August 26, 2019

Aliran Rasa Tantangan Game Level 11


Alhamdulillah Game level 11 sudah selesai, kali ini kami dibuat dalam pembagian tim. Saya masuk ke dalam tim 5. Rasanya tantangan game level ini seru sekali karena kami dapat belajar dengan cara yang lain. Kebersamaan dengan tim 5 membuat kami saling mengenal peserta lain di kelas Bunda Sayang. Saya jadi kenal Mbak Etty yang luar biasa dalam pengusaan materi terkait pendidikan fitrah seksualitas, saya jadi kenal mbak Cindy yang enerjik dalam membawakan obrolan sehingga asik dan mengalir, begitu juga mbak Hida yang semangat sekali menjadi moderator yang mampu membaca indtruksi yang sudah di bahas dalam tim.

Kami berempat memiliki karakter yang berbeda-beda, namun semua bisa saling menyeimbangkan. Kami saling mengkoreksi apa yang dalam persiapan presentasi dan juga saling berbagi pengalaman terkait tema yang kami bawa yaitu, "Aqil dan baliqh secara bersamaan."

Hal baru tentunya bagi kami yang selama 10 kali tantangan selalu melibatkan anak dan suami, namun kali ini kami belajar dengan cara lain dan saya merasa asik sekali. Menyampaikan resume ala kami dari masing-masing presentasi yang disampaikan oleh tim lain selama 10 hari. 7 hari lainnya saya mencari tema dari beberapa sumber terkait pendidikan fitrah seksualitas.

Maraknya kasus mengenai pornografi dan praktik perzinaan adalah bentuk nyata dai gagalnya orangtua dalam memberikan pendidikan seksualitas. Dari sekian pendidikan yang diberikan, ternyata banyak dari orangtua yang melewatkan pendidikan fitrah seksualitas ini sebagai materi pendidikan yang harusnya sudah mulai di aplikasikan sejak anak masih dini.

Dari presentasi yang di sampaikan oleh tim lainnya, saya semakin banyak tahu dan belajar dengan cara seperti ini begitu mengasyikkan. Alhamdulillah kami bisa melewatinya hingga tantangan game level 11. Terimakaish Bunda Sayang...
Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 17- Praktik mengasuh anak di era digital




Mendidik anak di era digital memang bukan perkara mudah. Sering kita melihat melihat anak-anak usia balita bahkan batita yang sedang asik bermain gadget atau gawai tentu sudah menjadi pemandangan yang biasa. Di era digital seperti saat ini, akan terasa sulit menghindari Si Kecil dari paparan gadget. Hal ini tidak terlepas karena dalam kehidupan sehari-hari, Si Kecil sudah terpapar oleh lingkungan yang menggunakan gadget

Namun, perlu dipahami lebih dulu bahwa tahun 2017 yang lalu, American Academy of Pediatric atau AAP telah mengeluarkan aturan terbaru mengenai screen time gadget pada anak. AAP merekomendasikan agar anak usia di bawah 18 bulan tidak boleh terpapar oleh gadget. Sementara, untuk anak usia di atas 18 bulan hingga 2 tahun, jika memang ingin mengenalkan media digital lewat permainan atau video, Bunda wajib memerhatikan kualitasnya lebih dulu. Pengguna untuk anak usia di atas 2 hingga 5 tahun juga perlu dibatasi, maksimal satu jam sehari. Sedangkan anak-anak usia 6 tahun ke atas juga perlu dibatasi, maksimal 2 jam sehari. 




Menurut Elly Risman ada tujuh cara mengasuh anak di era digital yang bisa dipraktikkan agar hubungan antara orangtua dan anak tetap terjaga.

1. Tanggung Jawab Penuh
Ketika bicara mengenai pola asuh anak, peran seorang ibu seringkali dianggap hal paling utama. Padahal menurut Elly, sosok ayah dalam mendidik anak tak kalah penting. Di era digital seperti sekarang ini, ayah dan ibu harus memiliki pandangan yang sama, yaitu sama-sama bertanggungjawab atas jiwa, tubuh, pikiran, keimanan, kesejahteraan anak secara utuh. Masih banyak orangtua muda masa kini yang melepaskan anak-anaknya secara total di tangan orang ketiga, entah mertua atau pembantu. Namun jika hal ini terpaksa dilakukan, maka perlu dicek kembali bagaimana sejarah dari orang yang Anda rekrut untuk menjaga buah hati.


