September 6, 2018

DARI MEZZANINE HINGGA MUFFIN






Bismillah...
Pembukaan dulu ya Readers...
Saya sudah menyelesaikan kelas matrikulasi, saat ini saya melanjutkan untuk mengikuti kelas Bunda Sayang. Alhamdulillah dari puluhan pendaftar, saya resmi diterima menjadi Mahasiswa Kelas Bunda Sayang Batch #4 di IIP.  Ada dua materi Pra-Bunsay  yang sudah saya lewati dan sekarang saya harus bersiap dalam materi inti kelas Bunda Sayang selama beberapa bulan ke depan.

Materi pertama adalah mengenai “Komunikasi Produktif”, kebetulan ini masih menjadi PR besar bagi saya dalam menjalin komunikasi produktif baik dengan pasangan maupun dengan ananda. Peran komunikasi yang saya anggap sangat penting, karena komunikasi yang baik adalah kunci menjalin hubungan yang baik.

Saya sangat antusias mengikuti materi pertama ini dengan mengikuti Tantangan Game Level 1 selama tujuh belas hari kedepan, dimulai per 6 September 2018. Sebelumnya kami semua Mahasiswa diberikan materi berupa Ebook yang menjadi dasar untuk mengerjakan Tantangan Game Level 1. Dalam Ebook tersebut, ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi antara saya dan pasangan serta antara saya dan juga ananda.

InsyaAllah dibawah ini saya akan share keadaan yang bisa menjadi rekam jejak saya dalam belajar komunikasi produktif dengan pasangan dan juga ananda. Semoga dengan menuliskannya, saya bisa terus melakukan evaluasi untuk mencapai komunikasi produktif dan untuk readers dapat mengambil secuil kebaikan dari pengalaman saya.


DAY01-TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan pasangan*




Sebelum tanggal 5 September saya coba mengkomunikasikan kepada suami terkait acara bedah buku di Kementrian Keuangan sebagai rangkaian acara Festival Literasi 2018. Salah satu family project kami di bidang literasi adalah berkunjung ke toko buku, membaca buku bersama, membacakan buku Mahira, berkunjung ke acara bedah buku, perpustakaan dll.

Namun Suami saya belum merespon saya dengan serius, dia sekedar mengiyakan saja. Sikapnya yang demikian membuat saya cukup kesal apalagi saat menjelaskan saya begitu antusias bahkan dengan panjang kali lebar. Haha..

Kemudian saya berlakukan Kaidah: I am responsible for my communication result. Seketika saya mengubah mindset dengan berpikir positif terkait keadaan suami saat itu.  Apa mungkin saya belum menyusun kalimat dengan benar, sehingga sepertinya sulit untuk beliau memahami maksud saya. Mungkin juga karena pekerjaan untuk Papua Terang saat itu masih belum selesai, sehingga ia belum bisa fokus untuk memahami proposal saya kala itu.

Saya mencoba kembali menyampaikan kepada Suami pada waktu yang tepat, disaat pekerjaan sudah selesai dan malam hari menjelang tidur. Kaidah Choose the right time , sangat efektif digunakan karena di waktu yang tepat tersebut fokusnya hanya kepada saya atau tidak terbagi sehingga memudahkan Suami untuk merespon dan memahami apa yang saya sampaikan. Alhamdulillah beliau meresponnya dengan antusias bahkan berjanji akan mengambil libur untuk menemani saya dan Mahira datang pada acara tersebut.  


Ruang Mezzanine ada di gedung Djuanda 2, kami berjalan dari shelter Budi Utomo melalui pintu masuk Gedung KPPN dan snow ball question hingga menemukan ruangnya. MasyaAllah... judulnya jalan sehat. hehe...

Tibalah waktu kami menuju Mezzanine, yaitu nama salah satu ruangan di Kementrian Keuangan sebagai tempat berlangsungnya acara. Suami memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum saja, karena hari itu jadwal kendaraan ganjil. Baiklah.. tentunya akan menjadi perjalanan panjang karena kami baru saja mencari tahu terkait kendaraan yang harus dinaiki untuk menuju lokasi.

“Ini kan tempat Presi nikah, sayang” Ucap suami saya saat saya tunjukkan alamatnya.

“Oh iya ya.. tapikan dulu tinggal nurut aja bapak yang nyetir. Mas coba cari tahulah naik-naiknya gimana?” Jawab saya dengan harap.

“Iya..” Balas suami saya dengan serius.

 ***

Kami berpetualang dengan berbagai kendaraan umum, naik grab ke Stasiun UI kemudian perjalanan dengan KRL menuju Stasiun Juanda. Menuruni anak tangga yang seabrek dan menaiki kembali anak tangga menuju shelter busway ke arah PGC. Kami harus transit di Pal Putih dan berlanjut ke arah shelter Budi Utomo. Masih dalam perjalanan panjang, kami harus berjalan kaki menyusuri komplek Kementrian Keuangan untuk mencapai Mezzanine.

