September 5, 2018

Good Communication Skill



“Kalian cocok banget, yang satunya cerewet yang satunya pendiem. Jadi balance gitu!” Ucap seseorang selepas kami berstatus menikah.

“Biasanya ya gitu, kalau pendiem dapetnya ya yang cerewet.” Ucap saudara kepada suami saya kala itu.

Jika mengingat komentar di atas, saya cukup menghela nafas. Terlepas dari yin yang , bagi saya memiliki suami pendiam itu PR. Komunikasi sangat penting, bagaimana bisa jika tetap menjadi pendiam terutama pada istri?, pikirku Ibaratnya sebagai amunisi saya saat berperang, sebagai kail saat saya memancing dan sebagai keyboard saat saya mengetik. 

Maka dari itu karena penting, pada New Alenia saya mengawali tulisan mengenai mendengarkan yang tentunya masih satu paket dengan seni berkomunikasi.

Kejutannya adalah... saat ini saya juga tengah mengikuti kelas Bunda Sayang Batch #4 yang Materi pertamanya membahas mengenai ‘Komunikasi Produktif’. Seperti senada dan seirama, saya akan lebih mudah membahasnya karena memang ini menjadi PR utama saya dalam menjalani pernikahan dengan Pria yang awalnya memang kurang komunikatif alias pendiam.

TANTANGAN!

Mungkin dengan oranglain Suami saya boleh saja tidak banyak bicara. Tapi dengan saya tentunya suami harus sering bicara, bahkan hal yang sepele saja kadang ia bahas. Haha..

Bagaimana bisa berubah seperti ini? tentunya bukan tanpa upaya. Kami berdua berkomitmen untuk memegang kunci bersama. Menurut kami, kunci dari hubungan yang baik adalah komunikasi yang baik.

Pada awalnya selisih paham sering terjadi, karena tidak dikomunikasikan dengan baik.  Cara penyampaian juga berpengaruh besar terhadap kelangsungan komunikasi yang baik.

Saya curhat ke Papa terkait selisih paham yang sering terjadi di awal penikahan, saya merasa kesulitan berkomunikasi dengan Suami saya. Seperti harus menebak-nebak apa yang sedang ia pikirkan ataupun rasakan. Tentunya tidak bisa terus begini. Kemudian Papa memberi contoh kepada saya terkait cara menyampaikan.

“Misal ada orang yang akan memberikan uang seratus ribu, jika memberikannya dengan cara dilempar dan memberikannya dengan berkata: Ini ada sedikit hadiah untukmu, ditabung ya.. Kiranya kamu pilih yang mana?”

“Yang berkata dengan baiklah pah” Jawab saya dengan cepat.

“Jika dengan sama-sama berkata, nih uang ambil aja jangan boros-boros!  dan contoh sebelumnya, kamu pilih yang mana?” tanya Papa lagi.

“Aku pilih yang menyampaikan dengan baik-baik dong” saya menjawabnya lagi.

“Nah..kalau kamu juga suka dengan cara yang baik-baik, maka sampaikan juga semua hal dengan cara yang baik. Cara menyampaikan itu penting, kamu harus belajar itu” jelas Papa kala itu.

Setelah mendapat nasihat mengenai cara berkomunikasi, banyak hal yang harus saya ubah untuk dapat berkomunikasi dengan Suami. Pertama saya ubah dulu minset saya, jika saya dan Suami adalah dua individu yang berbeda. Bahkan kami dilahirkan dari Ibu yang berbeda, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda sehingga harus disadari betul oleh saya jika Suami memiliki cara yang berbeda juga dalam berkomunikasi.

Dalam Materi Bunsay sesi #1 ada istilah FoR (Frame of Reference) yaitu cara pandang, keyakinan, konsep dan tata nilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari didikan orangtua, buku yang dibaca, pergaulan dll. Kemudian ada istilah FoE(Fram of Experience) yaitu serangkaian kejadian yang dialami seseorang dan dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang. FoR dan FoE inilah yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang.

Dari penjelasan itu saya jadi semakin memahami bahwa Suami saya juga memiliki pandangan dan pendapat yang berbeda atas sesuatu karena FoR dan FoE yang ia miliki berbeda dengan yang saya miliki. Komunikasi bermasalah saat masing-masing dari kita “memaksakan” agar pendapatnya dapat diterima. Terpaku dalam sudut pandang masing-masing tanpa saling memahami.

Nah..setelah mendapat materi ini. saya hanya ingin  ilmu yang saya peroleh dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Masih dalam perjalanan panjang untuk melangsungkan komunikasi produktif sebagai komponen penting menjalani suatu hubungan. Semoga Allah selalu mampukan saya dan juga pembaca semua dalam melakukan komunikasi produktif, baik itu ke pasangan (suami/istri), orang tua, saudara, teman dan juga anak.

Komunikasi adalah sebuah keterampilan yang dapat kau pelajari. Belajar berkomunikasi itu seperti mengendarai sepeda atau mengetik. Jika kau mau mengerjakannya, kau akan dapat mengubah kualitas dari semua bagian hidupmu” _Brian Tracy

#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day03



No comments:

Post a Comment