Bismillah...
Pembukaan
dulu ya Readers...
Saya sudah menyelesaikan kelas
matrikulasi, saat ini saya melanjutkan untuk mengikuti kelas Bunda Sayang.
Alhamdulillah dari puluhan pendaftar, saya resmi diterima menjadi Mahasiswa
Kelas Bunda Sayang Batch #4 di IIP. Ada dua
materi Pra-Bunsay yang sudah saya lewati
dan sekarang saya harus bersiap dalam materi inti kelas Bunda Sayang selama
beberapa bulan ke depan.
Materi pertama adalah mengenai “Komunikasi
Produktif”, kebetulan ini masih menjadi PR besar bagi saya dalam menjalin
komunikasi produktif baik dengan pasangan maupun dengan ananda. Peran
komunikasi yang saya anggap sangat penting, karena komunikasi yang baik adalah
kunci menjalin hubungan yang baik.
Saya
sangat antusias mengikuti materi pertama ini dengan mengikuti Tantangan Game
Level 1 selama tujuh belas hari kedepan, dimulai per 6 September 2018. Sebelumnya
kami semua Mahasiswa diberikan materi berupa Ebook yang menjadi dasar untuk
mengerjakan Tantangan Game Level 1. Dalam Ebook tersebut, ada beberapa kaidah
yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi
antara saya dan pasangan serta antara saya dan juga ananda.
InsyaAllah
dibawah ini saya akan share keadaan yang bisa menjadi rekam jejak saya dalam
belajar komunikasi produktif dengan pasangan dan juga ananda. Semoga dengan
menuliskannya, saya bisa terus melakukan evaluasi untuk mencapai komunikasi
produktif dan untuk readers dapat mengambil secuil kebaikan dari pengalaman
saya.
DAY01-TantanganGameLevel1
Sebelum tanggal 5 September saya coba
mengkomunikasikan kepada suami terkait acara bedah buku di Kementrian Keuangan
sebagai rangkaian acara Festival Literasi 2018. Salah satu family project kami
di bidang literasi adalah berkunjung ke toko buku, membaca buku bersama,
membacakan buku Mahira, berkunjung ke acara bedah buku, perpustakaan dll.
Namun Suami saya belum merespon saya
dengan serius, dia sekedar mengiyakan saja. Sikapnya yang demikian membuat saya
cukup kesal apalagi saat menjelaskan saya begitu antusias bahkan dengan panjang
kali lebar. Haha..
Kemudian saya berlakukan Kaidah: I am responsible for my communication
result. Seketika saya mengubah mindset dengan berpikir positif terkait
keadaan suami saat itu. Apa mungkin saya belum menyusun kalimat
dengan benar, sehingga sepertinya sulit untuk beliau memahami maksud saya. Mungkin
juga karena pekerjaan untuk Papua Terang saat itu masih belum selesai, sehingga
ia belum bisa fokus untuk memahami proposal saya kala itu.
Saya mencoba kembali menyampaikan kepada
Suami pada waktu yang tepat, disaat pekerjaan sudah selesai dan malam hari
menjelang tidur. Kaidah Choose the right
time , sangat efektif digunakan karena di waktu yang tepat tersebut
fokusnya hanya kepada saya atau tidak terbagi sehingga memudahkan Suami untuk
merespon dan memahami apa yang saya sampaikan. Alhamdulillah beliau meresponnya
dengan antusias bahkan berjanji akan mengambil libur untuk menemani saya dan Mahira
datang pada acara tersebut.
Tibalah waktu kami menuju Mezzanine,
yaitu nama salah satu ruangan di Kementrian Keuangan sebagai tempat
berlangsungnya acara. Suami memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum saja,
karena hari itu jadwal kendaraan ganjil. Baiklah.. tentunya akan menjadi
perjalanan panjang karena kami baru saja mencari tahu terkait kendaraan yang
harus dinaiki untuk menuju lokasi.
“Ini kan tempat Presi nikah, sayang”
Ucap suami saya saat saya tunjukkan alamatnya.
“Oh iya ya.. tapikan dulu tinggal nurut
aja bapak yang nyetir. Mas coba cari tahulah naik-naiknya gimana?” Jawab saya
dengan harap.
“Iya..” Balas suami saya dengan serius.
Kami berpetualang dengan berbagai
kendaraan umum, naik grab ke Stasiun UI kemudian perjalanan dengan KRL menuju
Stasiun Juanda. Menuruni anak tangga yang seabrek dan menaiki kembali anak
tangga menuju shelter busway ke arah PGC. Kami harus transit di Pal Putih dan
berlanjut ke arah shelter Budi Utomo. Masih dalam perjalanan panjang, kami
harus berjalan kaki menyusuri komplek Kementrian Keuangan untuk mencapai
Mezzanine.
