September 8, 2018

MY SATURDAY: ONE BITE AT A TIME







DAY03-TantanganGameLevel1
*Komunikasi dengan pasangan*

Hari ini hari ketiga #TantanganGameLevel1 kelas Bunda Sayang dan juga starting menulis #TantanganODOP dengan tiga kata kunci yang diberikan. InsyaAllah saya bisa sertakan sekaligus dalam tulisan ini  karena kata kuncinya kebetulan sekali available digunakan. Alhamdulillah, jadi bisa sekali dayung  dua pulau terlampaui. Hehe…

Sabtu kali ini menjadi hari yang super busy, beberapa hal yang harusnya di finishing pada hari Minggu, terpaksa maju dan tertumpuk dihari Sabtu. Itu karena hari Minggu Suami akan pergi ke IPB menemani atasannya. Beberapa pekerjaan rumah saya selesaikan lebih cepat agar besok saya bisa membersamai Mahira.

Mengenai clean house dan membersamai Mahira kami memang berbagi tugas. Misal: Sehabis makan, saat Suami menata tempat makan dan memindahkan piring kotor ke belakang, Mahira bersama saya. Kemudian saat saya mencuci piring kotor, Mahira bersama  Ayahnya. Kondisi lain misal saya mencuci baju, Mahira bersama Ayahnya. Kemudian saat Suami menjemur baju, Mahira bersama saya.



Beberapa pekerjaan bisa diselesaikan dengan melibatkan Mahira dalam aktivitas sebagai bonding time seru. Namun untuk efesiensi waktu, kami biasanya pilih waktu tertentu. Karena hal inilah, siang tadi saya ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah dengan istilah One bite at a time.

One bite at a time, dalam materi Manajemen Waktu Kelas Bunda Sayang adalah melakukan setahap demi setahap, lakukan sekarang, pantang menunda dan menumpuk pekerjaan. Sehingga saya mendelegasikan Mahira sepenuhnya pada Ayahnya dalam waktu sekitar tiga jam.

Hari ini saya skip kegiatan memasak dan membeli lauk. Saya membeli rendang telur, sayur sop bakso, tempe goreng, kering otak dan cah kangkung. Cah kangkung adalah salah satu sayur hijau yang saya excuse untuk dapat ditelan dengan lahap karena sejauh ini saya belum pernah menemui ulat saat memakannya. untuk beberapa sayuran lain saya cukup pemilih.

Saat bersantai selepas makan siang, suami rencana akan ke kantor untuk menitipkan uang sumbangan kondangan teman kantornya. Iapun mencari amplop dilemari. Namun tak kunjung jua menemukan.

“Sayang.. habis ini mau ke kantor lagi kan? Sekalian beli amplopnya saja diluar dan sekalian ajak Mahira. Apa bisa?” Pinta saya dengan kaidah 2C.

“Soalnya besok kan sayang mau pergi, jadi aku harus setrika baju hari ini” Jelas saya pada suami.

“Ya..nggak apa-apa Mahira sama aku, tapi kamu jangan capek-capek. Itu kan bisa di setrikakan di laundry” ucapnya berusaha memberiku solusi.

Namun tawaran Suami justru membuat saya tersinggung dan saya berusaha melakukan komunikasi produktif disini. Namun beberapa kali saya menolak dengan baik, Suami kekeuh menyuruh saya untuk menggunakan jasa laundry saja.

“Sayang, mungkin laundry adalah option terakhir kalau aku sudah benar-benar tidak sanggup untuk nyuci dan setrika baju Suami dan anakku. Ini setrikaan tidak banyak, kita bisa lebih berhemat bukan?” ucap saya dengan menatap matanya sungguh-sungguh.

Entah bagian mana dari kalimat ini yang bekerja, namun saya merasakan dengan fungsi dari Intensity of eye contact. Menatap pasangan dengan lembut hingga membuat ia bisa memahami bahwa saya sudah terbuka dan meminta suami percaya saya dapat mengerjakannya tanpa merasa capek. Alhamdulillah.. Mahirapun diajak ke kantor agar bisa bonding time dengan Ayahnya sementara saya menyelesaikan tumpukan baju yang siap disetrika.

*Komunikasi dengan Anak*



Adzan Ashar sudah terdengar, setrikaan sebentar lagi hampir selesai.
Saya mengechek gawai barangkali ada chat dari suami. Ternyata tidak ada. Kemudian sesaat saya meletakkan gawai, terdengar motor suami sudah merapat ke teras. Suara Mahira mengucap mimik mimik pun sudah terdengar. Rasanya gugup sekali ingin segera menyelesaikan.

“Mahira mau mimik nih bu” ucap suami setelah salam dan masuk ke rumah.

Sementara masih ada tiga kemeja lagi yang belum saya setrika. Suami dengan sigap mencuci tangan Mahira dan dirinya.

“Ini Mahira sama ibuk dulu ya..Ayah yang lanjutkan menyetrika” Ucap suami saya seraya mengambil posisi duduk untuk siap menyetrika.

Saat Mahira dengan saya, Mahira merengek untuk meminta mimik (ASI). Saya memang ajarkan kepada Mahira untuk meminta, meminjam ataupun berkata sopan dengan kata “Please”. Namun justru ia merajuk dan menangis, mungkin sankin ngantuknya tadi dibawa Ayah ke kantor dan katanya aktif jalan ke sana kemari.

Kemudian saya bilang dengan intonasi suara yang lembut dan ramah agar Mahira memintanya dengan baik.

“Mahira anak Ibu yang sholiha, coba bilang yang baik. Bagaimana bilangnya?” pinta saya kala itu.

Ia merajuk dan saya tetap tidak memberikan, dengan intonasi yang sama saya meminta Mahira untuk berkata dengan baik tanpa merajuk dan menangis.

“Mahira stop menangis dan bilang please atau no mimik?” saya memberikan pilihan kepada Mahira kala itu.

“Piss buk..piss buk..iyya au mik” ucap Mahira seketika dengan manis dan lembut. Iapun berhenti menangis.

Sayapun memberikan Mahira ASI dan ia tertidur hanya dalam waktu yang singkat. Saya kembali mengambil alih pekerjaan setrika dan memasukkan baju-baju ke lemari. Suami sayapun turut membantu. Alhamdulillah.. betapa saya senang dapat melakukan komunikasi produktif hari ini, sekalipun rasanya setiap lelah dalam melakukan One bite at a time tidak selalu sesabar ini. Semoga kedepannya saya  bisa tetap dengan sabar yang sama sekalipun raga sudah limit tenaga. Aamiin..


Rasanya lebih puas jika setiap baju yang dikenakan Suami dan Anak setiap hari adalah
hasil cuci setrika tangan saya sendiri. hehe,,,



#hari3
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#TantanganODOP1
#onedayonepost
#odopbatch6


2 comments: