October 31, 2018

Motivasi dalam literasi


#Day09
#Motivasi

Pada tema sebelumnya aku menulis mengenai sosok inspiratorku, dalam tulisan itu sempat aku singgung sedikit mengenai sosok motivator bagiku, yaitu Papaku.

Namun titik balik yang tidak terlupa adalah saat aku menikah, suamiku sangat mensupportku untuk menulis kembali. Aku memulainya melalui feed IG. Tidak banyak caption yang dapat aku rangkai. Hingga akhirnya keberadaan Mahira membuat aku sangat semangat dalam memperbaiki diri, memantaskan diri menjadi seorang Ibu yang harus cukup ilmu sehingga dapat mendidik anaknya dengan baik.

Sebagai madrasah pertama bagi anakku, literasi adalah jalanku menemukan berbagai ilmu. Aku membaca, menulis, mendongeng, membuat resume, mengikuti berbagai proses pembelajaran terkait literasi. Sehingga motivasi itu banyak hadir dalam berbagai bentuk, disamping keluarga atau orang tersayang, peranku sebagai madrasah pertama Mahira menjadi yang dominan.

Peran inilah yang membuat aku semangat dalam merangkai kata, caption di Feed IG ku semakin panjang saja. Rasanya tidak pernah cukup untuk menuliskan semua yang ingin disampaikan. Namun apa daya, terkadang aku urung mempostingnya di media sosial tersebut dan blog ini aku jadikan dapur kata bagi aku untuk merangkai aksara.  

Motivasi tersebut mungkin adakalanya surut, namun dengan bergabung dalam Rumbel Literasi atau komunitas Literasi, aku berharap motivasi ini tetap terjaga. Mungkin harus diperbanyak ikhtiar lagi, jika memang jalan yang aku pilih adalah literasi.

#wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM

Lanjut Baca yuk.. >>>

For Admin ODOP with LOP (Tantangan Terakhir)





Alhamdulillah…

Tidak terasa sudah 2 bulan lamanya saya mengikuti ODOP (One Day One Posting). Komunitas yang membuat saya awalnya merasa begitu dipaksa untuk menulis, namun saya suka. Suka karena saya dipaksa untuk memiliki habit yang baik yaitu menulis. Hehe..

Ada beberapa poin yang ingin saya sampaikan dalam surat cinta kali ini. Namun lebih tepatnya ke review dan merekomendasikan ODOP. Haha…

Suhu Komunitas
Para Admin ODOP saya tahu usianya muda-muda, haha… Mereka begitu fresh, semangat, aktif, konsisten dan loyalitasnya begitu tinggi. Sehingga saat saya masuk, suhu komunitasnya sangat terasa. Terasa seperti stand makanan di area kondangan: rame, hangat dan kenyang.

Sistem
Sejak proses pendaftaran ODOP yang saya temukan di feed ID ODOP, saya merasa cukup tertarik karena saat mengisi Gform registrasi, calon peserta harus menyertakan link tulisan dalam blognya. Kemudian tentunya diseleksi oleh tim. Saat pengumuman diterimanya di ODOP ada rasa gemuruh tapi dihadapi saja.

Kami dikumpulkan dalam wadah yaitu WAG ODOP Batch 6. Total peserta yang diterima dibagi menjadi beberapa kelompok dan dimasukkan dalam WAG kecil yang diberi nama unik.  Dalam proses pelaksanaan kegiatan di ODOP, tim menyediakan tiga WAG sebagai wadah kami berdiskusi dengan seluruh member (WAG ODOP Batch 6), berdiskusi dengan anggota kelompok (WAG Pulau Buru, dll), dan juga WAG Share Link (tempat khusus setor link).

Kami memiliki jadwal dari Senin-Jumat dengan materi yang sudah disiapkan tim. Dari Sejarah Komunitas ODOP, Teknis Blogging, Personal Branding, Konsistensi Menulis, Kesalahan penulis pemula, menulis dialog, menulis feature, menulis fiksi komedi, menulis biografi, menulis puisi dan lain-lainnya. Jadwal materi dalam satu pekan ada materi fiksi dan non fiksi di WAG Grup ODOP batch 6 dan Jadwal Blog Walking serta Bedah Karya di WAG Pulau. Terkadang ada kulwap dengan materi seru di grup besar ODOP.

Masuk menjadi salah satu penghuni Pulau Buru adalah rizki apalagi salah satu PJnya bisa saya lihat langsung tidak hanya di dunia maya saja. Haha… Admin atau PJ tersebut adalah Kak Saki, Ka Ilham dan Kak Herrisa. Saya suka system di ODOP, bijaksana dan tegas. Terkait batas waktu menulis, kami diberi kesempatan untuk rapel namun jika kesempatan itu tidak digunakan ya siap-siap saja akan di keluarkan.

Batas waktu itu kita kenal dengan Senin bersih-bersih, karena setiap hari Senin admin kami yang bernama Kak Saki bersih-bersih (meremove peserta yang tidak setor berturut-turut dan juga tidak rapel hingga batas yang ditentukan) masyaallah.

Mengenai bedah tulisan Kak Herrisa juga memulainya dengan jadwal yang teratur, mengshare jadwal Blog Walking. Walaupun di bagian akhir dia sempat tidak terlihat mungkin karena sibuk. Namun overall saya merasa nyaman saja di pulau buru, saya banyak mendapat ilmu, teman dan pengalaman. PJ Pulau buru sudah membawa kami dalam petualangan yang mungkin tak terlupakan. Banyak waktu, tenaga, biaya yang sudah mereka ikhlaskan untuk niat berbagi, niat mendiddik kami agar memiliki habit menulis yang baik. Semoga rahmat Allah selalu terlimpah untuk kalian semua.

Dear Admin ODOP yang di Rahmati Allah… 

Atas semua kerjakeras dan ketulusan hati kalian dalam berkontribusi terhadap kelangsungan ODOP. Izinkan saya memberi hadiah special untuk kalian, yaitu Doa.

Semoga Allah senantiasa limpahkan rizkinya dari segala penjuru kepada kalian. Berupa kesehatan, keselamatan, keamanan, perlindungan, rasa bahagia, dan kemampuan menghadapi berbagai persoalan. Semoga yang sudah menikah selalu dalam payung sakinah hingga Jannah bersama pasangan. Semoga yang belum menikah segera dipertemukan dengan jodoh yang terbaik menurutNya. Semoga semua amal kalian juga Allah ridhoi hingga terus bertumbuh menjadi pribadi yang loyal, inspiring, semangat dan terus menebar manfaat. Amin.

Dear Admin ODOP yang di Rahmati Allah…

Terimakasih banyak atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berpetualang dalam Pulau Buru. Mohon dimaafkan jika sebagai peserta saya ada salah. Semoga semua yang kita lakukan diridhoi Allah. Amiin
With Smile,
Akmala

Lanjut Baca yuk.. >>>

Aliran Rasa Materi Melatih Kemandirian



Alhamdulillah…
Tantangan Game Level 2, materi Melatih Kemandirian Anak sudah saya selesaikan. Sekalipun praktek tersebut masih berlangsung hingga saat ini dan indikator kemandirian tersebut belum mencapai One Week One Skill.

Saat materi ini diberikan, saya memang sudah tidak asing lagi karena dalam kesehariannya Mahira cukup gasik saya perkenalkan dengan kemandirian. Namun ternyata semua itu ada tahapannya, tidak bisa serta merta kita memaksakan kehendak kita. Agar anak bisa melakukannya sendiri dengan segera. Jadi dalam proses membersamai Ananda dalam melatih kemandirian, saya lebih mengarahkan pada goal kemandirian kesadaran, tahap ini saya pilih karena kemandirian juga akan mudah terserap sesuai dengan kematangan usia anak.  

Saya juga lebih banyak mencontohkan agar praktek kemandirian tersebut dapat di copy oleh Ananda. Kemandirian yang saya ajarkan ada tiga, pertama Mahira dapat menyadari kapan ia harus mencuci tangan. Kedua, Mahira dapat menyadari kapan ia harus sikat gigi dan ketiga lebih kepada pengenalan proses TT. Dari ketiga proses belajar tersebut, saya akui butuh kuantitas sabar yang banyak terutama pada bagian mengajaknya untuk menyikat gigi.

Ada moment dimana saya senang Mahira mau menyikat gigi sendiri tapi saya khawatir karena proses menyikatnya yang tentu tidak bersih. Disinilah saya belajar memberikan kepercayaan kepada Ananda.

Materi kali ini membuat saya memahami bagaimana proses belajar itu berlangsung terutama pad adiri saya sendiri, bahwa melatih kemandirian bukan saja anak dapat melakukan semua sendiri tanpa bantuan orang tua namun melatih kemandirian kepad aanak sebenarnya adalah bagian sari memberi kepercayaan kepadanya.

Menanamkan kepercayaan kepada anak, bahwa mereka adalah anak yang baik, cerdas dan mandiri. Maka secara naluriah mereka akan menjaga dan mempertahankan apa yang kita percayakan kepada mereka.

Ketika kita memberikan prasangka yang baik padanya, secara naluriah pula tingkat kepercayaan itu meningkat bukan? Sehingga menjadikan munculnya energi untuk terus berbuat baik dan membuat kita dan orang-orang yang disayangi merasa bangga padanya. Masyaallah.
#AliranRasa
#TantanganGameLevel2
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
#BundaSayang



Lanjut Baca yuk.. >>>

October 30, 2018

Profesi dan menulis


#Day08
#Profesi

“Ikatlah ilmu dengan tulisan” (Silsilah Ahadits Ash Shahihah no. 2026)

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Kurang lebih begitulah, pengertian dari profesi yang aku dapat dari mesin pencari. Aku dulu ingin sekali berprofesi sebagai guru, karena aku sangat suka kegiatan belajar dan mengajar. Orangtuaku bukanlah guru, namun karena aku begitu suka belajar dan waktuku banyak di sekolah, maka sepertinya profesi guru adalah pilihan yang termindset baik di pikiranku.

Aku bisa libur saat siswa-siswa libur, aku bisa pulang gasik dan melakukan aktivitas lain yang aku mau. Aku memandang guru juga awet muda, entah karena apa? Aku melihat guru-guru SMAku saat datang ke acara pernikahanku, mereka terlihat sama seperti dulu. Mungkin ada beberapa keriput yang aku lewatkan, tapi aku merasa meraka sama saja.

