#Day02
#CurahanHati
Waktu itu
suamiku terburu mengejar shaf pertama untuk salat Jumat, ia meninggalkan gawainya
di atas bed. Padahal pukul 13.00 aku harus sudah berangkat ke Kebayoran Baru
untuk menghadiri sebuah acara kersajama sebangsa dengan 1001buku. Sebelum ia
berangkat, ia berpesan jika tidak perlu menunggunya pulang. Berangkatlah lebih
awal agar tidak terlambat. Bismillah.. Akupun akhirnya berangkat dengan
menggunakan grabcar.
Baru
beberapa saat aku tekan booking, layer gawaiku sudah menunjukan keterangan
found your driver. Saat aku lihat dalam track, dua menit lagi mobil sampai. Aku
terburu menggunakan hipseat, Mahira mengambil sepatu dan kaos kakiku tepat di
sampingku. Ia seperti tahu, ibunya sedang terburu.
“Masyaallah..”
ucapku menatapnya.
Mahira
memberikan senyumnya dengan tulus sambil berkata,
“Ibuk! Atuuuu
ibu.” (Ibu, sepatu Ibu.)
“Iya
sayang.. terimakasih yaa …” balasku dan terburu mengecupnya.
Kamipun
berjalan keluar, mobil sudah menunggu di
depan.
Hari itu
entah keberapa kalinya aku menggunakan jasa grabcar. Dari sekian curahan hati
yang aku dengar, rasanya curahan hati kali ini membuatku lebih memahami sudut
pandang laki-laki. Mungkin akan menjadi aib yang tidak ingin aku dengar, tapi hari
itu si bapak supir grabcar nampak sedang sangat putus asa.
“Mbak mau
ke Kebayoran?” tanyanya mengawali percakapan.
“Iya Pak
betul.” Jawabku singkat
Saat itu
aku sedang mengkondisikan Mahira untuk membaca doa menaiki kendaraan, dilanjut
mengirim pesan ke suamiku. Jika aku sudah berangkat dengan mobil merk X,
bewarna X dan berplat nomor X. Aku meminta doa agar perjalanan kami lancer,
sehat, selamat.
“Apa mbaknya
terburu?”
“Acara saya
jam dua pak, lebih baik menunggu dari pada terlambat.” Jelasku
“Iya..ini
mbak paham jalannya nggak?”
“Ini
perjalanan pertama saya ke tempat tujuan, jadi ikuti arahan map saja pak.” Perintah
saya.
Bapaknya ragu
dan menyarankan aku untuk membaca map. Ia juga meminta untuk masuk tol karena
takut terlambat. Aku menyetujuinya saja.
“Ada
e-toll mbak?” tanyanya.
“Iya ada
pak, sebentar.” Jawabku sambil mencari e-toll
di dalam dompet yang lebih mirip tempat pensil itu.
“Ini Pak.”
Ia
menerimanya dan melanjutkan pembicaraan seputar perkembangan kota, merambat ingin
tahu acara apa yang saya kunjungi. Saya menjawab dengan terbatas, menjaga batasan
kami untuk bertukar informasi lebih dalam. Namun bapaknya tiba-tiba bilang,
“Bagaimana
agar istri saya seperti mbak ya? Hadir dalam acara-acara yang bermanfaat dan enak
diajak berdiskusi?”
Dalam hati
aku beristigfar, kiranya ada yang salah dengan jawabanku tadi hingga
menimbulkan asumsi dan harus mengcompare kegiatan istrinya dengan kegiatanku.
Aku terdiam dan bapaknya terus bercerita hingga akhirnya aku tahu dalam posisi
apa dirinya saat ini.
“Saya
memang pernah selingkuh, itu karena saya nggak tahan dengan sikap istri saya
yang suka ngomel-ngomel. Semacam cari pelarian saja mbak. Saya tahu itu salah
dan dosa. Bahkan sudah sujud dan minta maaf ke istri saya, saya minta mengulang
dari awal tapi dia tetap marah sama saya dan sekarang gentian dia sepertinya
lagi dekat sama laki-laki.” Jelasnya dengan sesekali mengelap peluhnya.
“Iya
pak.. bapak tentu tahu itu salah. Sebelum melakukan kenapa tidak bapak
pikirkan. Ibu mungkin masih sakit hatinya dan dia memilih membalas dengan cara
yang sama. Apa bapak sudah komunikasikan dengan baik?”
“Sudah
mbak, sudah. Pendapatan dia lebih banyak dari saya. Jadi saya semakin di
injak-injak harga dirinya. Tapi saya sudah bicara, sudah meminta maaf. Bagaimana
ini mbak? Saya sangat takut kehilangan dia mbak. Setiap hari dia facebook-an
terus, chat entah sama siapa. Saya benar-benar tertekan dengan sikapnya.” Bapak
itu seperti menahan tangisnya yang hampir tumpah.
Singkat cerita,
ia sudah bertaubat dan ingin membina rumah tangga seperti dulu lagi. Namun
istrinya begitu sulit untuk diajak hijrah. Sempat aku diperlihatkan fotonya,
sosok yang cantik dengan rambut berwarna. Perawakannya pun bagus, jelas seorang
wanita yang menjaga penampilan.
“Istri
bapak bekerja dimana?” tanyaku.
“Salon
mbak.”
“Ya pak,
mungkin teman sangat berpengaruh terhadap kepribadian kita. Bisa jadi lingkungannya
yang membentuk Ibu menjadi pribadi yang demikian.”
“Saya
gagal menjadi suami mbak..” ucapnya seraya mengelap airmata yang aku lihat
jatuh di sudut matanya.
Kemudian ia
meminta saran dariku. Seorang yang baru menjalani rumah tangga dan masih baru. Aku
mengutarakan itu, namun si bapak bilang..
“Saya
sudah curhat sama mbak, beri saya nasihat mbak agar hati saya tidak bimbang
lagi mengambil keputusan.” Tatapan matanya kosong, sampai dia tidak menyadari
lampu traffic sudah hijau.
“Pak..
saya tidak punya kapasitas dalam memberi masukan ke istri bapak ataupun rumah
tangga bapak. Saran saya temuilah orang yang bisa menjawab permasalahan bapak. Bukan
maksud menggurui juga, bagaimana hubungan bapak terhadap Sang Pencipta? Apakah bapak
sudah maksimal dalam berdoa? Meminta bantuanNya?” Jawabku kala itu.
Bapak
tersebut termenung dan menatap jalanan dengan gerak tubuh yang penuh isyarat
jika ia sudah begitu menyerah. Ia berkali-kali ingin menyudahi pernikahannya
namun ia begitu mencintai istrinya dan menyesali semua perbuatannya.
Curahan
hati yang mampir ke telingaku hari ini, tentu sudah sedemikian rapi Allah
persiapkan untuk aku dengar. Allah perkenalkan aku pada sebuah masalah yang
terlihat begitu mengerikan dimataku, namun aku mencoba merapa maksudNya. Bahwa
Allah sedang melengkapi daftar pengalamanku, membuat aku harus semakin baik
berperan sebagai istri dan menyikapi suatu masalah dengan melibatkan Allah.
Saat tiba
dirumah aku bercerita kepada suamiku, bagaimana aku melewati hari dengan
mendengarkan curahan hati. Suamiku berpesan: “Seberat apapun masalah yang kita
hadapi nanti, jangan membalas luka dengan luka, karena setiap gelas yang sudah pecah
tidak bisa diperbaiki lagi. Tugas kita terhadap pasangan kita adalah seperti
menjaga sebuah gelas. Jangan sampai retak atau pecah, agar ia dapat berfungsi
dengan baik.”
Hari itu
aku mendapat banyak pelajaran , salah satunya bagaimana memahami sudut pandang
laki-laki melalui sebuah curahan hati.
#wanitadanpena
#10daychallange
#RumbelLM
#onedayonepost
#ODOP_6
#odopbatch6