February 11, 2020

Bunda Cekatan Kelas Ulat Minggu 4




“Lebih banyak orang yang mengerti ilmu, lebih mudah bagi
masyarakat menemukan solusi

Alhamdulillah sudah memasuki minggu keempat dalam proses menjelajah hutan pengetahuan kali ini. Konsep yang saya akui sangat apik karena minggu ini kita semua diperkenankan memetik buah apel atau panen apel (ilmu) dari teman-teman semua melalui go live dan juga-melalui sharing dan diskusi dalam WAG room masing-masing keluarga.
Pada minggu ini kami dipersilahkan berkeliling menuju keluarga lain dan memanen ilmu dari keluarga yang kita pilih. Kita di sarankan fokus pada ilmu yang ingin dipelajari dan sudah dituliskan dalam mindmap.

“Jangan sampai kita menjadi FOMO (Fear of missing out)”

Takut ketinggalan berita di sosial media, takut nggak update. FOMO adalah "penyakit" para penggila media sosial. Karena memang wadah belajar kita sekarang adalah media sosial, maka kita harus bijak dalam menggunakannya. Sehingga mindmap tadi menjadi panduan kita dalam melahap ilmu tertentu. Untuk minggu ini saya putuskan fokus di Temanda Family, saya akan memperdalam pengetahuan saya terkait salah satu ragam metode yang pernah dibahas dalam grup.
Alasannya kenapa saya belum berkeliling adalah menghindari FOMO tadi dan juga saya meras belum tuntas atas apa yang saya perlu dapatkan dengan bergabungkan dalam keluarga ini. Bu Septi juga pernah menyampaikan bahwa:

“Pembelajar Mandiri:
 Tidak bergantung pada orang lain, mencari ilmu sampai tuntas.”

Kata Tuntas di sini saya garis bawahi sebagai bentuk kematangan saya dalam menguasa ilmu tersebut. Oke.. Lalu keranjang ilmu apa saya yang saya pelajari? Simak yuuk…
1.     Keranjang Islamic Montessori
Pada dasarnya, pendidikan model ini bertujuan membentuk kemandirian anak dan mendekatkan anak-anak kepada Allah SWT. Semua dimulai dari anak-anak di bawah 6 tahun. Caranya dengan memberikan benda-benda yang konkret atau nyata dan berinteraksi dengan makhluk ciptaan Allah. Pendidikan Montessori merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak yang justru membantu anak untuk memudahkan ia dalam belajar dan memahami konsep membaca, berhitung, menulis secara lebih mudah.

Namun ada beberapa poin salah kaprah memahami montessori. Jadi setelah bergabung dalam keluarga ini, saya dapat mengambil benang merah dan juga menyesuaikan ragam metode apa yang sesuai dengan kami. Salah kaprah tersebut salah satunya adalah bahwa Montessori tidak sesuai dengan Fitrah. Sebelum saya mengulas bagaimana benang merahnya. Saya akan memaparkan sedikit mengenai Fitrah Anak.

Metode Montessori dikenal juga sebagai metode yang mengakomodasi gaya belajar anak yang berbeda-beda. Anak diberikan kesempatan untuk berkembang sesuai –fitrahnya. Baiknya setiap aplikasi pembelajaran Montessori mendekatkan anak-anak kepada Allah Ta’ala. Melalui:
1.     Fitrah Iman
2.    Fitrah Fisik
3.    Fitrah Akhlak dan Moral
4.    Fitrah Akal

Dalam hal ini senada dengan metode Montessori bahwa Fitrah belajar anak usia dini adalah mengenalkan konsep konkret ke abstrak dan dari hal yang mudah kemudian yang sulit.

Montessori tidak sesuai dengan Fitrah
Fitrah anak-anak adalah bermain dan belajar sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Jika kita menggunakan metode belajar tidak sesuai dengan kemampuannya maka kita bisa membunuh fitrah anak-anak.
Pada Motode Montessori mendukung fitrah anak dari berbagai aspek. Pada fitrah fisik anak yang suka bergerak, membuat dirinya dapat memilih dan mengambil mainannya sendiri. Anak-anak tidak harus terus menerus duduk di kursi atau mengerjakan aktivitas di atas meja. Dalm lingkungan Montessori konsep mengenalkan hal konkrit ke abstrak menyediakan berbagai varian aktivitas anak dengan tujuan untuk memenuhi rasa ingin tahunya.
Didiklah anakmu sesuai zamannya. Sungguh mereka akan menghadapi masa yang berbeda dari masamu. –Ali bin Abi Thalib-
10 Filosofi Montessori
1.     Absorbent Mind
2.    Sensitive Periodes
3.    Prepared environment
4.    Follow The Child
5.    Individual Different
6.    Concrete to Abstract
7.    Hand on Learning
8.    Control Of Error
9.    Fredoom With Limits
10.  Respect The Child

Lalu enam area stimulasi bertahap: Islamic studies, kehidupan sehari-hari, sensori, bahasa, matematika dan alam semesta.

2.    Keranjang Reggio Emilia Approach (REA)
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak, sains, dan berbasis budaya setempat. Menganut kurikulum emergent, yang dibentuk berdasarkan ide dan minat yang muncul dalam diri anak.

Jika REA memang biasanya "membebaskan" anak untuk memahami suatu ide sesuai dengan caranya. Jadi kalau tema "Bola Basket" maka penilaian di rapot tiap anak pasti beda, karena cara anak belajar ttg bola ya sesuai kemampuannya
yang penting goalsnya adalah bagaimana anak tersebut dapat bermain bola basket.

Secara praktik, anak memunculkan ketertarikan pada tema tertentu. Selanjutnya diolah menjadi sebuah penelitian/riset yang terdokumentasi dalam jangka waktu yang disepakati anak dengan fasilitator.

Orangtua sebagai fasilitator membimbing proses belajar anak, peka terhadap kebutuhan dan minat belajar anak.





Sumber: Montessori Islam Zahra Zahira, Diskusi Temanda Family

No comments:

Post a Comment