Aku dikelilingi guru-guru hebat yang berdedikasi tinggi saat diamanahi siswa. Mereka aku nilai sangat all out dalam mengajar, contoh saja guru SD ku yang bernama Pak Disan. Ia mengayuh sepeda dari rumahnya, setiap hari hanya untuk mengajar kami. Tanpa pernah terlambat, tulisannya khas sekali hingga kapur putih merk sarjana itu, menjadi saksi semangatnya dalam membuatkan resume untuk kami. Resumenya itu disadur ulang oleh kami dalam buku tulis, ini menjadi kegiatan literasi yang sudah aku kenal sejak bangku sekolah. Menulis.

Kemudian aku punya guru-guru luar biasa saat SMP, hampir semua guru berusaha aku pahami karakter dan cara mereka mengajar. Kata Papaku, cintai dulu gurunya baru mata pelajarannya dan itu cara efektif untuk aku menemukan feel belajar yang superrrrr antusias dalam semua mata pelajaran. Sebut saja Bu Endang guru sejarahku, Pak Tejo guru Ekonomiku, Bu Windi guru Bahasa Indonesiaku, Pak Yadi guru Matematikaku, Bu Widi guru Biologiku, Pak Budi guru Bahasa Inggrisku dan Pak Sutjipto guru Bahasa Indonesiaku saat aku kelas 3 SMP, masih banyak lagi guru lainnya, masyaallah. Mereka semua sangat mensupportku, sampai kabar mengenai diterimanya aku melalui program PSSBpun mereka tahu. Masyaallah…

Lalu saat SMA, aku juga punya guru yang luar biasa, ada Bu Pur, Bu Tri, Bu Amalia, Bu Chafida, Bu Puji, Pak Santoso, semua guru tersebut masih berhubungan baik denganku hingga sekarang. Kecuali Bu Pur yang meninggal setelah 1 tahun setelah aku lulus SMA.

Karena guru-guru tersebut, aku menjadi suka pelajaran mereka dan aku menjadi suka sekali belajar. Saat belajar aku selalu membuat  sendiri kisi-kisi, semacam catatan poin yang ada dalam materi. Itu menjadi hal yang membuatku tidak asing dengan menulis.  Menjadi kebiasaan tersendiri bagiku setiap kali belajar aku harus menuliskannya kembali. Menuangkan kembali materi dengan versi lain yang mudah aku pelajari. Aku selalu menganggap bahwa apapun profesinya, akan selalu melibatkan kita pada dunia tulis menulis, bahkan profesi petanipun membutuhkan kemampuan sang petani untuk membuat catatan pengeluaran pembelian garam, hasil panen dll.

Lalu bagaimana dengan profesi penulis itu sendiri?

#wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM



Lanjut Baca yuk.. >>>

October 28, 2018

Disiplin berarti mencintai dengan sungguh-sungguh


#Day07
#Disiplin

“Mencintai yang sesungguhnya adalah mencintai sesuatu yang indah dalam cara yang baik dan disiplin.” – Plato

Mengenai disiplin waktu, sikap, peraturan dan juga beribadah aku banyak belajar dari Mbah Putriku, Ibu dari Papaku. Aku selalu terpukau dengan gaya morning personnya yang dari sepertiga malam hingga berjumpa waktu dhuha tetap konsisten mengisi waktu dengan ibadah dan kegiatan produktif sepanjang hidupnya. Rasanya sulit sekali untuk menyamakan disiplin selevel Mbah Putriku itu, Mamaku sendiri banyak belajar dari sosok Ibu mertuanya tersebut. Hingga ada beberapa poin yang sampai sekarang masih Mama berlakukan.

Pertama terkait Ibadah, menjelang waktu salat Mbah biasanya sudah menghentikan semua aktivitasnya, membersihkan diri, wudu hingga pas tiba waktu adzan. Sepanjang adzan dan iqomah mbah biasanya bersalawat setelah menyelesaikan salat rawatib. Demikian habit seperti itu tidak berubah sedikitpun dalam lima waktunya. Masyaallah…
Jika aku harus membuat korelasi antara quotes Plato di atas, sejatinya mbah Putriku sudah sedemikian rupa mempraktekkan bahwa mencintai Allah (sesuatu yang indah) dan dengan cara baik hingga ia menghargai tiap kehadirannya harus selalu bersih (mandi) dan disiplin (pada waktu yang tepat). Pun sebaiknya ketika kita mencintai apapun yang indah memang harus dilakukan dengan cara yang baik dan disiplin. Tidak hanya dalam ibadah saja.

Bisa jadi dalam sikap dan peraturan lainnya. Aku jadi teringat, bagaimana Mama melatih kami disiplin dalam sikap. Misal saja, sehabis mandi kami  sudah dibiasakan meletakkan kembali handuk di tempatnya. Jika kami menggunakan apapun misal gunting, potongan kuku, sisir, dll harus dikembalikan sesuai tempatnya. Mama bilang, manfaat tersebut adalah agar kita tidak kesulitan jika mencari barang yang dibutuhkan.

Kiranya aku juga ingin mencintai literasi dengan sungguh-sungguh, sehingga membuat aku terus mencintai dengan cara yang baik dan disiplin. Misal saja, aku berusaha mengejar ketertinggalan saat mengikuti challenge ini, sebelumnya aku izin dengan PJ ku karena hari kemarin aku mengalami demam hingga menggigil dan anakku terus saja menempel denganku. Hari ini aku kembali berusaha menyelesaikan challenge sesuai waktunya. Disiplin berarti mencintai dengan sungguh-sungguh. 