Sebetulnya ada rasa kecewa yang menghebat karena suami ternyata belum mencari tahu rute dengan pasti, jadi perjalanan ini adalah hasil snow ball question ke petugas kendaraan umum. Alamat kami tiba dengan keterlambatan lebih dari tiga puluh menit. MasyaAllah..

Saya  menyadari, jika saat itu mengabaikan kaidah Clear and Clarify. Sehingga dampaknya saya harus merasa kecewa. Pun saat saya kecewa suami juga tidak tahu, akhirnya saya mencoba mengedepankan nalar saya dan memberlakukan kaidah Clear and Clarify. Mengatakan kepada suami dengan bahasa yang mudah untuk dipahami dan juga mengklarifikasi mengenai dampaknya mengabaikan saran saya kala itu.

Suami saya menyadari jika ia mengatakan “iya” namun kenyataannya ia belum berusaha mencari tahu kendaraan apa saja yang digunakan. Akhirnya iapun meminta maaf, namun anehnya setelah ia meminta maaf nalar saya kembali pendek dan merasakan kembali kecewa itu. Hingga pada akhirnya saya luluh hanya dengan traktiran roti maryam rasa coklat di Stasiun Pondok Cina. Haha...

*Komunikasi dengan Anak*



Lelahnya fisik karena perjalanan yang hampir memakan waktu seharian membuat saya menunda pekerjaan rumah. Namun demi kenyamanan bersama perlahan pekerjaan rumah dilakukan satu persatu dibantu dengan suami. Disaat sprei sudah diganti, kipas angin cling bersih, lantai wangi, saya berniat untuk membuka laptop.

Saat itu saya sedang me time dengan satu cup Muffin yang suami saya beli di Bread Talk. Anak saya terbangun dan mendekati saya yang urung menyalakan laptop karena ia tengah terjaga. Diraihlah muffin tersebut dengan sedapnya ia makan. Saya biarkan karena memang saya tau, jika ia menyukainya.
Namun setelah beberapa menit kemudian, dengan cepat muffin tersebut berubah menjadi seperti hamburan pasir coklat di atas sprei yang baru saya diganti. Huwaaaaaaaaaaa..... hingga hampir ke seluruh penjuru lantai yang baru saja dipel dan tentunya anak saya bleput coklat di baju dan wajahnya.

Dia hanya tersenyum, sambil terus asyik bermain tanpa mengetahui apapun. Saat itu saya minum air putih satu gelas, menarik nafas dan membalas senyumnya sambil berkata:
“Waaaah... kotor sekali ya.. Sapunya mana ya? Yang namanya sapu itu yang mana ya?”
Ucap saya dengan harapan Mahira akan menyadari kesalahannya.

Iapun bergegas mengambil kipas dan mengngibas sprei dengan kipas tersebut, setalah saya bantu maka saya ajak ia untuk membersihkan diri, namun ia dengan semangat ke arah sapu berada dan mengambil sapu untuk membersihkannya.

“MasyaAllah... jadi anak hebat! kalau lihat lantai kotor langsung dibersihkan. Sini Ibu cium dulu anak hebatnya!” dan Mahirapun menghambur kearah saya, memberikan bagian pipinya yang siap saya kecup.

Dia memeluk saya tanpa tantrum sedikitpun, mungkin ia menyadari kesalahannya. Saya melihat ada sisi tanggung jawab yang ia lakukan dan dia merasa ini bagian yang seru yaitu menyapu. Sekalipun saya harus dua kali kerja itu tidak akan menjadi soal, karena senyum itu tetap tersungging disana dengan indahnya dan hati saya merasa bahagia. MasyaAllah...

Saya sudah berhasil melakukan beberapa poin komunikasi produktif dengan anak, seperti mengendalikan emosi, intonasi suara dan menggunakan suara ramah, jelas dalam memberikan pujian dan itu menjadi PR saya agar dapat konsisten dalam melakukan komunikasi produktif dengan Mahira.

Hari ini saya belajar banyak hal untuk mempraktekkan Komunikasi Produktif, bahkan dari Mezzanine hingga Muffin. Mezzanine adalah ruang tambahan yang berada diantara lantai dan plafon. Kata Mezzanine sendiri berasal dari Italia yang berarti bagian tengah atau di tengah. Seperti harapan saya kedepannya bahwa suami dan anak saya akan selalu saya letakkan di tengah atau prioritas karena keberadaan mereka membuat hidup saya lebih manis, semanis kue Muffin, sekalipun berhamburan dilantai Mezzanine.

#hari1
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6


No comments:

Post a Comment