September 14, 2018

MEMBANGUN ROMANTISME ala Ibu Mahira




DAY09 -TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan Pasangan*

Tidak sedikit yang menganggap jika romantis harus berupa sebuah perlakukan yang 'manis', namun banyak juga yang mengatakan jika romantis bisa dalam bentuk apa saja, termasuk kata-kata atau hal yang sederhana. Melalui Komunikasi Produktif ini saya berusaha membangun romantisme.

Sebelumnya saya mau bercerita sedikit mengenai beberapa hal romantik yang pernah saya dapat dari suami.

Membayangkan diberi mawar sama suami adalah hal yang sia-sia. Mengingat suami saya orang yang jauh dari kata romantis lebih tepatnya kaku. Namun saya tidak mau menuntut itu karena akan menjadi suatu hal yang begitu terpaksa. Biarlah ia mencintai dengan caranya yang mungkin awalnya tidak saya suka. Namun seiring dengan berjalannya waktu, ia dapat menyamakan ritmenya untuk mencintai saya dengan cara yang saya suka.

Pernah dikasih mawar? Haha... Saya Dua kali saya dikasih mawar. Pertama dalam bentuk body scrub. Agar Si mawar tak layu sia-sia. Begitu katanya. Saya tetap berbinar senang atas upayanya. Sekalipun saya tahu teman kantornya memang mahsyur dalam berdagang. Haha...

Kali kedua saya dikirim foto bunga mawar dengan angle yang sangat cantic. Dengan caption ungkapan cinta. Saya tetap berbinar senang atas upayanya sekalipun saya masih kurang sreg dengan diksinya. Hehe Memang bukan hal mudah juga dalam merangkai kata, namun saya begitu menyukai minat belajarnya, upayanya dalam membangun romantisme.

Dua moment terkait mawar ini saya ambil untuk contoh, bahwa orang sekaku suami saya, lambat launpun bisa menemui ritmenya dalam membangun romantisme. MasyaAllah..

Hari ini saya memilih waktu yang tepat untuk membercandai Suami, biasanya ia selalu membelikan saya Es Kelapa, bukan sebuah romantisme melainkan ia sendiri ingin mencicipi Es Kelapa yang seolah ia tujukan untuk saya. Haha..

Ia biasanya pulang sesudah sholat dzuhur\Jumat, sebelum ia pulang saya bergegas pergi ke warung depan untuk membeli Es Teh. Saya sengaja tidak izin karena memang sebentar saja. Kebetulan saat hendak pulang ia telepon terlebih dahulu, menanyakan keberadaan saya. Namun saya lama sekali menjawab karena Mahira masih mainan sama Kucing.

Sayapun bergegas pulang dengan pikiran suami sudah menunggu saya dan ternyata benar, ia sudah menunggu diteras. Perlahan saya balas chatnya dengan bercandaan, suami sudah tahu keberadaan saya namun ia tetap membalas chat saya. Maka saya bercandai terus dan ia pun membalasnya. Padahal kami sudah berhadapan. Haha…



Kamipun terpingkal saat masuk rumah bersama. Betapa konyolnya kami berchattingan dengan jarak yang tidak lebih dari 3 meter. Iapun mendaratkan ciumannya, katanya ia begitu gemas dengan sikap saya yang tidak ada habisnya untuk membuatnya tertawa.
Mendapati responnya begitu senang artinya Kaidah yang saya gunakan berjalan dengan baik. Pesan yang saya sampaikan juga dapat ia pahami. Ia tahu saya membercandainya.



*Komunikasi dengan Anak*

Melihat kami berdua terus tertawa, Mahirapun ikut tertawa. Kemudian ia kembali disibukkan dengan melepas sepatunya.

“Mau Ibu bantu sayang?” Tawar saya menunjukkan empati.

“Indiyi buk! hiya isa.” Ucapnya menjawab saya,
(Sendiri Ibu, Mahira bisa)

Saya memberikan kepercayaan kepada Mahira untuk melepas sepatunya, sekalipun untuk semua hal yang ia tidak bisa, saya selalu turut serta membantunya. Saya juga senang jika ia mau berjuang untuk hal yang sedang dihadapinya.

Namun saat sholat Isya di Masjid tadi, saya kembali dibuat terharu dengan sikap Mahira. Mungkin karena ia pernah melihat saya berlaku demikian kepada Ayahnya, sehingga iapun mencontohnya.

Jadi saat sholat Isya tadi saya terburu dan tidak membawa sajadah dari rumah. Saya percayakan wajah saya terpapar karpet sajadah masjid yang entah kapan terakhir kali dicuci. Pada rakaat kedua, Mahira memang tak terlihat di sisi saya dan kemudian setelah beberapa saat ia muncul dengan membawa sajadah dan menggelarnya untuk saya.

Ia paham bahwa sajadah untuk sholat, ia juga paham saya tidak membawanya dan romantisme yang pernah saya lakukan ke suami kala itu terekam baik oleh Mahira, hingga iapun mengaplikasikannya untuk saya.

Mengenai membangun romantisme dalam pernikahan menurut saya sangat perlu. Sebagai salah satu upaya merawat pernikahan. Banyak orang menganggap sepele, bahkan ada yg bilang "halaaah...apa sih" Tapi setiap pasangan yang mau sinergi dan saling menyenangkan satu sama lain, bisa menjadi anti aging bahkan menghimpun pahala tersendiri.

Memang kemampuan merangkai kata setiap orang juga berbeda-beda, saya juga tidak menuntiut itu ke Suami. Sejauh ini saya memberi romantisme ya mengalir saja, saya ciptakan untuk membina perasaan saya sendiri untuk selalu jatuh cinta pada suam. Dalam prosesnya, suam mengikuti ritme saya, sekalipun terkadang rancu, lucu, aneh tapi tetap membuat saya senang. Itu karena niatnya, prosesnya dan semua upayanya yang tulus terhadap saya dan saya bisa merasakannya.






#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day12


No comments:

Post a Comment