Jika kita mencintai Allah dengan sungguh-sunnguh ya memang sebaiknya disiplin dalam memenuhi panggilanNya.
Jika kita mencintai Orangtua dengan sungguh-sungguh ya memang sebaiknya disiplin dalam memenuhi perintah baiknya.
Pun jika kita mencintai sungguh-sungguh suatu hal, kita harus mencintai dengan cara yang baik dan disiplin.

Memang tidak mudah bahkan sedikit harus dipaksakan, agar hal tersebut menjadi kebiasaan yang baik. Kita terbiasa untuk mencintai dengan sungguh-sungguh, dengan cara yang baik dan dengan disiplin. Semoga kita semua kita mampukan. Aamiin..

#wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM


Lanjut Baca yuk.. >>>

He is my inspiration









#Day06
#Sosok Inspirator

"Ning pingin urip selamet dunia akhiroh, kudu patuh aturane gusti Allah lan dadio wong sing jujur."
_Mahrus Chambali

Challenge Rumbel LM memasuki Day ke #6, tema kali ini mengenai Sosok Inspirator. Inspirator adalah orang yang perkataannya, tindakannya maupun tulisannya bisa menginspirasi banyak orang. Karena sifatnya indirect, inspirator itu tanpa banyak bicara, mampu membuat orang lain terdorong lalu bergerak dengan motivasi yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri.

Jika aku menyebutkan sosok tersebut, ada beberapa orang yang menjadi bagian dalam hidupku dan berperan sebagai sosok inspirator. Saat aku kecil, sosok inspiratorku adalah Mbah Kakung ku, beliau adalah Ayah dari Mamaku, ia berperan menjadi rule modelku. Sosok yang supel, ceria, humoris, sedikit jahil, sangat baik hati, laki-laki yang pandai memasak, sosok kakek yang pandai ber-DIY, pemberani, sosok yang memiliki jiwa leader yang kuat, karena pemikirannya yang cerdas ia sering kali dimintai solusi dan nasihat, buku bacaan mbah Kakung juga banyak, ia sangat suka membaca.

Kedekatan kami mungkin karena sejak bayi aku terbiasa hidup dengan Mbah Kakung dan Mbah Putriku. Aku tumbuh dalam pola asuh tiga generasi. Yang menjadikan Mbah Kakungku seperti ayah kedua bagiku.  Beliau dulu adalah seorang Carik di desa dan juga petani. Mbah juga aktif sebagai anggota sebuah partai politik yang bergambar kabah itu, saat sepak terjangnya hingga menaiki tangga DPR. Beliau dikhianati iparnya sendiri, sehingga semua jabatan yang sudah diraihnya ia lepas dan memilih menjadi seorang petani.

Mbah bilang kepada Papaku, semua pekerjaan hanya mengantarkan kita pada dosa jika kita lalai dan tidak berhati-hati. Sekalipun niat kita baik, syaitan dengan mudah membelokkannya dan menjadikan kita bagian dari dirinya. Ning pingin urip selamet dunia akhiroh, kudu patuh aturane gusti Allah lan dadio wong sing jujur. Saat aku memasuki usia remaja, Papa memfoward nasihat Mbah Kung kepadaku.

Ada banyak hal yang masih ku ingat jelas, setiap habis mengimami sholat subuh di masjid yang didirikan keluarga besar Mbah Kakung, mbah biasanya tadarus Quran, kemudian membantu mbah putri untuk masak. Mbah akan ke sawah jika pekerjaan istrinya sudah selesai. Di sawah mbah sangat all out terhadap semua padinya, di kebun mbah juga sangat all out terhadap semua tanaman kebunnya. Jika ke sawah atau kebun, Mbah jarang menggunakan alas kaki. Ia Pria pertama yang ku kenal sebagai pria tak takut kuman.

Mbah Kakung khas sekali dengan topi coboynya yang berwarna hitam. Parasnya yang tampan, giginya putih dan rapi, hidungnya tinggi dengan paduan alis dan mata yang bagus membuat Mbah pantas jika menjadi aktor terkenal. Mbah suka sekali membaca, beberapa kitab yang aku tidak tahu cara membacanya karena tulisannya arab gundul. Mbah Kakungku memang lulusan Gontor, membaca buku atau belajar sekalipun sudah lulus menjadi habit yang tidak terlupa di sela-sela kesibukannya.
Saat hendak mengisi khutbah sholat Jumat, mbah selalu berlatih terlebih dahulu dihari sebelumnya, bahkan mempersiapkan teksnya untuk latihan. Entah kenapa hal itu menjadi inspirasi untukku. Ia sangat all out disemua hal. Masyaallah..

Kegemarannya dalam membaca buku sangat senada dengan kegemaran Papaku, mereka adalah sosok Bapak Mertua dan menantu yang kompak. Namun aku memosisikan Papa lebih kepada motivatorku. Sehingga keberadaan mereka sangat membentukku hingga memiliki kegemaran di bidang literasi, tidak hanya membaca aku juga suka menulis.

