#Ibu Mahira berkisah mengenai: Bintang
#Hari 3
Mahira belum tahu apa itu bintang. Ia hanya tahu Sun
dan Moon. Saya sangat ingin mengajak Mahira mendongak ke langit malam seperti
biasanya. Memandang lepas hingga ia temukan bintang yang paling terang. Namun matanya
terus tertuju pada Moon.
Mahira, bintang adalah benda langit yang memancarkan
cahayanya sendiri. Bintang itu jumlahnya begitu banyak, hanya Allah yang mampu
menghitungnya. Di langit Jakarta bintang tidak terlihat dengan jelas, karena
banyak cahaya memancar yang membuat bintang tidak terlihat dengan jelas.
Beda sekali saat dulu Ibu menikmati bintang di Desa
Tenganan Bali. Desa yang letaknya masih sekitar 60 Km dari kota Denpasar. Desa Tenganan merupakan salah satu desa yang tergolong dalam Bali Aga, yaitu desa yang masih mempertahankan pola hidup dan tata masyarakatnya pada peraturan tradisonal yang di wariskan dari nebek moyang mereka.
Saat kelak Mahira punya kesempatan ke sana, Mahira akan melihat jika desa tersebut masih tampak sama seperti saat Ibu kunjungi dulu. Baik bentuk bangunannya, pekarangan atau halamannya, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura semua masih sesuai aturan turun temurun yang masih di pertahankan.
Jadi saat Ibu kuliah dulu, Ibu melakukan penelitian mengenai
pola rumah adat di sana, karena desa tersebut begitu menarik untuk di teliti. Tidak lama Ibu tinggal di sana karena Bapak kepala desa dan kepala desa adat memperbolehkan Ibu mengcopy awig-awig yang mana dapat menjadi referensi Ibu untuk menulis. Adaptasi
yang cukup sulit, nak terutama terkait makanan. Alhamdulillah signal kala
itu tidak menjadi kendala, untuk mandipun sudah ada kamar mandi dan toilet.
Teman Ibu bilang, ayo kita ke Bukit Kangin lihat
bintang dari atas bukit! Dan Ibu langsung menolaknya karena Bukit begitu gelap
tanpa lampu,
"Ampu Ibu! Itu di atas!" Mahira menunjuk lampu.
iya sayang tidak ada lampu dibukit. Gelap! Sekalipun menurut teman Ibu cahaya bulan dan bintang menyinari
jalanan di sana. Ibu berpikir buat apa menuju bukit jika bintang yang indah
sudah dapat terlihat jelas dari teras rumah warga.
Bahkan Ibu bisa tiduran di rumput dengan alas
tikar, memandang langit yang luas dan berhambur bintang. Saat Ibu melihat
bintang, bintang nampak berkedip-kedip, Mahira. Seolah bermain mata, mengajak Ibu
berimajinasi lebih dalam.
Mahira, bintang seolah-olah berkedip bukan tanpa
sebab. Melainkan karena bumi memiliki banyak atmosfer. Kelak Mahira akan
mendapatkan pelajaran ini pada mata pelajaran Geografi. Jadi banyaknya lapisan
udara dengan temperatur yang berbeda-beda di atmosfer, menyebabkan lapisan
udara tersebut bergerak-gerak hingga menimbulkan turbulensi. Sehingga cahaya
bintang yang melewati atmosfer, dibelokkan oleh lapisan udara yang
bergerak-gerak. Akibatnya posisi bintang berubah dank arena sulit dideteksi
mata maka akan terlihat seperti bintang tersebut berkedip-kedip.
Ada percobaan mudah yang ingin Ibu praktekkan ke
Mahira, kelak kita akan menggunakan koin yang akan kita masukkan dalam air sebagai
alat peraganya ya?
Mahira masih saja membatu, tidak bergeming sedikitpun. Entah apa yang ada
dipikirannya, seolah ia memahami dengan mendengarkan secara khidmat. Masyaallah
Tabarakallah.
#Day03
#BundaBerkisah
#Pejuang Literasi
#onedayonepost
#ODOP_6
No comments:
Post a Comment