"Sebuah tesis pernah membahas mengenai peran ayah. Anak-anak yang kurang sosok ayah, dan dia punya anak laki dia nakal, agresif, narkoba, seks bebas. Anak perempuan biasanya depresi, seks bebas. Jadi ayah harus selalu ada, pulang kerumah di era digital," ujar Elly di Plaza Selatan, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/5/2016).



2. Kedekatan
Perlu adanya kedekatan antara ayah dan anak, juga ibu ke anak. Kedekatan ini bukan hanya berarti melekat dari kulit ke kulit, melainkan jiwa ke jiwa. Artinya, Anda dan pasangan tak bisa hanya sering memeluk sang anak namun juga harus dekat secara emosional. "Banyak anak yang tidak dapat hal itu dari kecil sehingga jiwanya hampa," tambah Elly.

3. Harus Jelas Tujuan Pengasuhan
"Dari riset yang saya lakukan untuk ibu 25-45 tahun, bekerja tak bekerja, ekonomi menengah ke atas dan menengah ke bawah. Mereka tidak punya tujuan pengasuhan. Mereka tidak tahu anak ini mau di bawa ke mana?"

Elly menyarankan agar orangtua mulai merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak dilahirkan. Perlu membuat kesepakatan bersama suami, prioritas apa saja yang diberikan kepada anak dan bagaimana cara pendekatannya.

4. Berbicara Baik-baik
Orangtua harus belajar berbicara baik-baik dengan anak. Tidak boleh membohongi, lupa membahas keunikan anak, dan juga perlu membaca bahasa tubuh, serta mau mendengar perasaan anak.

"Menyalahkan, memerintah, mencap, membandingkan, komunikasi seperti ini akan membuat anak merasa tak berharga, tak terbiasa memilih dan tak bisa mengambil keputusan." 

5. Mengajarkan Agama
Menjadi kewajiban orangtua untuk mengajarkan anak-anaknya tentang agama. Pendidikan tentang agama perlu ditanam sejak sedini mungkin. Dalam hal ini, mengajarkan agama tak hanya terbatas ia bisa membaca Al-Qur'an misalnya, bisa berpuasa atau pergi ke gereja. Orangtua perlu menanamkan secara emosional agar anak menyukai aktivitas itu. 

"Jangan kosong dan lalu dimasukkan ke sekolah agama. Tidak ada dasarnya jika begitu. Bisa dan suka itu berbeda. Bisa hanya sekadar melakukan, tapi jika suka, ada atau tidak ada orangtua dia akan tetap baik," tuturnya.

6. Persiapkan Anak Masuk Pubertas
Kebanyakan orangtua malu membicarakan masalah seks dengan anak dan cenderung menghindarinya. Menurut Elly, pembicaraan justru perlu dimulai sejak dini dengan bahasa yang mengikuti usianya. 

"Kalau sudah keluar air mani, sudah menstruasi, itu artinya mereka sudah aktif secara seksual dan sudah telat untuk menanamkan tentang pemahaman seks. Ya jadi suka-sukanya anak, dia bebas melakukan berbagai macam hal," tambah Elly.

7. Persiapkan Anak Masuk Era Digital
Bukan berarti Anda harus memberikannya gadget sejak bayi. Namun mengajarkan anak jika penggunaan gadget ada waktunya dan memiliki batasan untuk itu. Akses internet pun perlu dibatasi untuk mencegah anak melihat situs yang tidak diinginkan. 

"Ajarkan mereka untuk menahan pandangan, menjaga kemaluan. Karena jika otakmu rusak, kemaluanmu tidak bisa dikendalikan. Jika kita tidak membicarakan, anak tidak tahu bagaimana akan bersikap." tuturnya.

Kedepankan komunikasi sebagai pengganti gadget. Sebagai contoh, ajak anak bicara tiap kali pulang sekolah. Hal-hal di sekolah seperti tugas menumpuk, teman jahil atau guru menyebalkan sudah menjadi hal berat untuknya. Oleh karena itu, Elly menyarankan untuk berkomunikasi tentang perasaannya. Misalnya tanya perasaannya di hari itu, apa yang membuatnya bahagia dan apa yang membuatnya sedih. Dengan begitu, secara otomatis anak akan dengan mudah bercerita pada Anda tiap kali ia merasakan sesuatu. 

"Ketika anak dibatasi dia pegang gadget, orangtua perlu beri alternatif lain. Tidak bisa kalau ibu atau ayahnya tidak di rumah. Contohnya ikuti les berenang, main basket, futsal, gitar atau apa yang disukai anak," pungkas Elly. 