Aku berharap, suatu saat baik ucapan, tindakan dan tulisanku dapat menjadi inspirator keturunanku atau setidaknya aku dapat berperan sebagaimana keberadaan Mbah Kakung dan Papa dalam hidupku.

#RumbelLM
#10dayschallenge
#wanitadanpena
#ODOP_6
#onedayonepost
#odopbatch6



Lanjut Baca yuk.. >>>

Tantangan ODOP 7



Aku sudah menyelam begitu dalam
Nafas ku sudah berirama dalam air asin
Nampaknya aku bisa menghuni lautan
Membiru disana bersama karang
Tak ku dapati ombak berempati terhadap papan yang terapung tak pasti
Hempas hingga hancur kemudian menepi

            Aku sudah menyelam begitu dalam
            Hingga aku sulit melihat bintang malam
            Nampaknya aku sudah bisa menghuni samudera
            Berpalung jauh di bawah bahtera
            Tak ku dapati Hiu baik hati yang saat lapar Ia urung diri
            Mencabik waktu membiarkan mangsa melenggang senang
            Hidup terus bergelut rasa takut

Aku sudah menyelam begitu dalam
Hingga Alga berderet, sangat  jauh di atas kepala
Tentu  aku sudah jauh dari muara
Berharap sungai tak mungkin lagi tercapai
Tak ku dapati gurita manja yang enggan melepas tinta saat terusik
Sekalipun teriak berisik, warna laut tak akan lagi cantik
Aku tenggelam...

Sedalam apa kalian pernah merasa tenggelam? Tenggelam dalam kecewa yang begitu hebatnya, kemudian seolah tidak ada pilihan selain menyerah dan kalah.

Bagaimana kisah kecewa dalam puisi ini? kekecewaan seperti apa yang membuat kita seolah menyerah dan kalah? Temukan jawabannya dalam buku BE A NEW ME. :)



#TantanganODOP7
#onedayonepost
#odopbatch6
#fiksi

Lanjut Baca yuk.. >>>

October 26, 2018

Daftar Belanja keperluan Dapur


#Day05
#Dapur

“Pah.. minyak goreng habis.” Ucap Mamaku saat Papaku membersihkan sink agar nampak selalu baru.

Papa bisa menghabiskan satu botol harpic dengan lima kali oles dengan durasi kurang lebih dua jam pada sink dapur agar nampak seperti baru. Bagiku ini salah satu romantisme yang istimewa. Namun rupanya Mama tidak terlalu suka karena aktivitasnya bertemu sink menjadi terganggu apalagi dengan aroma perpaduan HCL, Oxalid Acid dan NaOH yang bikin pusing itu.

“Apa saja yang habis?” tanya Papaku.

Kemudian biasanya Mama menyuruhku mencatat daftar belanjaan yang entah kenapa bisa panjang padahal hanya mengatakan jika minyak goreng saja yang habis. Aku baru memahami jika Papa adalah orang yang luar biasa dalam memberikan feedback dari kode yang Mama berikan.

Minyak Goreng
Gula ¼ kg (2 bungkus)
Telor 1 Kg
Mie Goreng
Mie Rebus
Kecap
Sauce
Teh
dll

Aku biasanya menuliskan dengan malas jadi tulisanku asal. Namun ketika aku memberikan daftar tersebut ke Papa. Papa mengoreksi penulisanku, tidak hanya penulisan huruf ‘G’ ku yang tidak rapi hingga sulit terbaca. Namun penulisan angka ‘4’ hingga huruf kapital M pun tak luput ia koreksi. Begitulah Papaku, beliau sangat detail.

“Ini nulis asal apa gimana? ‘G’ kok kayak angka enam!” Koreksi Papa terhadapku.

Sejak saat itu aku selalu berhati-hati menulis untuk dibaca Papa, bahkan menuliskan daftar belanjaan untuk dapur aku begitu serius. Poin ini masih menjadi PR untuk aku dalam menulis agar bisa lebih rapi. Beruntung dengan adanya gadget, aku dapat mengetik daftar belanjaan dapur pada notes. Seperti tertolong dari tulisanku yang tidak bisa rapi sampai kapanpun.

Entah kapan terakhir kali aku menulis daftar belanjaan dapur, kadang aku rindu hal itu. Pernah minggu lalu aku mengadakan peruntungan untukku. Kebetulan aaku masih di rumah mereka. Biasanya setiap Papa mau pergi, ia memberi tawaran, mau titip apa? Maka aku membuat daftar belanjaanku di dalam kertas. Tentunya dengan rapi dan hati-hati. Sayangnya, bukan mendapat koreksi lagi namun dengan cepat Papa memfoto daftar belanjaan tersebut dan mengubahnya menjadi bentuk JPEG. 

Kemudian ia membacanya satu-persatu, saat itu sesuai Papa langsung berangkat. Rasanya teknologi sudah membuatnya tidak mempermasalahkan lagi huruf-huruf yang aku tulis. Ada sedikit rasa lega ternyata koreksinya saat dulu kala begitu membekas hingga membuatku tak sadar dapat menulis dengan rapi.



#Wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM
#onedayonepost
#ODOP_6
#odopbatch6 



Lanjut Baca yuk.. >>>

October 25, 2018

Portofolio yang kusuka





#Day04
#Portofolio

Jauh sebelum aku mengenal IIP, aku terbiasa dengan buku agenda. Papaku selalu membelikaku buku agenda ataupun diary muslimah yang sesuai dengan kesukaanku. Namun terkadang aku  hanya mengkoleksinya saja, aku biarkan buku pemberian Papa tetap kosong karena ada rasa sayang jika buku bagus tersebut harus aku coret-coret. Aku suka sekali menulis dengan blocknote ataupun di whiteboard kecil. Dua benda ini sangat memudahkanku untuk mengatur kegiatanku sedari aku kuliah.

Bukan portofolio yang rapi dan enak untuk dibaca, hanya berisi to do list harian dan catatan yang mungkin akan terlihat acak-acakan. Tapi memang begitulah tulisan tanganku, tak pernah bisa bagus. Aku menamai block noteku itu sebagai portofolio, karena buku itu dapat membantuku untuk mengingat kembali apa saja yang sudah aku lakukan setiap harinya. Deretan aktivitas perharinya dapat dilihat dari buku tersebut. Ini seperti repertoar yang sangat membantuku untuk tampil aktif dan produktif.

Seiring berjalannya waktu, aku terispirasi akun story of my life di FB. Dimana ia dan suaminya membuat portofolio perkembangan anaknya lewat FB kemudian sejak kemunculan IG, mereka juga membuatnya di IG. Aku mengikuti perkembangan Elia dari baby hingga dua adiknya lahir ke dunia. Kemasan videonya yang apik hingga sangat inspiring. Awalnya aku membuat IG untuk Mahira sebagi portofolio perkembangannya, dari sejak ia lahir kedunia. Sebelumnya aku juga membuat jurnal kehamilan yang aku tuliskan general setiap bulan.

Saat aku mencoba compare dua hal ini, entah kenapa aku lebih nyaman menuliskannya. Merangkai kata demi kata dalam buku menggunakan pena, dari pada aku harus mengunggah foto dan video ke IG. Apalagi semakin hari banyak request permintaan dari temanku yang penasaran dengan sosok Mahira.

“Bagaimana jika perkembangan Mahira cukup tersimpan dihardisk saja?” Tidak perlu dengan IG khusus? maka IG Mahira langsung aku hapus. Aku dan suamiku sudah sepakat dari awal sebelum Mahira lahir,  bahwa wajah Mahira adalah haknya, kami tidak pernah tahu di masa depan dia akan setuju atau tidak saat kami mengunggah ini dan itu. Tugas kami berusaha menjaga hak tersebut. Maka ada batasan kami sejak awal, bahwa kami punya sudut tersendiri dalam melakukan posting mengenai dirinya.

Akhirnya aku bertemu IIP dan membuatku mengaktifkan kembali jurnalku, kemudian aku bergabung dengan Rumbel Literasi Media, hingga Blog yang tadinya kosong kini mulai terisi kembali. Kelas Bunda Sayang yang aku ikuti, membuatku semangat untuk menuliskan portofolio Mahira dari materi awal komunikasi produktif, melatih kemandirian dan ini masuk materi ketika di November mendatang, sekalipun hampir tidak ada foto disana. Namun aku sudah menyampaikannya dengan narasi yang mewakili kejadian hari itu. 

Ini portofolio yang pas menurutku. Aku bisa tetap menuliskan dan terhubung dengan media social tanpa harus mengunggah foto atau video. Aku berharap, kelak Mahira mau membacanya kembali dan koreksi bersama diksiku yang mungkin tidak cocok menurutnya. Blog ini aku beri nama Dapur Kata Ibu Mahira, karena di dalam blog ini aku belajar meramu kata, berusaha memenuhi portofolio Mahira dengan cara yang aku suka.

#Wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM
#onedayonepost
#ODOP_6
#odopbatch6  



Lanjut Baca yuk.. >>>

October 24, 2018

Insinyur pertama di desanya




#Day03
#Cita-cita

Saat itu aku dan adik-adikku sedang berkumpul di kamar  orangtuaku, tentunya sesak karena ukuran kami sudah membesar dan meninggi. Papa dan Mama juga berada disana, tak jarang kami habiskan waktu bersama sekedar saling bertukar cerita ataupun berdiskusi. Kali ini kami mendengarkan cerita masa muda mereka dahulu. Mengenai sebuah cita-cita.

Papa menceritakan mengenai cita-citanya yang terinspirasi oleh presiden pertama Republik Indonesia, yaitu Ir. Sukarno. Ada rasa yang sama yaitu keingininan tersemat kata Ir (Insinyur) di depan namanya. Karena cita-citanya tersebut Papa sangat semangat belajar dan harus pandai Matematika. Masa SDnya ia selalu menjadi juara kelas, hanya ada 10 siswa di kelasnya saat itu dan hanya 2 siswa yang berhasil lulus dari SD termasuk Papaku. Nilai Matematikanya selalu 10, nilai yang sempurna.

Setelah lulus SD Papa melanjutkan sekolah di ST (Sekolah Teknik) dan menjadi ketua OSIS disana, kemudian Papa berhenti 1 tahun dan bekerja mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk biaya melanjutkan sekolah STM. Saat STM Papa juga menjabat sebagai ketua OSIS. Aktif di organisasi memberi banyak dampak positif untuk belajar bagaimana menjadi leader. Lulus dari ST Papa sekolah di salah satu STM di Jakarta sambil bekerja.

