“Kalian cocok banget, yang
satunya cerewet yang satunya pendiem. Jadi balance gitu!” Ucap seseorang
selepas kami berstatus menikah.
“Biasanya ya gitu, kalau pendiem
dapetnya ya yang cerewet.” Ucap saudara kepada suami saya kala itu.
Jika mengingat komentar di atas,
saya cukup menghela nafas. Terlepas dari yin
yang , bagi saya memiliki suami pendiam itu PR. Komunikasi sangat penting, bagaimana bisa jika tetap menjadi pendiam terutama pada istri?, pikirku Ibaratnya sebagai amunisi saya
saat berperang, sebagai kail saat saya memancing dan sebagai keyboard saat saya
mengetik.
Maka dari itu karena penting,
pada New Alenia saya mengawali tulisan mengenai mendengarkan yang tentunya
masih satu paket dengan seni berkomunikasi.
Kejutannya adalah... saat ini
saya juga tengah mengikuti kelas Bunda Sayang Batch #4 yang Materi pertamanya
membahas mengenai ‘Komunikasi Produktif’. Seperti senada dan seirama, saya akan
lebih mudah membahasnya karena memang ini menjadi PR utama saya dalam menjalani
pernikahan dengan Pria yang awalnya memang kurang komunikatif alias pendiam.
TANTANGAN!
Mungkin dengan oranglain Suami
saya boleh saja tidak banyak bicara. Tapi dengan saya tentunya suami harus
sering bicara, bahkan hal yang sepele saja kadang ia bahas. Haha..
Bagaimana bisa berubah seperti ini? tentunya
bukan tanpa upaya. Kami berdua berkomitmen untuk memegang kunci bersama. Menurut
kami, kunci dari hubungan yang baik adalah komunikasi yang baik.
Pada awalnya selisih paham sering
terjadi, karena tidak dikomunikasikan dengan baik. Cara penyampaian juga berpengaruh besar terhadap
kelangsungan komunikasi yang baik.
Saya curhat ke Papa terkait
selisih paham yang sering terjadi di awal penikahan, saya merasa kesulitan berkomunikasi
dengan Suami saya. Seperti harus menebak-nebak apa yang sedang ia pikirkan
ataupun rasakan. Tentunya tidak bisa terus begini. Kemudian Papa memberi contoh
kepada saya terkait cara menyampaikan.
“Misal ada orang yang akan memberikan
uang seratus ribu, jika memberikannya dengan cara dilempar dan memberikannya
dengan berkata: Ini ada sedikit hadiah
untukmu, ditabung ya.. Kiranya kamu pilih yang mana?”
“Yang berkata dengan baiklah pah”
Jawab saya dengan cepat.
“Jika dengan sama-sama berkata, nih uang ambil aja jangan boros-boros! dan contoh sebelumnya, kamu pilih yang mana?”
tanya Papa lagi.
“Aku pilih yang menyampaikan dengan
baik-baik dong” saya menjawabnya lagi.
“Nah..kalau kamu juga suka dengan
cara yang baik-baik, maka sampaikan juga semua hal dengan cara yang baik. Cara
menyampaikan itu penting, kamu harus belajar itu” jelas Papa kala itu.
Setelah mendapat nasihat mengenai
cara berkomunikasi, banyak hal yang harus saya ubah untuk dapat berkomunikasi
dengan Suami. Pertama saya ubah dulu minset saya, jika saya dan Suami adalah
dua individu yang berbeda. Bahkan kami dilahirkan dari Ibu yang berbeda, tumbuh
dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda
sehingga harus disadari betul oleh saya jika Suami memiliki cara yang berbeda
juga dalam berkomunikasi.
Dalam Materi Bunsay sesi #1 ada
istilah FoR (Frame of Reference)
yaitu cara pandang, keyakinan, konsep dan tata nilai yang dianut seseorang. Bisa
berasal dari didikan orangtua, buku yang dibaca, pergaulan dll. Kemudian ada
istilah FoE(Fram of Experience)
yaitu serangkaian kejadian yang dialami seseorang dan dapat membangun emosi dan
sikap mental seseorang. FoR dan FoE
inilah yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang
datang.
Dari penjelasan itu saya jadi
semakin memahami bahwa Suami saya juga memiliki pandangan dan pendapat yang
berbeda atas sesuatu karena FoR dan FoE yang ia miliki berbeda dengan yang saya
miliki. Komunikasi bermasalah saat masing-masing dari kita “memaksakan” agar
pendapatnya dapat diterima. Terpaku dalam sudut pandang masing-masing tanpa
saling memahami.
Nah..setelah mendapat materi ini.
saya hanya ingin ilmu yang saya peroleh
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Masih dalam perjalanan panjang
untuk melangsungkan komunikasi produktif sebagai komponen penting menjalani
suatu hubungan. Semoga Allah selalu mampukan saya dan juga pembaca semua dalam
melakukan komunikasi produktif, baik itu ke pasangan (suami/istri), orang tua,
saudara, teman dan juga anak.
Komunikasi
adalah sebuah keterampilan yang dapat kau pelajari. Belajar berkomunikasi itu
seperti mengendarai sepeda atau mengetik. Jika kau mau mengerjakannya, kau akan
dapat mengubah kualitas dari semua bagian hidupmu” _Brian Tracy
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day03
No comments:
Post a Comment