#Day17
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11


Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 16-Penggunaan Media Digital sesuai usia dan tahap perkembangan anak






Era Digital telah membawa suasana baru yang sangat berbeda dengan era sebelumnya. Perubahan dan pengaruh era digital dirasakan pada semua bidang kehidupan, secara positif maupun negatif. Berdasarkan survei dari Hewlett-Packard (HP) dan Universitas Paramadina tahun 2017 lalu, didapatkan data sebanyak 85 persen siswa menggunakan ponsel saat berada di kelas tanpa sepengetahuan guru. Sementara itu, hasil wawancara terhadap ribuan tenaga pendidik dalam mengakses internet, hanya 33 persen saja guru yang mengakses internet.

Hal itu sejalan dengan hasil sebuah survei yang dilakukan UNICEF bersama para mitra, termasuk Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Universitas Harvard. Survei tersebut menemukan, sebanyak 98 persen anak dan remaja mengaku tahu tentang internet, dan 79,5 persen anak dan remaja adalah pengguna internet. Masih ada sekitar 20 pesen responden yang tidak menggunakan internet, alasan utamanya, mereka tidak memiliki perangkat untuk mengakses internet, atau mereka dilarang orang tua untuk mengakses internet.

Tidak bijak untuk menutup diri sama sekali dari teknologi, sebagaimana juga tidak bijak untuk membuka akses terhadap teknologi tanpa ada batasan sama sekali. Yang diperlukan adalah tindakan yang positif dan konstruktif dalam mendidik, mengasuh, mendampingi, mengarahkan dan membina anak-anak kita, baik di rumah, di sekolah, maupun pada lingkungan sekitarnya. Hendaknya anak-anak tetap menjadi asuhan dan didikan orang tua serta guru, bukan asuhan internet dan gadget. 

Di zaman atau era apapun mereka hidup dan berkembang. Orangtua harus paham bahwa perangkat dan media digital adalah teknologi yang bak pisau bermata dua. Apabila salah digunakan, bisa mencelakai penggunanya. Semakin canggih perangkat dan media digital yang digunakan, semakin “tajam pisaunya”. Ini membutuhkan ekstra tanggung jawab dari penggunanya, ataupun orangtua. Lalu sebelum mereka tumbuh menjadi sosok anak yang siap dengan penggunaan media digital, maka sedari dini perlu bagi orangtua bijaksana dalam mengenalkan media digital sebagai sisi positif untuk anak. Bagaimana kiat mendidikan anak di bawah 3 tahun? Sebagai kiat mendidik sedini mungkin bagi orangtua. Ada beberapa batasan yang kita harus  diperhatikan dalam penggunaan perangkat dan media digital pada anak. Apa saja batasan tersebut:

1. Harus wemiliki batasan waktu tayangan pada media digital. 
2. Memanfaatkan media digital dalam bentuk audio untuk menambah kosakata, angka, dan lagu.
3. Memanfaatkan program atau aplikasi untuk meningkatkan perilaku prososial pada anak. Misalnya sikap empati atau berbagi. 
4. Memanfaatkan informasi tentang berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda untuk belajar mengenal keanekaragaman.
5. Menghindari tayangan program media digital yang mengandung kekerasan dan seksualitas. 
6. Menghindari tayangan program media digital yang menakutkan, misalnya hantu.
7. Menghindari tayangan program media digital yang menggunakan bahasa yang tidak senonoh dan agresif karena anak dapat mengingat dan mengulanginya lagi. 
8. Menghindari tayangan iklan di media digital dengan konten yang tidak tepat untuk usia anak.
9. Mendampingi dan berinteraksi dengan orangtua atau pengasuh saat menggunakan media. 
10. Menghindari penggunaan media dan perangkat digital sebagai “pengganti peran orangtua”



Sumber: Buku Saku Mendidik Anak di Era Digital, diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Dancow Parenting Club, Cahyadi Takariawan dalam kompasiana.


#Day16
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11


Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 15- Manfaat Taekwondo bagi Anak Perempuan


Ada kekhawatiran mendalam dari orangtua terutamanya sang Ibu, jika ia tidak dapat selalu menjaga anaknya secara fisik selama 24 jam. Ada saat dimana anak di sekolah tanpa orangtua, pergi untuk berbagai aktivitas penting lainnya tanpa orang tua hingga tingga berjauhan dengan orangtua karena harus studi dan lain sebagainya. Sehingga penting bagi orangtua membekalinya self defense.

