DAY09 -TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan
Pasangan*
Tidak
sedikit yang menganggap jika romantis harus berupa sebuah perlakukan yang
'manis', namun banyak juga yang mengatakan jika romantis bisa dalam bentuk apa
saja, termasuk kata-kata atau hal yang sederhana. Melalui Komunikasi Produktif
ini saya berusaha membangun romantisme.
Sebelumnya
saya mau bercerita sedikit mengenai beberapa hal romantik yang pernah saya
dapat dari suami.
Membayangkan
diberi mawar sama suami adalah hal yang sia-sia. Mengingat suami saya orang
yang jauh dari kata romantis lebih tepatnya kaku. Namun saya tidak mau menuntut
itu karena akan menjadi suatu hal yang begitu terpaksa. Biarlah ia mencintai
dengan caranya yang mungkin awalnya tidak saya suka. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, ia dapat menyamakan ritmenya untuk mencintai saya dengan
cara yang saya suka.
Pernah dikasih mawar? Haha... Saya Dua
kali saya dikasih mawar. Pertama
dalam bentuk body scrub. Agar Si mawar
tak layu sia-sia. Begitu katanya. Saya tetap berbinar senang atas upayanya.
Sekalipun saya tahu teman kantornya memang mahsyur
dalam berdagang. Haha...
Kali kedua saya dikirim foto bunga mawar dengan
angle yang sangat cantic. Dengan caption ungkapan cinta. Saya tetap berbinar
senang atas upayanya sekalipun saya masih kurang sreg dengan diksinya. Hehe
Memang bukan hal mudah juga dalam merangkai kata, namun saya begitu menyukai
minat belajarnya, upayanya dalam membangun romantisme.
Dua moment terkait mawar ini saya ambil untuk contoh, bahwa
orang sekaku suami saya, lambat launpun bisa menemui ritmenya dalam membangun
romantisme. MasyaAllah..
Hari ini saya memilih waktu yang tepat untuk membercandai Suami,
biasanya ia selalu membelikan saya Es Kelapa, bukan sebuah romantisme melainkan
ia sendiri ingin mencicipi Es Kelapa yang seolah ia tujukan untuk saya. Haha..
Ia biasanya pulang sesudah sholat dzuhur\Jumat, sebelum ia pulang
saya bergegas pergi ke warung depan untuk membeli Es Teh. Saya sengaja tidak
izin karena memang sebentar saja. Kebetulan saat hendak pulang ia telepon
terlebih dahulu, menanyakan keberadaan saya. Namun saya lama sekali menjawab
karena Mahira masih mainan sama Kucing.
Sayapun bergegas pulang dengan pikiran suami sudah menunggu saya
dan ternyata benar, ia sudah menunggu diteras. Perlahan saya balas chatnya
dengan bercandaan, suami sudah tahu keberadaan saya namun ia tetap membalas
chat saya. Maka saya bercandai terus dan ia pun membalasnya. Padahal kami sudah
berhadapan. Haha…
Kamipun terpingkal saat masuk rumah bersama. Betapa konyolnya
kami berchattingan dengan jarak yang tidak lebih dari 3 meter. Iapun
mendaratkan ciumannya, katanya ia begitu gemas dengan sikap saya yang tidak ada
habisnya untuk membuatnya tertawa.
Mendapati responnya begitu senang artinya Kaidah yang saya
gunakan berjalan dengan baik. Pesan yang saya sampaikan juga dapat ia pahami. Ia
tahu saya membercandainya.
*Komunikasi dengan Anak*
Melihat
kami berdua terus tertawa, Mahirapun ikut tertawa. Kemudian ia kembali
disibukkan dengan melepas sepatunya.
“Mau
Ibu bantu sayang?” Tawar saya menunjukkan empati.
“Indiyi
buk! hiya isa.” Ucapnya menjawab saya,
(Sendiri
Ibu, Mahira bisa)
Saya
memberikan kepercayaan kepada Mahira untuk melepas sepatunya, sekalipun untuk
semua hal yang ia tidak bisa, saya selalu turut serta membantunya. Saya juga
senang jika ia mau berjuang untuk hal yang sedang dihadapinya.
Namun
saat sholat Isya di Masjid tadi, saya kembali dibuat terharu dengan sikap
Mahira. Mungkin karena ia pernah melihat saya berlaku demikian kepada Ayahnya,
sehingga iapun mencontohnya.
Jadi
saat sholat Isya tadi saya terburu dan tidak membawa sajadah dari rumah. Saya percayakan
wajah saya terpapar karpet sajadah masjid yang entah kapan terakhir kali
dicuci. Pada rakaat kedua, Mahira memang tak terlihat di sisi saya dan kemudian
setelah beberapa saat ia muncul dengan membawa sajadah dan menggelarnya untuk
saya.
Ia
paham bahwa sajadah untuk sholat, ia juga paham saya tidak membawanya dan
romantisme yang pernah saya lakukan ke suami kala itu terekam baik oleh Mahira,
hingga iapun mengaplikasikannya untuk saya.
Mengenai membangun romantisme dalam pernikahan
menurut saya sangat perlu. Sebagai salah satu upaya merawat pernikahan. Banyak
orang menganggap sepele, bahkan ada yg bilang "halaaah...apa sih" Tapi setiap pasangan
yang mau sinergi dan saling menyenangkan satu sama lain, bisa menjadi anti
aging bahkan menghimpun pahala tersendiri.
Memang kemampuan merangkai kata setiap orang
juga berbeda-beda, saya juga tidak menuntiut itu ke Suami. Sejauh ini saya
memberi romantisme ya mengalir saja, saya ciptakan untuk membina perasaan saya
sendiri untuk selalu jatuh cinta pada suam. Dalam prosesnya, suam mengikuti
ritme saya, sekalipun terkadang rancu, lucu, aneh tapi tetap membuat saya
senang. Itu karena niatnya, prosesnya dan semua upayanya yang tulus terhadap
saya dan saya bisa merasakannya.
#hari9
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day12
No comments:
Post a Comment