Saat semua terasa melelahkan karena ia harus membagi waktu antara belajar dan bekerja, Papa teringat cita-citanya tersebut. Aku ingin menjadi Insinyur! Maka sekalipun dana yang simbah berikan tidak sampai ke tangan Papa untuk biaya sekolah, Papa ikhlas dan tidak ingin meributkan mengenai haknya yang diambil orang lain. Dengan semangat cita-cita sebagai seorang Insinyur, Papa berhasil melanjutkan kuliah. Pun dengan banyak kendala saat kuliah Papa lebih cenderung sibuk dengan pekerjaan, hingga akhirnya kuliah tersebut dapat diselesaikan setelah aku dan adik laki-lakiku lahir.  

Ada banyak delman bejejer di Gedung besar nan terkenal di Jakarta, aku lupa nama gedungnya. Wisuda dengan suasana khas seperti di film Si Doel anak Betawi. Mama membelikan adekku ubi goreng dari penjual yang ada di depan Gedung, setelah kami selesai berfoto disebuah background khas para wisudawan. Karangan bunga banyak berjejer disana, tak satupun nama yang tertuju untuk Papaku.

Aku mencari huruf M, namun tidak ada. Sekalipun tidak ada karangan bunga ucapan selamat untuk Papa, aku melihat wajah Papa begitu bahagia, dengan stelan jas hitamnya ia berjalan keluar gedung melepas toganya dan menggandengku keluar gedung. Dibiarkannya Akmala kecil memegang piagam kenang-kenangan, dalam hatiku terbersit rasa ingin wisuda dan kelak Papa Mama hadir dalam wisudaku. Itulah cita-cita pertama kali yang muncul dalam benakku.

Cita-citaku sudah tercapai, aku berhasil membuat Mama dan Papa duduk diurutan terdepan, betapa bahagianya seorang Akmala yang tengah wisuda dan dihadiri oleh salah seorang anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dengan dedikasinya untuk Indonesia dibidang yang Papa geluti hingga lebih dari 32 tahun. Papa adalah Insinyur pertama di desanya, kisah ia meraih cita-cita tidak pernah akan terlupa karena menjadi cerita yang menyuntikkan aku semangat menjalani  peranku saat ini.

“Pah.. alhamdulillah kita impas. Papa sudah temani aku wisuda.” Ucapku seraya aku memeluknya.







Note: Sebelum tahun 90-an semua sarjana teknik yang lulus program strata satu sudah otomatis bergelar insinyur (Ir), namun setelah itu semua lulusan dari strata satu teknik berubah gelar menjadi Sarjana Teknik (ST) karena program insinyur berubah menjadi program profesi yang harus di tempuh diluar perkuliahan.

#wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM
#ODOP_6
#onedayonepost
#odopbatch6

Lanjut Baca yuk.. >>>

October 23, 2018

Curahan Hati Supir Grabcar.








#Day02
#CurahanHati
Waktu itu suamiku terburu mengejar shaf pertama untuk salat Jumat, ia meninggalkan gawainya di atas bed. Padahal pukul 13.00 aku harus sudah berangkat ke Kebayoran Baru untuk menghadiri sebuah acara kersajama sebangsa dengan 1001buku. Sebelum ia berangkat, ia berpesan jika tidak perlu menunggunya pulang. Berangkatlah lebih awal agar tidak terlambat. Bismillah.. Akupun akhirnya berangkat dengan menggunakan grabcar.

Baru beberapa saat aku tekan booking, layer gawaiku sudah menunjukan keterangan found your driver. Saat aku lihat dalam track, dua menit lagi mobil sampai. Aku terburu menggunakan hipseat, Mahira mengambil sepatu dan kaos kakiku tepat di sampingku. Ia seperti tahu, ibunya sedang terburu.

“Masyaallah..” ucapku menatapnya.

Mahira memberikan senyumnya dengan tulus sambil berkata,

“Ibuk! Atuuuu ibu.” (Ibu, sepatu Ibu.)

“Iya sayang.. terimakasih yaa …” balasku dan terburu mengecupnya.

Kamipun berjalan keluar, mobil  sudah menunggu di depan.

Hari itu entah keberapa kalinya aku menggunakan jasa grabcar. Dari sekian curahan hati yang aku dengar, rasanya curahan hati kali ini membuatku lebih memahami sudut pandang laki-laki. Mungkin akan menjadi aib yang tidak ingin aku dengar, tapi hari itu si bapak supir grabcar nampak sedang sangat putus asa.

“Mbak mau ke Kebayoran?” tanyanya mengawali percakapan.

“Iya Pak betul.” Jawabku singkat

Saat itu aku sedang mengkondisikan Mahira untuk membaca doa menaiki kendaraan, dilanjut mengirim pesan ke suamiku. Jika aku sudah berangkat dengan mobil merk X, bewarna X dan berplat nomor X. Aku meminta doa agar perjalanan kami lancer, sehat, selamat.

“Apa mbaknya terburu?”

“Acara saya jam dua pak, lebih baik menunggu dari pada terlambat.” Jelasku

“Iya..ini mbak paham jalannya nggak?”

“Ini perjalanan pertama saya ke tempat tujuan, jadi ikuti arahan map saja pak.” Perintah saya.

Bapaknya ragu dan menyarankan aku untuk membaca map. Ia juga meminta untuk masuk tol karena takut terlambat.  Aku menyetujuinya saja.