Pada tulisan sebelumnya mengenai self defense, saya tertarik dengan pembahasan mengenai salah satu cabang olahraga bela diri, yaitu Taekwondo. Banyak sekali olahraga bela diri yang ada di Indonesia dengan kekhasan dan teknik-tekniknya yang berbeda-beda, namun apakah manfaatnya bagi anak perempuan? 

Kegiatan fisik selalu dikaitkan dengan anak laki-laki yang secara motorik dan stamina lebih kuat dari anak perempuan. Sekalipun fitrahnya demikian tak salah bukan jika anak perempuanpun dapat berlatih kegiatan fisik, salah satunya dengan memilih olahraga taekwondo. Apa saja manfaatnya bagi anak perempuan?


Berikut ini 5 manfaat taekwondo bagi anak perempuan:



1. Lebih Fokus dan Nggak Ambisius Soal Kompetisi


Sadar atau nggak, tingkat kompetisi anak perempuan lebih tinggi dan kebanyakan melibatkan cocok tidaknya diri sendiri ketika bergaul. Banyak anak-anak perempuan yang berjuang dengan penuh tekanan untuk bisa bersaing dengan anak-anak lain, misalnya dalam hal akademik. Nah, akan tetapi dalam seni bela diri seperti taekwondo fokusnya pada perbaikan diri, bukan berusaha menjadi yang terbaik dari saingannya.

2. Memiliki Tujuan Hidup yang Konkret

Terkadang sampai anak SMA, ketika ditanya cita-cita masih bingung mau jadi apa. Terlebih anak perempuan yang nantinya akan menjadi seorang ibu, tentu mereka seharusnya bisa memilih ingin menjadi wanita karir atau seorang ibu di rumah. Dengan anak mengikuti seni bela diri seperti taekwondo, mereka bisa belajar kalau memperoleh sesuatu ada prosesnya. Mereka bisa belajar tentang cita-cita dengan dianalogikan seperti sabuk berwarna yang harus didapatkan dalam taekwondo. Dari ujian sabuk itu mereka bisa termotivasi untuk mencapai sebuah tujuan yang jelas, Bun.

3. Dapat Mengontrol Diri dan Konsentrasi

Taekwondo menekankan kendali diri dan konsentrasi. Perhatian adalah inti seni bela diri. Anak-anak harus tetap fokus untuk belajar dan melakukan latihan. Ketika fokus anak melayang, instruktur akan meminta mereka mengambil posisi siap. Karena memang kebanyakan anak perempuan lebih cepat meluap emosinya, maka dengan ikut taekwondo, mereka bisa mengontrol diri. Taekwondo juga merupakan cara yang aman menyalurkan energi berlebih pada anak.



4. Membantu Koordinasi Tubuh


Taekwondo jelas bisa membantu koordinasi tubuh. Gerakan bela diri berulang yang disengaja dapat membantu anak-anak mengembangkan perasaan yang lebih baik untuk tubuh mereka. Hal tersebut dapat berguna untuk anak-anak yang berjuang dengan keterampilan motorik. Taekwondo juga dapat membantu beberapa anak memahami kekuatan pikiran atas tubuh yang oleh sebagian orang dianggap sangat bermanfaat bagi anak-anak dengan ADHD.

5. Melindungi Diri

Instruktur seni bela diri yang baik memiliki aturan yang jelas. Mereka juga menekankan perilaku yang baik di dalam dan di luar kelas. Beberapa bahkan mengirim anak-anak ke rumah dengan grafik perilaku yang harus ditandatangani orang tua. Jadi, taekwondo memang diciptakan untuk membela diri namun dalam hal yang positif, Bun bukan untuk melakukan praktik kejahatan. 

Nah demikian 5 manfaat Taekwondo bagi anak perempuan. Banyak manfaatnya ya Bun..

Sumber: 
Asri Ediyati dalam artikel Hai Bunda, berjudul manfaat taekwondo bagi anak perempuan.

#Day15
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari

#KuliahBunsayIIP
#Level11


Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 14- Pentingnya Self Defense bagi Anak




Kita sering mendengar istilah Self Defense Mechanism? Lalu sebenarnya Apa itu Self Defense Mechanism? Yaitu mekanisme pertahanan diri. Cara manusia melakukan pertahanan diri, melindungi diri itu ada bermacam-macam, seperti: 


1. Displacement: mengalihkan ke target lain atau ke arah lain.


2.Projection: memproyeksikan ke orang lain.


