September 13, 2018

KETIKA DIA SEDINGIN ES








DAY08 -TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan Pasangan dan Anak*

Hari ini sesuai judul postingan, rasanya serba dingin padahal cuaca Jakarta sedang begitu panasnya. Baiklah saya akan hadapi panas dingin ini dengan kekuatan yang ada. Bismillah…

Menjelang subuh pagi tadi Suami saya sudah berangkat ke Masjid dan saya masih dalam direct breastfeeding position lying down. Semalaman dalam posisi yang sama hingga pagi tiba, demi menghindari jerit malam tantrum Mahira yang tentunya akan mengganggu tidur Ayahnya.

Ibu menyusui dengan Direct pasti paham, bagaimana bedanya pegal punggung karena mencuci dan menyusui? Jika saya bangun, jerit tantrum merusak kedamaian pagi. Jika terus lying down saya harus melewatkan sholat subuh ontime.

“Sayang..berangkat dulu saja, nanti aku nyusul ya?” ucap saya pagi tadi.

“Jangan paksa Mahira missal nggak mau ya?” Pesannya saat ia akan berlalu.

Mahirapun terkadang mau ke Masjid dan terkadang tidak mau. Saya memang tidak paksakan, namun sebisa mungkin saya usahakan. Saya coba bangunkan Mahira supaya ia juga menghentikan kegiatan menyusunya yang sudah terlalu lama. Namun yang terjadi dia malah tantrum. Mahira menangis dan menjerit-jerit hingga Ayah tiba dirumah saya belum bisa mengendalikannya.

Disamping saya masih merasakan punggung yang aduhai sakit, saya memang sengaja membiarkan ia menangis. Karena sudah dalam usaha memeluk, bicara dengan ramah, memberikan pilihan, menolongnya agar nyaman, bahkan memberinya ASI lagi, ia tetap menangis sejadi-jadinya hingga hampir saja saya mennagis.

Tarik nafas, minum air putih, istigfar, hingga saya mengusap tubihnya yang dingin dengan doa perlindungan, saya juga membacakan surah dan doa-doa untuk meminta pertolongan Allah. Mengusahakan kondisi saya tetap good mood untuk menghadapi Mahira yang tantrum. Di saat seperti itu, suami saya justru menyalahkan saya.

“Kami ini jangan paksa Mahira bangun ke Masjid! Aku kan sudah bilang.” Ia begitu marah.

“Aku nggak paksa mas, memang aku bangunkan karena aku kan juga harus sholat.” Jawab saya kala itu.

“Kamu bisa tunggu aku pulang dari masjid.” Suami saya begitu kesal tanpa tahu yang terjadi. Diapun hanya diam di tengah Mahira menangis.

Saya agak mengencangkan bacaan surah dan berusaha memeluk Mahira lagi. Mahira mungkin sudah begitu lelah karena menjerit dan menangis cukup lama hingga ia meminta mimik lagi dan saya memberikannya. Ia pun kembali tertidur dengan badan yang masih begitu dingin.

Hati saya masih agak sedih, kenapa suami saya menyalahkan saya tanpa mengkonfirmasinya. Ia seperti langsung menuduh saya ditengah Ananda menangis begitu keras dan punggung ini belum kembali nyaman untuk sekedar duduk.

Suasana seketika terasa dingin, hanya terdengar suara Farid membacakan surah An-Naba dari Smart Hafid milik Mahira. Saya  berusaha memahami kondisi suami dan mengabaikan punggung serta perasaan yang saya rasakan.

Berusaha untuk memanjangkan nalar dan menekan ego yang saat itu cukup luar biasa. Batin saya masih tidak terima dengan mudahnya suami menuduh saya, namun disisi lain saya memahami, itu bentuk respect dari kondisi Mahira yang sulit ia kendalikan. Jadi semacam pelampiasan emosi sesaat yang harus saya maklumi.




Dengan kaidah Choose the right time, Kaidah 7-38-55 dan Kaidah: I'm responsible for my communication results. Saya coba melakukan komunikasi produktif dengan suami, agar suasana dingin ini segera kembali hangat dan pagi kami berlangsung damai.

Saat Mahira sudah bisa saya tinggal dan ia sedang santai bersama buku. Saya coba dekati dan berbicara. Menjelaskan dengn intonasi dan Bahasa tubuh yang meyakinkan ia terkait Mahira. Saya membahas sedikit mengenai apa itu tantrum hingga saya menyampaikan sakit punggung saya.

Kaidah: I'm responsible for my communication results. Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan. Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.

Dan sebagai bentuk tanggung jawab saya untuk kembali menjelaskan dengan diksi yang berbeda, agar pesan yang sampaikan dapat dipahami oleh suami. Alhamdulillah komprod ini berhasil.

“Aku khawatir sayang dan bingung juga Mahira kayak kesurupan gitu. Aku bicara sekenanya. Maafkan aku ya? Kamu mau aku pijitin? Aku pasangin koyo ya?” Ucap Suami berusaha menuju hangat lagi.

“Aku mau dianter beli Es Selendang Mayang ya nanti siang?”tawar saya mencairkan suasana sambil tak lepas menatap matanya.

Saat siang tiba dan panas membara….

“Yuuuuk sayang, beli Es Selendang Mayang, kamu siap-siap ya” Ucap suami saya setelah selesai makan siang.

Belum kenyang atau karena Jakarta sedang begitu panas,hingga es selalu menjadi minuman yang kami tuju.

Es selendang mayang adalah salah satu minuman tradisional Indonesia asal Jakarta. Minuman ini sekarang jarang ditemukan karena dikalangan masyarakat Betawi sendiri minuman ini dianggap minuman kuno. ... Beberapa penjual di kota tua membuat minuman ini dengan bahan dasar tepung hunkwe dengan alasan lebih mudah dan efisien.



Berhasil mengendalikan emosi anak dengan mengendalikan emosi dalam diri sendiri dulu, hingga disaat ego juga akan menjebol pertahanan, saya harus mengusahakan keadaantadi pagi yang masih belum bisa ya lupakan. Saya sendiri ingin berteriak karena tertekan sekali melihat anak demikian, namun saya tetap melangsungkan suara yang keluar dari mulut saya dengan suara yang lembut dan ramah. Saya akui itu susah!

Namun Es Selendang Mayang ini mampu membekukan semua rasa sedih yang telah berlangsung. Saya bantu Mahira memotong kecil-kecil hankue di mangkoknya.

“Apa Mahira bisa memotongnya? Sini Ibu bantu ya supaya Mahira mudah menyendok” Ucap saya sambil memperhatikan gerak matanya yang menunjukan tidak sabar.

Dingin itu lenyaaaap. Apalagi saat Mahira menunjukan empati yang sama pada saya.

“Buk! Aaaaak! Buk! Aaaaaaaeemmm ni Es buk!” ucapnya seraya menyuapi saya dengan hankue miliknya. (Ibu aaaa ya, ibu makan ini Esnya)


 
Salah satu Es fave saya dan Mahira



#hari08
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
# Day11


No comments:

Post a Comment