#Day 02
Pada hari pertama tantangan game level kali ini,
saya sudah mengenalkan wujud dari uang kepada Mahira. Hal tersebut saya pilih
sebagai starting yang paling dasar untuk menstimulasi Mahira. Pada hari kedua
ini, sayaa akan memberikannya
wawasan mengenai "Dari mana asal uang yang kita miliki?" Hal
tersebut merupakan pengenalan Konsep Rezeki secara sederhana kepada
Mahira.
Awalnya saya cukup kesulitan, untuk
membahasakannya kepada Mahira. Sehingga plan, diksi dan cara penyampainya pun
saya perhatikan baik-baik. Mengingat usianya yang baru 28 bulan, tidak mudah
mengenalkan konsep rezeki kepada balita.
Ada dua hal yang saya garis bawahi dari pemikiran
anak-anak, sehingga konsep rezeki perlu sekali dikenalkan sejak dini. Kedua hal
tersebut yaitu:
1. Anak-anak berpikir Ayah dan Ibunya selalu
memiliki uang tanpa tahu dari mana.
2. Anak-anak menganggap semua harga itu sama.
Dapat dibayar dengan apa yang mereka sebut dengan uang, tanpa mengetahui
mengenai nominal.
Dari dua hal tersebut, anak perlu tahu mengenai
asal uang yang kita miliki dan hal tersebut erat kaitannya dengan konsep
rezeki.
Hakikat Rezeki itu sendiri menurut
Islam, harus dipahami dengan baik oleh anak-anak. Jadi, secara etimologis ar-Rizq berarti pemberian dan menurut terminologis,
rezeki adalah Apa saja yang bisa
diperoleh oleh makhluk, baik yang bisa dimanfaatkan atau tidak.
Apa saja yang bisa diperoleh, erat kaitannya dengan semua
bentuk rizki, entah itu Halal dan Haram,
Sehat dan Sakit, Cerdas dan Tidak cerdas dan sebagainya. Semuanya merupakan rezeki. Maka dari itu untuk memudahkan penyampaian agar sesuai penalaran range usia Mahira. Saya membagi pos penyampaian pada dua poin yang terpisah. Kelak seiring bertambahnya usia Mahira, insyaallah ia dapat mengorelasikan hal ini tentunya dengan penjelasan ulang dari saya. Poin tersebut yaitu:
Sehat dan Sakit, Cerdas dan Tidak cerdas dan sebagainya. Semuanya merupakan rezeki. Maka dari itu untuk memudahkan penyampaian agar sesuai penalaran range usia Mahira. Saya membagi pos penyampaian pada dua poin yang terpisah. Kelak seiring bertambahnya usia Mahira, insyaallah ia dapat mengorelasikan hal ini tentunya dengan penjelasan ulang dari saya. Poin tersebut yaitu:
1. Allah
sebagai pencipta dan Allah sebagai pemberi rezeki.
"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan yang sangat kokoh." (QS Adz Dzariyat; 58)
"Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan yang sangat kokoh." (QS Adz Dzariyat; 58)
Dalam beberapa kesempatan dalam proses
membersamainya, Mahira sudah memahami melalui lisan jika yang menciptakan Ayah,
Ibu, Uti, Tante, Kakung, Om, Onty, Mbah dan semua orang adalah Allah.
Begitupula ketika saya tanyakan “Siapa yang menciptakan kucing?, langit?, Pohon?
Burung?,” Apapun itu ia kan jawab “Allah.” Ia tahu Allah sebagai pencipta. Kemudian saya menambahkan lagi bahwa Allah sebagai pemberi rezeki.
“Iya Ibu.” Jawabnya menyimak, Masyaallah.
Saya melanjutkan, jika Allah memberikan rezeki
kepada Ayah, Ibu, semua orang. Ia berusaha mengikuti saya mengatakan “Rezeki”
dengan begitu susah payah. Masyaallah.
“aedeti itu apa ibu?” (rezeki itu apa ibu?)
tanyanya bingung.
Saya kembali mengobrol santai dengan Mahira, bahwa
rezeki itu banyak macamnya. Bisa uang, bisa makanan,
“Mahira bisa senyum?” tanya saya.
“Bisa kok.” Jawabnya sambil tersenyum.