3. Introjection: memproyeksikan ke dalam.


4.Reaction formation: melakukan hal yang sebaliknya dari yang dirasakan.

5. Regression: mundur pada tahapan sebelumnya.

Tingal bagaimana kita memilih dengan cara bagaimana melalkukan pertahanan diri, saat terhimpit oleh keadaan yang membahayakan seperti kejahatan yang akan dilakukan  oleh orang lain. Maraknya kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh teman sebaya maupun orang yang lebih tua, tentu membuat orang tua harus lebih ketat dalam memberikan pengawasan. Namun orang tua tidak selamanya bisa selalu bersama anak, ada saatnya bagi mereka harus menyelesaikan masalahnya sendiri ketika menghadapi beberapa kesulitan. 

Tindak kejahatan yang berkembang saat ini tidak hanya melibatkan orang dewasa. Kejahatan terhadap anak juga bisa dilakukan oleh teman sebaya di dalam maupun luar sekolah. Maka sangat perlu sekali anak dibekali dengan kemampuan self defense atau pertahanan diri. Pertahanan diri ini bukan selalu berkaitan dengan kontak fisik, namun lebih kepada memberikan pemahaman agar anak bisa berinteraksi dengan sehat. Anak bukan diajarkan untuk membalas dengan tindakan yang sama atau reaction formation, namun kita bisa mengajarkan berbagai jenis  tindakan pertahanan diri sesuai dengan keadaan yang anak terima tentunya dengan reaksi yang sesuai atau tepat.

Daniel dalam artikel medcom.id mengatakan sekolah bela diri yang ia buat memang pada awalnya ditujukan bagi orang dewasa. Namun keprihatinannya terhadap kekerasan yang terjadi pada anak mendorongnya untuk memberikan ilmu pertahanan diri kepada anak-anak.

"Dalam self defense ada namanya tindakan preventif, masuk dalam kategori awareness. Jadi sebelum ancaman itu datang kita menghindar. Tendang dan pukul menjadi opsi terakhir ketika kekerasan sudah sangat fatal," kata Daniel.
 
Daniel menambahkan, belajar self defense bukan hanya latihan fisik untuk menendang dan memukul. Pertahanan diri juga diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada anak untuk meningkatkan kewaspadaan dan berinteraksi secara sehat. Bela diri juga, kata dia, jyga meningkatkan kemampuan anak bergerak secara motorik, stamina, dan kemampuan mengontrol emosi.
 
"Jangan takut anak-anak belajar self defense. Karena kami mengedepankan keselamatan, bukan tendang dan pukul. Tapi bagaimana anak merespon dengan baik ancaman di lingkungan mereka," ungkap Daniel. Mengingat begitu banyak kasus yang pernah terjadi, maka penting sekali mengajarkan anak self defense sebagai bekal saat orangtua tidak bisa selalu bersamanya. Anak-anak akan mendapat banyak keuntungan dari belajar self defense, bukan hanya tendang pukul saja tapi manfaat lain untuk motorik, stamina dan kemampuan mengontrol emosi.



Daftar Pustaka
Feist & Feist (2009). Theories of Personality. New York: McGraw Hill.
Medcom.id dalam rubrik Rona, Keluarga. Pentingnya mengajarkan Self defense bagi anak.

#Day14
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari

#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

August 20, 2019

Day 13- Buku sebagai media untuk mengenalkan jenis kelamin






Sedini mungkin anak harus diajari mengenal jenis kelaminnya maupun tentang gender. ''Merunut pada teori perkembangan psiko­sosial Freud, usia 2-3 tahun adalah masa yang paling krusial untuk si anak belajar tentang jenis kelamin,'' ungkap Srisiuni Sugoto PhD, psikolog senior bidang psikologi perkembangan.

Sehingga tak heran jika pada fase itu, anak sering memegang kelaminnya. Mereka juga mulai menyadari adanya perbedaan pada anatomi  antara laki-laki dan perempuan, kemudian muncul pertanyaan mengenai asal usul bayi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan seks.

Bagaimana orangtua menyikapi ini? Sering kali kita abai atau bahkan asal dalam memberikan jawaban. Padahal seharusnya keingintahuan tersebut dapat diusaikan dengan jawaban yang baik sesuai dengan pemahaman si kecil. Salah satunya orangtua bisa menjadikan buku sebagai media untuk mengenalkan jenis kelamin. 