“Ada e-toll mbak?” tanyanya.

“Iya ada pak, sebentar.”  Jawabku sambil mencari e-toll di dalam dompet yang lebih mirip tempat pensil itu.

“Ini Pak.”

Ia menerimanya dan melanjutkan pembicaraan seputar perkembangan kota, merambat ingin tahu acara apa yang saya kunjungi. Saya menjawab dengan terbatas, menjaga batasan kami untuk bertukar informasi lebih dalam. Namun bapaknya tiba-tiba bilang,

“Bagaimana agar istri saya seperti mbak ya? Hadir dalam acara-acara yang bermanfaat dan enak diajak berdiskusi?”

Dalam hati aku beristigfar, kiranya ada yang salah dengan jawabanku tadi hingga menimbulkan asumsi dan harus mengcompare kegiatan istrinya dengan kegiatanku. Aku terdiam dan bapaknya terus bercerita hingga akhirnya aku tahu dalam posisi apa dirinya saat ini.

“Saya memang pernah selingkuh, itu karena saya nggak tahan dengan sikap istri saya yang suka ngomel-ngomel. Semacam cari pelarian saja mbak. Saya tahu itu salah dan dosa. Bahkan sudah sujud dan minta maaf ke istri saya, saya minta mengulang dari awal tapi dia tetap marah sama saya dan sekarang gentian dia sepertinya lagi dekat sama laki-laki.” Jelasnya dengan sesekali mengelap peluhnya.

“Iya pak.. bapak tentu tahu itu salah. Sebelum melakukan kenapa tidak bapak pikirkan. Ibu mungkin masih sakit hatinya dan dia memilih membalas dengan cara yang sama. Apa bapak sudah komunikasikan dengan baik?”

“Sudah mbak, sudah. Pendapatan dia lebih banyak dari saya. Jadi saya semakin di injak-injak harga dirinya. Tapi saya sudah bicara, sudah meminta maaf. Bagaimana ini mbak? Saya sangat takut kehilangan dia mbak. Setiap hari dia facebook-an terus, chat entah sama siapa. Saya benar-benar tertekan dengan sikapnya.” Bapak itu seperti menahan tangisnya yang hampir tumpah.

Singkat cerita, ia sudah bertaubat dan ingin membina rumah tangga seperti dulu lagi. Namun istrinya begitu sulit untuk diajak hijrah. Sempat aku diperlihatkan fotonya, sosok yang cantik dengan rambut berwarna. Perawakannya pun bagus, jelas seorang wanita yang menjaga penampilan.

“Istri bapak bekerja dimana?” tanyaku.

“Salon mbak.”

“Ya pak, mungkin teman sangat berpengaruh terhadap kepribadian kita. Bisa jadi lingkungannya yang membentuk Ibu menjadi pribadi yang demikian.”

“Saya gagal menjadi suami mbak..” ucapnya seraya mengelap airmata yang aku lihat jatuh di sudut matanya.

Kemudian ia meminta saran dariku. Seorang yang baru menjalani rumah tangga dan masih baru. Aku mengutarakan itu, namun si bapak bilang..

“Saya sudah curhat sama mbak, beri saya nasihat mbak agar hati saya tidak bimbang lagi mengambil keputusan.” Tatapan matanya kosong, sampai dia tidak menyadari lampu traffic sudah hijau.

“Pak.. saya tidak punya kapasitas dalam memberi masukan ke istri bapak ataupun rumah tangga bapak. Saran saya temuilah orang yang bisa menjawab permasalahan bapak. Bukan maksud menggurui juga, bagaimana hubungan bapak terhadap Sang Pencipta? Apakah bapak sudah maksimal dalam berdoa? Meminta bantuanNya?” Jawabku kala itu.

Bapak tersebut termenung dan menatap jalanan dengan gerak tubuh yang penuh isyarat jika ia sudah begitu menyerah. Ia berkali-kali ingin menyudahi pernikahannya namun ia begitu mencintai istrinya dan menyesali semua perbuatannya.

Curahan hati yang mampir ke telingaku hari ini, tentu sudah sedemikian rapi Allah persiapkan untuk aku dengar. Allah perkenalkan aku pada sebuah masalah yang terlihat begitu mengerikan dimataku, namun aku mencoba merapa maksudNya. Bahwa Allah sedang melengkapi daftar pengalamanku, membuat aku harus semakin baik berperan sebagai istri dan menyikapi suatu masalah dengan melibatkan Allah.

Saat tiba dirumah aku bercerita kepada suamiku, bagaimana aku melewati hari dengan mendengarkan curahan hati. Suamiku berpesan: “Seberat apapun masalah yang kita hadapi nanti, jangan membalas luka dengan luka, karena setiap gelas yang sudah pecah tidak bisa diperbaiki lagi. Tugas kita terhadap pasangan kita adalah seperti menjaga sebuah gelas. Jangan sampai retak atau pecah, agar ia dapat berfungsi dengan baik.”
Hari itu aku mendapat banyak pelajaran , salah satunya bagaimana memahami sudut pandang laki-laki melalui sebuah curahan hati.

#wanitadanpena
#10daychallange
#RumbelLM
#onedayonepost
#ODOP_6
#odopbatch6


Lanjut Baca yuk.. >>>