Sebetulnya ada rasa kecewa yang
menghebat karena suami ternyata belum mencari tahu rute dengan pasti, jadi
perjalanan ini adalah hasil snow ball
question ke petugas kendaraan umum. Alamat kami tiba dengan keterlambatan
lebih dari tiga puluh menit. MasyaAllah..
Saya
menyadari, jika saat itu mengabaikan kaidah Clear and Clarify. Sehingga dampaknya saya harus merasa kecewa. Pun
saat saya kecewa suami juga tidak tahu, akhirnya saya mencoba mengedepankan
nalar saya dan memberlakukan kaidah Clear
and Clarify. Mengatakan kepada suami dengan bahasa yang mudah untuk
dipahami dan juga mengklarifikasi mengenai dampaknya mengabaikan saran saya
kala itu.
Suami saya menyadari jika ia mengatakan “iya”
namun kenyataannya ia belum berusaha mencari tahu kendaraan apa saja yang
digunakan. Akhirnya iapun meminta maaf, namun anehnya setelah ia meminta maaf
nalar saya kembali pendek dan merasakan kembali kecewa itu. Hingga pada
akhirnya saya luluh hanya dengan traktiran roti maryam rasa coklat di Stasiun
Pondok Cina. Haha...
Lelahnya fisik karena perjalanan yang
hampir memakan waktu seharian membuat saya menunda pekerjaan rumah. Namun demi
kenyamanan bersama perlahan pekerjaan rumah dilakukan satu persatu dibantu
dengan suami. Disaat sprei sudah diganti, kipas angin cling bersih, lantai
wangi, saya berniat untuk membuka laptop.
Saat itu saya sedang me time dengan satu cup Muffin yang
suami saya beli di Bread Talk. Anak
saya terbangun dan mendekati saya yang urung menyalakan laptop karena ia tengah
terjaga. Diraihlah muffin tersebut dengan sedapnya ia makan. Saya biarkan
karena memang saya tau, jika ia menyukainya.
Namun setelah beberapa menit kemudian,
dengan cepat muffin tersebut berubah menjadi seperti hamburan pasir coklat di atas
sprei yang baru saya diganti. Huwaaaaaaaaaaa..... hingga hampir ke seluruh penjuru
lantai yang baru saja dipel dan tentunya anak saya bleput coklat di baju
dan wajahnya.
Dia hanya tersenyum, sambil terus asyik
bermain tanpa mengetahui apapun. Saat itu saya minum air putih satu gelas,
menarik nafas dan membalas senyumnya sambil berkata:
“Waaaah... kotor sekali ya.. Sapunya
mana ya? Yang namanya sapu itu yang mana ya?”
Ucap saya dengan harapan Mahira akan
menyadari kesalahannya.
Iapun bergegas mengambil kipas dan
mengngibas sprei dengan kipas tersebut, setalah saya bantu maka saya ajak ia
untuk membersihkan diri, namun ia dengan semangat ke arah sapu berada dan
mengambil sapu untuk membersihkannya.
“MasyaAllah... jadi anak hebat! kalau
lihat lantai kotor langsung dibersihkan. Sini Ibu cium dulu anak hebatnya!” dan
Mahirapun menghambur kearah saya, memberikan bagian pipinya yang siap saya
kecup.
Dia memeluk saya tanpa tantrum
sedikitpun, mungkin ia menyadari kesalahannya. Saya
melihat ada sisi tanggung jawab yang ia lakukan dan dia merasa ini bagian yang
seru yaitu menyapu. Sekalipun saya harus dua kali kerja itu tidak akan menjadi
soal, karena senyum itu tetap tersungging disana dengan indahnya dan hati saya
merasa bahagia. MasyaAllah...
Saya sudah berhasil melakukan beberapa
poin komunikasi produktif dengan anak, seperti mengendalikan emosi, intonasi
suara dan menggunakan suara ramah, jelas dalam memberikan pujian dan itu
menjadi PR saya agar dapat konsisten dalam melakukan komunikasi produktif
dengan Mahira.
Hari ini saya belajar banyak hal untuk mempraktekkan Komunikasi Produktif, bahkan dari
Mezzanine hingga Muffin. Mezzanine adalah ruang tambahan yang berada diantara
lantai dan plafon. Kata Mezzanine sendiri berasal dari Italia yang berarti
bagian tengah atau di tengah. Seperti harapan saya kedepannya bahwa suami dan
anak saya akan selalu saya letakkan di tengah atau prioritas karena keberadaan mereka membuat hidup saya lebih manis, semanis kue Muffin, sekalipun berhamburan dilantai Mezzanine.
#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
No comments:
Post a Comment