Banyak hal yang dapat kita lakukan dalam memberikan pendidikan fitrah seksualitas, utamanya pada usia 2-3 tahun dimana anak harus diperkenalkan mengenai jenis kelamin sehingga harapannya pada usia 3 tahun ia dapat menyebutkan jenis kelaminnya apakah dia perempuan atau laki-laki? 

Buku berikut merupakan salah satu buku yang saya beli untuk mengenalkan Mahira pada jenis kelamin, dalam buku ini jenis kelamin diungkapkan dalam diksi yang mudah dipahami oleh anak balita. Tentunya didukung penyampaikan kita yang tepat. Ada beberapa pertanyaan lain yang dijawab dengan contoh perspektif iman guna mengenalkan ia pada penciptaNya.

Judul: BUNDA KENAPA YA?
Penulis: Maharhanie Septi






#Day13
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 12- Evaluasi dan perenungan peran Ibu dalam mengontrol nutrisi makanan si kecil







Pakar kesehatan spesialis andrologi bernama dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, menyebutkan bahwa jika anak laki-laki kerap mengkonsumsi susu kedelai, maka hal ini bisa berpengaruh pada organ vitalnya. Sebagai informasi, susu kedelai ternyata kaya akan hormon estrogen sehingga andai anak laki-laki kerap mengkonsumsinya, dikhawatirkan hal ini akan menurunkan produksi hormon testosteronnya. Sebagai informasi, pada masa pertumbuhan, hormon testosteron berpengaruh besar pada perkembangan ukuran organ vital anak laki-laki. Hal ini berarti, dengan kerap mengkonsumsi susu kedelai, dikhawatirkan ukuran kelamin anak laki-laki menjadi lebih kecil dan kantung buah zakarnya akan cenderung lebih mulus dan bukannya hitam dan berkerut layaknya pada umumnya.

Penggalan penuturan yang disampaikan dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd dalam artikel di website doktersehat.com bisa menjadi contoh kecil agar kita sebagai Ibu mau terus berupaya dalam belajar, gemar membaca bahkan mencari info terkait nutrisi yang baik untuk putra-putrinya. Kebenaran mengenai konsumsi kedelai secara berlebihan ini memang sudah dilakukan uji coba terhadap tikus jantan dan tikus betina https://id.theasianparent.com/kedelai-anak-laki-laki-feminin bahkan manusia secara langsung dalam jangka waktu tertentu. 
Tapi semua tidak menjadi masalah jika kontrol nutrisi tetap dilakukan bukan? 

Makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al A`raaf : 31)

Tentunya semua yang berlebihan tidak baik, sehingga akan memberikan dampak tertentu kedepannya. Namun akan menjadi soal lain jika ternyata kontrol nutrisi ini tidak dilakukan secara langsung oleh Ibu terhadap anak-anaknya, misalkan kondisi dalam masyarakat kita yang menyerahkan urusan dapur kepada asisten rumah tangga dan mengabaikan nutrisi apa saja yang sampai pada tubuh anak kita. Kondisi lain seperti membiarkan anak mengkonsumsi makanan cepat saji karena memilih praktisnya makanan mengingat waktu Ibu memasak tidak memungkinkan dan kebiasaan keluarga masa kini yang cenderung suka makanan instan. 

Dampak-dampak tersebut tentunya ada terkait dengan nutrisi yang terdapat dalam makanan yang dimakan anak-anak kita. Tak menjadi soal jika menyerahkan tugas memasak kepada asisten namun kita masih bisa berkesempatan mengontrol nutrisi mereka dengan banyak cara, seperti membuat daftar menu, meracikkan bumbu, menyiapkan bekal dan mengatur waktu untuk menyiapkan cemilan enak sendiri. Tidak menjadi hal yang ribet jika semua makanan dan cemilan anak terorientasi dengan real food, karena real food sangat mudah dijumpai dimana saja baik di pasar tradisional maupun super market.

Menyadari pentingnya peran Ibu dalam mengontrol nutrisi anak sebagai bentuk pencegahan baligh terlalu dini, maka banyak sekali yang menjadi tugas kita ke depannya. 

1. Apa makanan yang dikonsusmsi anak kita selama ini sudah sehat dan baik?
2. Kontrol nutrisi apa saja yang sudah kita lakukan?
3. Apakah kita sudah rajin berbelanja dan membuat daftar menu makan untuk anak?
4. Seberapa sering kita membiarkan anak mengkonsumsi makanan instan?
5. Bekal makanan si kecil apakah sudah sesuai kontrol nutrisi?
6. Seberapa banyak kita mencari informasi dan tahu mengenai kandungan terhadap berbagai bahan makanan selama ini?
7. Apa kita sudah membiasakan diri membaca tabel nutrisi pada makanan kemasan?

