May 19, 2018

Langkah


Lusa sudah masuk satu ramadhan, rasanya warming up cepat sekali berlalu. Tugas survey ke rumah baca kupu-kupu pada minggu lalu masih perlu saya ulangi karena kala itu saya belum mendapatkan alamat yang pasti. Alhamdulillah setelah mendapat kontak dari pemiliknya langsung, saya dapat menyesuaikan jadwal dan berkunjung ke rumah baca kupu-kupu bersama Mahira.

Langkah saya begitu semangat, menuju alamat rumah baca atas arahan pemiliknya yang bernama  Widya. Pertemuan saya dengan mbak Widya adalah rizki yang Allah berikan ke saya melalui komunitas S3 (Sedekah seribu sehari) dan saya sangat bersyukur mengenalnya hingga akhirnya ingin saya tuliskan dalam Gratitude Journal kali ini. 

Saat saya tiba seraya menggendong Mahira, mbak Widya menyambut saya dengan hangat, ia menjabat tangan saya dengan tekanan yang tegas. Cipika-cipiki khas muslimah dan  memperkenalkan dirinya. Saya Widya. Kesan yang pertama kali membuat langkah saya semakin bersemangat untuk masuk ke dalam Rumah Baca miliknya. 
Buru-buru saya letakkan selendang dan tas saya, melepas sepatu Mahira dan menghambur menuju rak besar di depan saya.

“ Waaah... Mahira, look! Banyak buku sayang.. coba kita lihat yuk! Mahira mau baca buku yang mana? “ Ucap saya begitu bersemangat.

Namun Mahira memilih untuk menjabat tangan mbak Widya terlebih dulu, di susul menjabat tangan ketiga anak yang sudah berkunjung lebih awal.

MasyaAllah.. pinternya Mahira” Ucap mbak Widya sambil mengusap lembut Mahira.

Hal ini seperti kejutan tak terduga dan saya sangat bersyukur atas itu karena artinya Mahira paham bagaimana Ia memperkenalkan diri di tempat baru. Saya tulis ini sebagai bentuk syukur saya atas perkembangan Mahira yang terkadang tidak dapat saya duga. Kemudian langkahnya perlahan menuju rak buku, dilihat-lihat seolah iya paham apa saja yang berjejer disana. MasyaAllah...

Mbak Widya dengan senyumnya yang hangat mempersilahkan saya menikmati suasana di rumah baca, ia pun sedang mempersiapkan sesuatu.

“Hari ini ada lomba hafalan mbak” celetuk mbak Widya memberi informasi.

Mbak Widya merupakan ibu dari dua orang putra Sa’ad (5yo) dan Sa’id (2yo), saat itu mereka di ajak ayahnya berbelanja di pasar. Suami mbak Widya mengajak anak-anak bukan tanpa alasan, agar istrinya bisa lebih leluasa dalam mengisi kegiatan untuk pengunjung rumah baca. Badan yang proporsional membuat ia begitu cekatan melangkah mempersiapkan kegiatan lomba, setelah selesai kami berbincang banyak hal terkait rumah baca.

Dalam percakapan kami mbak Widya menuturkan, tujuan utama ia dan suami mendirikan rumah baca kupu-kupu adalah karena ia ingin menumbuhkan minat baca di lingkungannya, mengisi hari minggu anak-anak sekitar dengan kegiatan yang positif dan penuh manfaat. Mbak Widya juga berharap dirinya dapat menjadi agen perubahan bagi ibu-ibu di sekitar rumahnya agar gemar membaca dari pada harus ngerumpi atau membiarkan suami-suaminya sibuk dengan kecanduan togel. Masya Allah... dengan membaca akan banyak pengetahuan yang masuk sehingga menjadi penggerak diri untuk melakukan perbaikan. Dengan kesederhanaannya beliau menjeda percakapan kami, kemudian berjalan kedalam rumah yang dindingnya penuh gambar hasil dari goresan kapur anak-anaknya.

“ Apa Mahira boleh makan ice cream? Saya bikin sendiri. InsyaAllah aman. Ayoooo Mega, Gita dan yang lain ice creamnya di makan dulu” Ucapnya dengan senyum yang ramah.

Tak ragu ia juga harus mengeluarkan dana membuat cemilan untuk anak-anak kala itu. Mungkin ini salah satu trik mbak Widya untuk membuat mereka senang berkunjung ke rumah baca. Keramahan, kebaikan dan ketulusan hati beliau membuat anak-anak betah berlama-lama di sini. Bahkan Mahira dengan cepat mudah berbaur bersama kakak-kakak yang usianya jauh di atas Mahira. Mahira hati itu sangat happy, ia tak henti-hentinya tertawa, menyunggingkan senyum, sesekali berlari ke arah saya dan kembali dengan kesibukannya bersama anak-anak lain. Saya sendiri juga merasa nyaman dan betah berlama-lama di sana. Banyak hal yang dapat saya pelajari dari kunjungan survey saya kali ini.

Pertama, saya sangat bersyukur mengenal mbak Widya karena betapa saya sulit menemukan teman yang seirama dengan langkah saya dan atas izin Allah saya di rizki kan teman baik seperti mbak Widya. Alhamdulillah...

Kedua, langkah saya yang penuh semangat menuju rumah baca bukan suatu pemborosan energi melainkan pengalaman luar biasa yang menyuntikkan saya semangat baru untuk berperan dalam masyarakat. Di sini saya dapat melihat perkembangan sosial-emosi Mahira saat berbaur dalam lingkungan baru dan tiap langkahnya dalam merespon teman yang usianya jauh di atasnya. Apa yang saya ajarkan untuknya seperti shake hand, konsep sharing, listen when  somebody asking to you dapat Mahira aplikasikan dengan baik di sini. Saya belajar lagi mengenai menjaga mood anak, karena ketika anak dalam kondisi mood yang baik, ia akan lebih mudah accepted apa yang kita sampaikan. Begitu juga akan lebih mudah anak aplikasikan apa yang ia terima saat mood nya dalam kondisi baik dalam hal ini saya sebut happy.

Ketiga, saya belajar mengenai langkah. Langkah kaki yang semangat baiknya diiringi hati yang tulus. Ketulusan akan mengantarkan kita dalam ruang tanpa kecewa dan kebaikan akan mengantarkan kita pada kebaikan selanjutnya. Mengenai memulai langkah, jangan pikirkan sepatu apa yang harus kita kenakan, tapi pikirkanlah ke arah mana tujuan langkah kaki kita?

Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Diikutkan dalam May's Challenge: Gratitude Journal Rumbel Literasi Media Ibu Profesional Semarang.


No comments:

Post a Comment