk kematangan saya dalam menguasa ilmu tersebut. Oke.. Lalu
keranjang ilmu apa saya yang saya pelajari? Simak yuuk…
1.
Keranjang Islamic Montessori
Pada dasarnya, pendidikan model ini bertujuan membentuk
kemandirian anak dan mendekatkan anak-anak kepada Allah SWT. Semua dimulai dari
anak-anak di bawah 6 tahun. Caranya dengan memberikan benda-benda yang konkret
atau nyata dan berinteraksi dengan makhluk ciptaan Allah. Pendidikan
Montessori merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak yang justru membantu anak untuk memudahkan ia dalam belajar
dan memahami konsep membaca, berhitung, menulis secara lebih mudah.
Namun
ada beberapa poin salah kaprah memahami montessori. Jadi setelah bergabung
dalam keluarga ini, saya dapat mengambil benang merah dan juga menyesuaikan
ragam metode apa yang sesuai dengan kami. Salah kaprah tersebut salah satunya
adalah bahwa Montessori tidak sesuai
dengan Fitrah. Sebelum saya mengulas bagaimana benang merahnya. Saya akan
memaparkan sedikit mengenai Fitrah Anak.
Metode
Montessori dikenal juga sebagai metode yang mengakomodasi gaya belajar anak
yang berbeda-beda. Anak diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai –fitrahnya.
Baiknya setiap aplikasi pembelajaran Montessori mendekatkan anak-anak kepada
Allah Ta’ala. Melalui:
1. Fitrah
Iman
2. Fitrah
Fisik
3. Fitrah
Akhlak dan Moral
4. Fitrah
Akal
Dalam
hal ini senada dengan metode Montessori bahwa Fitrah belajar anak usia dini
adalah mengenalkan konsep konkret ke abstrak dan dari hal yang mudah kemudian
yang sulit.
Montessori
tidak sesuai dengan Fitrah
Fitrah
anak-anak adalah bermain dan belajar sesuai dengan tahap perkembangan usianya.
Jika kita menggunakan metode belajar tidak sesuai dengan kemampuannya maka kita
bisa membunuh fitrah anak-anak.
Pada
Motode Montessori mendukung fitrah anak dari berbagai aspek. Pada fitrah fisik
anak yang suka bergerak, membuat dirinya dapat memilih dan mengambil mainannya
sendiri. Anak-anak tidak harus terus menerus duduk di kursi atau mengerjakan aktivitas
di atas meja. Dalm lingkungan Montessori konsep mengenalkan hal konkrit ke
abstrak menyediakan berbagai varian aktivitas anak dengan tujuan untuk memenuhi
rasa ingin tahunya.
Didiklah anakmu sesuai zamannya.
Sungguh mereka akan menghadapi masa yang berbeda dari masamu. –Ali bin Abi
Thalib-
10
Filosofi Montessori
1.
Absorbent
Mind
2.
Sensitive
Periodes
3.
Prepared
environment
4.
Follow
The Child
5.
Individual
Different
6.
Concrete
to Abstract
7.
Hand
on Learning
8.
Control
Of Error
9.
Fredoom
With Limits
10.
Respect
The Child
Lalu
enam area stimulasi bertahap: Islamic studies, kehidupan sehari-hari, sensori,
bahasa, matematika dan alam semesta.
2.
Keranjang Reggio Emilia Approach (REA)
Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada anak, sains, dan berbasis budaya setempat. Menganut
kurikulum emergent, yang dibentuk berdasarkan ide dan minat yang muncul dalam
diri anak.
Jika REA memang biasanya "membebaskan" anak untuk memahami suatu ide sesuai dengan caranya. Jadi kalau tema "Bola Basket" maka penilaian di rapot tiap anak pasti beda, karena cara anak belajar ttg bola ya sesuai kemampuannya
yang penting goalsnya adalah bagaimana anak tersebut dapat bermain bola basket.
Secara praktik, anak memunculkan ketertarikan pada tema tertentu. Selanjutnya diolah menjadi sebuah penelitian/riset yang terdokumentasi dalam jangka waktu yang disepakati anak dengan fasilitator.
Orangtua sebagai fasilitator membimbing proses belajar anak, peka terhadap kebutuhan dan minat belajar anak.
Sumber: Montessori Islam Zahra Zahira, Diskusi Temanda Family