Begitu banyak evaluasi diri dan perenungan mendalam untuk recharge kembali semangat menjalankan peran Ibu sebagai pengontrol nutrisi. Mengingat dampak-dampak nyata yang timbul akibat baligh terlalu dini. 

Semoga bermanfaat.

#Day12
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari

#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 11- FAQ anak mengenai seksualitas dan cara menjawabnya


#Day 11
Tema:  FAQ anak mengenai seksualitas dan cara menjawabnya
Presentator: TIM 10

Materi presentasi yang dilakukan TIM 10 berupa pertanyaan anak mengenai seksualitas dan cara menjawabnya. Saya tidak bisa membuat resume, melainkan harus memfoward materi yang ada karena ini bisa dijadikan bacaan bagus untuk Ayah, Bunda dan semua pembaca dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan si kecil mengenai seksualitas.

Seru sekali pertanyaan-pertanyaan dari si kecil, bahkan kadang tidak terduga sehingga banyak orangtua kesulitan dalam menjawab. Materi yang disajikan TIM 10 menjabarkan banyak contoh pertanyaan si kecil dan cara menjawabnya. Bunda bisa simak selengkapnya di: https://drive.google.com/file/d/1-0j1VUM3LVJge_SClPPP_6CA2_AotGnu/view?usp=sharing

#Day11
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 10-Peran Lingkungan dan Perlindungan terhadap Kejahatan Seksual





Day 10
Tema: Peran Lingkungan dan Perlindungan terhadap Kejahatan Seksual
Presentator: Tim 9

Bahaya tentang kejahatan seksual terhadap anak, hampir saban hari terjadi. Ada ratusan modus dalam menjerat korbannya. Sungguh ironis, anak- anak yang tak berdosa itu, kerap menanggung derita akibat kelakuan para pelaku. Sampai saat ini, berbagai upaya telah dilakukan pihak- pihak terkait agar jumlah korban mampu ditekan. Meski begitu, kasus perkasus tetap saja terjadi.
Seperti pembahasan pada tim sebelumnya bahwa peran orangtua sangat penting sekali, tapi ternyata tidak hanya peran Ayah dan Ibu saja, bahkan lebih dari sebuah keluarga, peran lingkungan dalam hal ini termasuk peran sekolah, masyarakat dan juga negara. Pada presentasi tim 5 pernah menyampaikan kolaborasi peran merupakan upaya penting perlindungan anak dari kejahatan seksual. 
Masing-masing lingkungan bertugas menjalankan perannya dalam memberikan perlindungan melalui banyak hal yang bisa diupayakan antara lain pendidikan, pembimbingan, kontrol lingkungan, kajian dan kegiatan positif untuk mengarahkan pada hal positif dan manfaat , bahkan lebih jauh lagi negara mampu membuat UU yang melindungi warganya dan menjerat para pelaku sehingga menimbulkan efek jera sehingga menekan data korban kejahatan seksual. 

#Day10
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

Day 09- Penyimpangan seksualitas, pencegahan dan solusi

#Day 09
Tema: Penyimpangan seksualitas, pencegahan dan solusi
Presentator: TIM 8

Pada awal pemaparan Tim 8 menjelaskan mengenai peran penting Ayah dan Ibu dalam mengenalkan pendidikan fitrah seksualitas yang sangat penting sedari diri. Pendidikan Fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir, menumbuhkan fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu. Banyak penelitian yang menyampaikan mengenai data bahwa perceraian orangtua dan hal lain yang membuat kedekatan dan peran orangtua menjadi tidak ada untuk anak, dapat menyebabkan berbagai macam masalah yang timbul seperti perasaan terasingm kehilangan, depresi, gangguan jiwa, sehingga permasalahan tersebut kelak bisa mengganggu masalah sosial dan seksualitasnya. 

Tak heran berbagai masalah penyimpangan seksualitas begitu banyak terjadi. Lalu sebenarnya apa sih penyimpangan seksualitas itu?

Pengertian penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan seksual, baik arah, minat maupun orientasi seksual. Penyimpangan adalah gangguan atau kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Obyek seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri maupun obyek dalam khayalan.

