DAY03-TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan
pasangan*
Hari ini hari ketiga #TantanganGameLevel1 kelas Bunda Sayang
dan juga starting menulis #TantanganODOP dengan tiga kata kunci yang diberikan.
InsyaAllah saya bisa sertakan sekaligus dalam tulisan ini karena kata kuncinya kebetulan sekali
available digunakan. Alhamdulillah, jadi bisa sekali dayung dua pulau
terlampaui. Hehe…
Sabtu kali ini menjadi hari yang super busy, beberapa hal yang harusnya di finishing pada hari Minggu, terpaksa maju dan tertumpuk dihari
Sabtu. Itu karena hari Minggu Suami akan pergi ke IPB menemani atasannya. Beberapa
pekerjaan rumah saya selesaikan lebih cepat agar besok saya bisa membersamai
Mahira.
Mengenai clean house
dan membersamai Mahira kami memang berbagi tugas. Misal: Sehabis makan, saat Suami
menata tempat makan dan memindahkan piring kotor ke belakang, Mahira bersama
saya. Kemudian saat saya mencuci piring kotor, Mahira bersama Ayahnya. Kondisi lain misal saya mencuci baju,
Mahira bersama Ayahnya. Kemudian saat Suami menjemur baju, Mahira bersama saya.
Beberapa pekerjaan bisa diselesaikan dengan melibatkan Mahira
dalam aktivitas sebagai bonding time seru.
Namun untuk efesiensi waktu, kami biasanya pilih waktu tertentu. Karena hal
inilah, siang tadi saya ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah dengan
istilah One bite at a time.
One bite
at a time, dalam materi Manajemen Waktu Kelas Bunda Sayang adalah
melakukan setahap demi setahap, lakukan sekarang, pantang menunda dan menumpuk
pekerjaan. Sehingga saya mendelegasikan Mahira sepenuhnya pada Ayahnya dalam
waktu sekitar tiga jam.
Hari ini saya skip kegiatan memasak dan membeli lauk. Saya membeli
rendang telur, sayur sop bakso, tempe goreng, kering otak dan cah kangkung. Cah
kangkung adalah salah satu sayur hijau yang saya excuse untuk dapat ditelan dengan lahap karena sejauh ini saya
belum pernah menemui ulat saat
memakannya. untuk beberapa sayuran lain saya cukup pemilih.
Saat bersantai selepas makan siang, suami rencana akan ke
kantor untuk menitipkan uang sumbangan kondangan teman kantornya. Iapun mencari
amplop dilemari. Namun tak kunjung
jua menemukan.
“Sayang.. habis ini mau ke kantor lagi kan? Sekalian beli amplopnya saja diluar dan sekalian ajak
Mahira. Apa bisa?” Pinta saya dengan kaidah 2C.
“Soalnya besok kan sayang mau pergi, jadi aku harus setrika
baju hari ini” Jelas saya pada suami.
“Ya..nggak apa-apa Mahira sama aku, tapi kamu jangan
capek-capek. Itu kan bisa di setrikakan di laundry” ucapnya berusaha memberiku
solusi.
Namun tawaran Suami justru membuat saya tersinggung dan saya
berusaha melakukan komunikasi produktif disini. Namun beberapa kali saya
menolak dengan baik, Suami kekeuh
menyuruh saya untuk menggunakan jasa laundry saja.
“Sayang, mungkin laundry adalah option terakhir kalau aku
sudah benar-benar tidak sanggup untuk nyuci dan setrika baju Suami dan anakku. Ini
setrikaan tidak banyak, kita bisa lebih berhemat bukan?” ucap saya dengan menatap
matanya sungguh-sungguh.
Entah bagian mana dari kalimat ini yang bekerja, namun saya
merasakan dengan fungsi dari Intensity of
eye contact. Menatap pasangan dengan lembut hingga membuat ia bisa memahami
bahwa saya sudah terbuka dan meminta suami percaya saya dapat mengerjakannya
tanpa merasa capek. Alhamdulillah.. Mahirapun diajak ke kantor agar bisa bonding time dengan Ayahnya sementara
saya menyelesaikan tumpukan baju yang siap disetrika.
*Komunikasi dengan
Anak*
Adzan
Ashar sudah terdengar, setrikaan sebentar lagi hampir selesai.
Saya
mengechek gawai barangkali ada chat
dari suami. Ternyata tidak ada. Kemudian sesaat saya meletakkan gawai, terdengar motor suami sudah
merapat ke teras. Suara Mahira mengucap mimik mimik pun sudah terdengar. Rasanya
gugup sekali ingin segera menyelesaikan.
“Mahira
mau mimik nih bu” ucap suami setelah salam dan masuk ke rumah.
Sementara
masih ada tiga kemeja lagi yang belum saya setrika. Suami dengan sigap mencuci
tangan Mahira dan dirinya.
“Ini
Mahira sama ibuk dulu ya..Ayah yang lanjutkan menyetrika” Ucap suami saya
seraya mengambil posisi duduk untuk siap menyetrika.
Saat
Mahira dengan saya, Mahira merengek untuk meminta mimik (ASI). Saya memang
ajarkan kepada Mahira untuk meminta, meminjam ataupun berkata sopan dengan kata
“Please”. Namun justru ia merajuk dan menangis, mungkin sankin ngantuknya tadi
dibawa Ayah ke kantor dan katanya aktif jalan ke sana kemari.
Kemudian
saya bilang dengan intonasi suara yang lembut dan ramah agar Mahira memintanya
dengan baik.
“Mahira
anak Ibu yang sholiha, coba bilang yang baik. Bagaimana bilangnya?” pinta saya
kala itu.
Ia
merajuk dan saya tetap tidak memberikan, dengan intonasi yang sama saya meminta
Mahira untuk berkata dengan baik tanpa merajuk dan menangis.
“Mahira
stop menangis dan bilang please atau no mimik?” saya memberikan pilihan kepada
Mahira kala itu.
“Piss
buk..piss buk..iyya au mik” ucap Mahira seketika dengan manis dan lembut. Iapun
berhenti menangis.
Sayapun
memberikan Mahira ASI dan ia tertidur hanya dalam waktu yang singkat. Saya
kembali mengambil alih pekerjaan setrika dan memasukkan baju-baju ke lemari.
Suami sayapun turut membantu. Alhamdulillah.. betapa saya senang dapat
melakukan komunikasi produktif hari ini, sekalipun rasanya setiap lelah dalam
melakukan One bite at a time tidak selalu sesabar ini. Semoga kedepannya saya bisa tetap dengan sabar yang sama sekalipun
raga sudah limit tenaga. Aamiin..
![]() |
Rasanya lebih puas jika setiap baju yang dikenakan Suami dan Anak setiap hari adalah hasil cuci setrika tangan saya sendiri. hehe,,, |
#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#TantanganODOP1
#onedayonepost
#odopbatch6
Kerennnn.... Kerjasama luar biasa nih 😍😍
ReplyDeleteadopsi langsung ntt kaa.. hehe..
Delete