Mahira bisa berjalan?, Mahira bisa pup?, Mahira
punya kaki, tangan, dan mata. Itu juga rezeki.
Tak hanya sampai di situ, saya pun memperlihatkan
dua video anak dengan kemampuan luar biasa yang tetap bersemangat untuk sekolah
sekalipun memiliki cacat fisik sejak lahir sehingga mengharuskannya jalan
dengan menggunakan tangannya.
Respon Mahira kala itu cukup sedih, ia menyaksikan
dengan seksama video tersebut dengan raut wajah akan menangis. Sesekali ia
menatap kakinya dan melihat kembali video. Kakak yang dalam video sangat
berbeda dengan dirinya. Sayapun menyampaikan, jika Mahira harus bersyukur
memiliki kaki dan dapat berjalan. Kaki ini rezeki dari Allah. Ucap saya. Ia
kembali memahami dengan lisan bahwa semua yang ia peroleh merupakan rezeki dari
Allah, bahkan pilek Mahira kemarin juga rezeki.
Tak ingin dengan contoh yang sedikit, sebelum
perjalanan kami hari ini. Saya menunjukkan pohon cabe yang berbuah dan saya
mengatakan jika iru rezeki dari Allah. Saat perjalanan dengan lantang ia
bertanya,
“Ibuk, kalau pohon pisang?”
“Ya sama juga, Itu rezeki dari Allah yang
menciptakan juga Allah.”
Dari obrolan saya dengan Mahira dalam berbagai
kesempatan seharian ini. Saya berusaha mengajaknya memahami bahwa selain
pencipta, Allah juga sebagai pemberi Rezeki dan perlahan saya mengenalkan
padanya macam-macam rezeki tersebut yang patut kita syukuri.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami
akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS Ibrahim : 7)
2. Dari
mana asal uang yang kita miliki?
“Tidaklah manusia mendapatkan apa-apa kecuali
apa yang dikerjakannya.”
(QS An-Najm: 39)
Dalam hal ini, saya langsung menyebutkan uang yang dimiliki oleh Ayah. Kenapa
langsung saya kerucutkan pada satu subyek yaitu Ayahnya? Karena tentu untuk
memudahkan pemahamannya mengenai perolehan uang Ayah, sebagai orang yang ia
ketahui memiliki dompet yang berisi uang. Sampai saat ini, saya tidak
menunjukkan aktivitas kepemilikan uang, jadi yang ia tahu ya Ayahnya lah yang
memiliki uang.
“Ayah kemana Mahira?” tanya saya selepas kami
berpisah di halaman saat Ayahnya berangkat kerja.
“Ayah kerja.” Jawabnya.
“Kerja di mana?”
“Di kantor.” Jawabnya lagi.
Biasanya saya akan menanyakan “Di kantor apa?” dan
dia akan menjawab instansi tempat Ayahnya bekerja. Namun pada kesempatan kali
ini, saya memberikan pertanyaan baru.
“Ayah kerja, ke kantor, supaya dapat uang. Uangnya
untuk beli baju Mahira, sepatu Mahira….”
“Susu juga, ibuk. Buku jugaaaa.” Lanjutnya.
Masyaallah, ia dapat merespon penjelasan saya
dengan baik. Saat itulah saya perlahan memberikannya wawasan baru bahwa dengan
bekerja kita akan mendapat uang dan uangnya untuk membeli.
Stop sampai kata membeli, perlahan nanti saya akan
mengenalkan Mahira pada fungsi uang yang lainnya. Tidak hanya untuk membeli
namun untuk menabung (save) dan untuk dibagikan (sharing). Sehingga konsep 3S
tersebut perlahan dapat dipahami olehnya. Tentunya dengan repeat mengenai Allah
sebagai pemberi rezeki, mengenai macam rezeki itu sendiri dan mengenai asal
uang Ayah.
Pada kesempatan lain seiring bertambahnya usia
Mahira, korelasi ini perlu diperjelas lagi dengan obrolan saya kelak mengenai rezeki yang telah dijamin dan rezeki karena
suatu usaha (bekerja di kantor, berjualan, dsb)
#KuliahBunsayIIP
#Tantang10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
No comments:
Post a Comment