Penyimpangan seksualitas tersebut seperti homoseksual, biseksual, kemudian ada beberapa jenis kelainan seks lainnya seperti eksibionisme, voyeurisme, froteurisme, pedofilia, sadomasokis, sadisme, zoofilia, nekrofilia, transvestisme dll. Penyimpangan seksualitas ini menjadi begitu menghawatirkan orangtua sehingga diharapkan setiap orangtua berperan besar dalam memberikan pendidikan seksualitas sedini mungkin dan dengan cara sebaik mungkin.  

Lalu untuk melakukan pencegahan dan solusinya jika hal tersebut terjadi?
Pencegahannya adalah dengan memberikan pendidikan agama yang baik, jika dalam islam maka ada aturan  khusus dalam memisahkan antara kamar anak laki-laki dengan anak perempuan, mengenalkan kepada tuhannya sedini mungkin harapnnya agar hatinya selalu terpaut akan tuhan sehingga tercegah dari perbuatan yang buruk. Yang kedua adalah pola asuh orangtua, memberikan pendidikan fitrah seksualitas sesuai tahapan usianya, melakukan komunikasi yang baik sehingg aterbentuk konsep diri yang baik pada anak. Tang ketiga adalah peran Ayah secara optimal dan yang keempat adalah menjauhkan anak dari akses ponografi baik bacaan maupun tontonan (TV, gadget, dan media lainnya)

Solusi dari tim 9 memaparkan solusi yang disampaikan oleh dr. Fidiansyah: 
Konseling dengan psikologi dan psikiater, akan ada pendekatan dan penanganan khusus yang dilakukan berdasarkan penyebabnya, antara lain dari aspek biologi dengan cara pengobatan, dari aspek psikologi dengan mengubah perilaku atau kebiasaan, lingkungan sosiologi dengan memodifikasi ulang perilaku dalam lingkungan sosialnya, merubah kognitif, midset atau car aberpikirnya dan meluruskan kembali pemahamannya yang keliru dari spiritualnya. 


#Day09
#Fitrahseksualitasanak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

August 16, 2019

Day 8- Menjaga Diri Dari Kejahatan Seksual

#Day 08
Presentator: TIM 8

Banyak hal yang kita ajarkan pada anak-anak tentang keamanan selama masa tumbuh kembangnya, dari lihat kanan-kiri sebelum menyebrang, sampai jangan ambil permen atau biskuit dari orang yang tidak dikenal hingga mengajarkan bagaimana cara menjaga diri dari kejahatan seksual. 

Tim 7 memberikan berbagao contoh kekerasan yang terjadi di masyarakat kita dan juga ciri fisik, psikis bagi korban yang mengalami. 

Dengan begitu kita akan lebih wara' dalam berlaku sehingga harus memberikan banyak pengetahuan kepada anak bagaimana cara menjaga diri. Berikut tabelnya: 


#Day08
#Fitrahseksualitasanak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

August 15, 2019

Day 07- Pengaruh Media Digital Terhadap Fitrah Seksualitas Anak


#Day 07
Tema: Pengaruh Media Terhadap Fitrah Seksualitas Anak
Presentator: TIM 6

Perkembangan teknologi digital kian hari makin cepat, di satu sisi teknologi digital ini banyak membuka peluang baru dan memudahkan aktivitas kita sehari-hari.
Di sisi lain, ada juga dampak negatif yang dibawa oleh pesatnya perkembangan teknologi digital, termasuk terhadap perkembangan fitrah seksualitas anak-anak kita.

TIM 6 dalam presentasinya memaparkan bahwa peran orangtua dalam Literasi Media sangatlah penting. Tidak hanya anak, namun orangtua justru harus lebih melek media dengan ability utama adalah kritis terhadap media. Mulai dari penggunaan media, penciptaan media dan analisis media ( Hans Schmidt;2012)

Literasi media digunakan sebagai keterampilan untuk memahami dan menggunakan semua bentuk media agar efektif dan efesien. 
#Day07
#Fitrahseksualitasanak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>

August 13, 2019

Day 06- Aqil dan Baligh Secara Bersamaan



#Day 06
Tema: Menuju Aqil dan Baligh secara bersamaan
Presentator: TIM 5

Haloooo Bunda, simak materi versi audionya yukkk di: https://anchor.fm/akmala-maulida/episodes/Pendidikan-Fitrah-Seksualitas-e4udgq


Kesimpulan dapat dichek di: https://steller.co/s/9mbU3nq9ZNB


#Day06
#Fitrahseksualitasanak
#Tantangan10hari
#KuliahBunsayIIP
#Level11
Lanjut Baca yuk.. >>>