September 16, 2018

DONAT MADU CIHANJUANG




DAY11 -TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan Anak*

Dengan kekuatan bulan, saya sudah mencoba untuk membuat anak saya Mahira kembali minat menelan bulir-bulir nasi. Namun sudah dua hari ini, ia enggan untuk makan. Saya coba turun tekstur dengan makanan yang agak lunakpun ia masih tidak bergeming.

“Suasana sayang.” Celetuk suami saya di tengah hamparan harap agar Mahira mau menelan supnya siang tadi pun beberapa makanan lain yang ia abaikan.

Belum selesai membersamai Mahira hingga berhasil satu suap saja nasi masuk ke dalam perutnya, suami harus segera menuju kantor terkait pekerjaan mendadak dari atasannya.

Berpasrah terhadap kehendakNya untuk menghadapi Mahira sendirian di saat tenaga juga sedang kurang prima. Saya coba dengan beberapa kaidah yang biasanya berlangsung dengan baik namun nampaknya selera makan Mahira tidak bisa di-KomProd-kan. Otak rasanya ditekan terlalu berat jika berkaitan dengan selera makan anak yang menghilang.

Ahaaaaa!!! Muncullah ide yang saya sebut sebagai cheat.

Saya tontonkan Mahira bermacam-macam makanan yang menggiyurkan via laptop, dengan harapan ia pun menginginkan makan. MasyaAllah.. semoga bukan keputusan yang salah karena membuat saya sendiri yang kembali terasa lapar. Haha..

“Buk!! oti! Oti buk!” ucapnya sambil terus menunjuk gambar Roti di Laptop yang baru dikeluarkan dari Oven.

Yeeeeeeesssss!! Ucap saya happy. Kemudian saya bergegas menggunakan hijab dan mengenakan Mahira khimar dan sepatu. Langkah kaki yang kurang prima kalah dengan keinginan melihat sang anak makan. Tidak ada roti di rumah jadi kami harus membelinya terlebih dulu. Kami menuju toko Donat Madu Cihanjuang di sebrang jalan tempat tinggal kami.

Dari jauh sudah bisa terlihat etalase bening dengan jejeran donat aneka rasa yang tertata dengan rapi. Saat mendekat tampilannya akan lebih menggugah selera, sayup-sayup aroma khas donat terhirup hingga membuat sempurna rasa lapar. Mata Mahira terperangah melihat banyak donat di depan matanya.

“Mahira pilih yang mana sayang?” tawar saya basa-basi.

Mahira menunjuk donat dengan toping choconut dan saya menambahi beberapa donat lagi. Pilihan saya jatuh pada rasa tiramisu, vanilla oreo dan coklat. Diantara banyak rasa lain yang membingungkan pembeli. Belum tiba di rumah, ia begitu ingin segera menelan donat pilihannya. Maka saya memilih duduk sebentar di bagian dekat toko dan Mahira menghabiskan satu donatnya dengan lahap. Alhamdulillah…



Sisa-sisa coklatnya memenuhi mulut bagian atas hingga terbentuk seperti kumis. Saya biarkan itu sebagai bagian yang lucu dan tetiba Mahira berteriak

“Ayaaaaaahhh!!” ucapnya sambil menunjuk seorang Pria.

Dengan santainya saya berkata, “Ayah kan di kantor Mahira. Nanti ya tunggu sebentar lagi.”

“Ayah! Ayah! Ayah!” Kakinya semakin menjejak, bola matanya semakin membulat

Terpaksa mata saya arahkan kepada pria yang di maksud Mahira adalah Ayah. Ternyata betul itu Ayahnya. Haha.. yang juga berencana membeli jajan untuk Mahira. MasyaAllah.. Ohh beneran Ayah ya.. Aku terkekeh sendiri dan beberapa pasang mata memperhatikan kami.

“Bagaimana bisa Ayah Mahira tahu kami disini?” Tanya saya hingga mungkin terdengar beberapa orang.

Ia hanya tersenyum dan bilang. “Ayah bawa sesuatu” dan kami berlalu pergi kembali ke rumah. Mahira masih asyik dengan donatnya.

“Sesuatu itu apa?” ucap saya penasaran.

(InsyaAllah dilanjut kapan-kapan ya sesuatunya. Jemari ingin menulis, namun raga harus segera istirahat)

#hari11
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6



2 comments: