August 20, 2019

Day 12- Evaluasi dan perenungan peran Ibu dalam mengontrol nutrisi makanan si kecil







Pakar kesehatan spesialis andrologi bernama dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd, menyebutkan bahwa jika anak laki-laki kerap mengkonsumsi susu kedelai, maka hal ini bisa berpengaruh pada organ vitalnya. Sebagai informasi, susu kedelai ternyata kaya akan hormon estrogen sehingga andai anak laki-laki kerap mengkonsumsinya, dikhawatirkan hal ini akan menurunkan produksi hormon testosteronnya. Sebagai informasi, pada masa pertumbuhan, hormon testosteron berpengaruh besar pada perkembangan ukuran organ vital anak laki-laki. Hal ini berarti, dengan kerap mengkonsumsi susu kedelai, dikhawatirkan ukuran kelamin anak laki-laki menjadi lebih kecil dan kantung buah zakarnya akan cenderung lebih mulus dan bukannya hitam dan berkerut layaknya pada umumnya.

Penggalan penuturan yang disampaikan dr. Nugroho Setiawan, MS, SpAnd dalam artikel di website doktersehat.com bisa menjadi contoh kecil agar kita sebagai Ibu mau terus berupaya dalam belajar, gemar membaca bahkan mencari info terkait nutrisi yang baik untuk putra-putrinya. Kebenaran mengenai konsumsi kedelai secara berlebihan ini memang sudah dilakukan uji coba terhadap tikus jantan dan tikus betina https://id.theasianparent.com/kedelai-anak-laki-laki-feminin bahkan manusia secara langsung dalam jangka waktu tertentu. 
Tapi semua tidak menjadi masalah jika kontrol nutrisi tetap dilakukan bukan? 

Makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al A`raaf : 31)

Tentunya semua yang berlebihan tidak baik, sehingga akan memberikan dampak tertentu kedepannya. Namun akan menjadi soal lain jika ternyata kontrol nutrisi ini tidak dilakukan secara langsung oleh Ibu terhadap anak-anaknya, misalkan kondisi dalam masyarakat kita yang menyerahkan urusan dapur kepada asisten rumah tangga dan mengabaikan nutrisi apa saja yang sampai pada tubuh anak kita. Kondisi lain seperti membiarkan anak mengkonsumsi makanan cepat saji karena memilih praktisnya makanan mengingat waktu Ibu memasak tidak memungkinkan dan kebiasaan keluarga masa kini yang cenderung suka makanan instan. 

Dampak-dampak tersebut tentunya ada terkait dengan nutrisi yang terdapat dalam makanan yang dimakan anak-anak kita. Tak menjadi soal jika menyerahkan tugas memasak kepada asisten namun kita masih bisa berkesempatan mengontrol nutrisi mereka dengan banyak cara, seperti membuat daftar menu, meracikkan bumbu, menyiapkan bekal dan mengatur waktu untuk menyiapkan cemilan enak sendiri. Tidak menjadi hal yang ribet jika semua makanan dan cemilan anak terorientasi dengan real food, karena real food sangat mudah dijumpai dimana saja baik di pasar tradisional maupun super market.

Menyadari pentingnya peran Ibu dalam mengontrol nutrisi anak sebagai bentuk pencegahan baligh terlalu dini, maka banyak sekali yang menjadi tugas kita ke depannya. 

1. Apa makanan yang dikonsusmsi anak kita selama ini sudah sehat dan baik?
2. Kontrol nutrisi apa saja yang sudah kita lakukan?
3. Apakah kita sudah rajin berbelanja dan membuat daftar menu makan untuk anak?
4. Seberapa sering kita membiarkan anak mengkonsumsi makanan instan?
5. Bekal makanan si kecil apakah sudah sesuai kontrol nutrisi?
6. Seberapa banyak kita mencari informasi dan tahu mengenai kandungan terhadap berbagai bahan makanan selama ini?
7. Apa kita sudah membiasakan diri membaca tabel nutrisi pada makanan kemasan?

Begitu banyak evaluasi diri dan perenungan mendalam untuk recharge kembali semangat menjalankan peran Ibu sebagai pengontrol nutrisi. Mengingat dampak-dampak nyata yang timbul akibat baligh terlalu dini. 

Semoga bermanfaat.

#Day12
#FitrahSeksualitasAnak
#Tantangan10hari

#KuliahBunsayIIP
#Level11

No comments:

Post a Comment