September 19, 2018

SAWALA SENJA (FIKSI 2)







Ide Cerita: Semangkok Bakso
Judul cerita: Sawala Senja
Jenis Tulisan: Fiksi
Konflik: Perbedaan Sudut Pandang
Setting Cerita: Di warung bakso pada sore hari
POV\Sudut Pandang: Orang Ketiga


“Dan pergaulilah mereka (para istri) secara patut. Kemudian apabila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa: 19)

Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:
“Dan Firman Allah ‘Azza wa Jalla “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan baik”, maksudnya adalah baikkanlah perkataan-perkataan kalian kepada mereka, perbaguslah perbuatan dan keadaan kalian sesuai dengan kemampuan kalian, sebagaimana engkau menyukai hal itu darinya (menginginkan istri untuk berbuat yang sama), maka berbuatlah dengan seperti itu.


Sore hari selepas sholat asar, warna langit sudah mulai berhias semburat jingga. Farida dan suaminya naik motor menuju sebuah warung bakso di Jalan Balai Kimia. Tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga mereka pergi tanpa menggunakan helmet. Sedari Siang, Farida urung makan bahkan lauk yang ia masak masih tersisa di meja makan. Ia ingin mbakso biar terasa segar, katanya.

“Kamu pesan bakso apa mas?” Tanya Farida saat ia turun dari motor.

“Aku Mie Ayam bakso aja.” Jawab suami sambil memarkirkan motornya.

Setelah memesan makanan, Farida sedikit berlari ke arah meja yang terlihat kosong. di tempat parkir ada segerombolan anak SMA yang baru pulang sekolah akan makan di tempat tersebut. Jadi Farida terburu takut tidak kebagian meja.

“Kamu ini kenapa lari dek?” Tanya suaminya.

“Takut kita nggak kebagian tempat Mas.” Jawabnya dengan suara berbisik.

“Kamu sudah pesan minum?”

“Sudah, aku pesankan kamu es jeruk biar kita samaan.” Balas Farida sumringah.

“Loh dek, kenapa nggak tanya dulu mas mau minum apa. Mas kan lagi pingin Es Teh”
Balas sang suami agak protes dengan sikap sok tahu Farida.

“Ya kan sama-sama es mas. Aku pesankan lagi ya?” tawar Farida pada suaminya yang masih sibuk mengelap meja dengan tisu.

“Ya boleh”

“Tapi ya sayang Mas. Kita kan sudah pesan. Nggak enakan juga. Nggak usah aja ya?” Farida mencoba bernegosiasi.

“Kamu ini nawarin tapi nggak usah aja. Lah gimana dek? Iya.. iya.. terserah kamu aja lah dek.” Jawab suaminya tidak ingin suasana menjadi kacau.

“Tuh kan, mas selalu bilang terserah. Pas aku pesan es Jeruk salah” Bela Farida terhadap dirinya.

Kemudian ditengah pembicaraan tersebut, pesanan pun datang…

“Kita pertama kali ke sini, misal ini nggak enak ya nggak usah komentar ya dek. Kamu tinggal aja di situ nggak usah di makan.” Jelas suaminya di saat Farida membubuhi mangkok baksonya dengan sambel.

“Sudah dibeli ya eman aja Mas. Harus dimakan.” Timpal Farida dengan tenang.

Merekapun memakannya sambil sesekali mengobrol. Setelah selesai mereka tidak langsung beranjak, rencana mereka menunggu magrib untuk sekalian pergi ke masjid At-Taqwa yang letaknya tidak jauh dari warung bakso yang pada spanduknya tertulis “Bakso\Mie Ayam Doa Ayah”

“Mas.. kok namanya aneh ya Doa Ayah. Biasanya yang seringkan Doa Ibu” celetuk Farida menkomentari nama warung bakso yang ia singgahi.

“Ya terserah yang punya dek, mau doa Ayah doa Ibu semuanya bagus” Jawab suami Farida dengan tenang.

“Bagus gimana mas? Malahan aneh karena namanya nggak umum.” Kata Farida.

“Ya dek justru disitu biar viral! misal Mas bikin warung bakso namanya Doa Farida boleh?” Tanya suaminya lagi.

“Boleh-boleh aja mas.” Jawab perempuan yang menjadikan bakso adalah santapan terakhir setelah mie dan bihun habis.

“Nah.. sama halnya jika pakai nama Doa Ayah, tentunya boleh dan sah-sah saja.” Tangkas suami Farida berharap istrinya berhenti melanjutkan opininya yang di luar dugaan.

Farida tersenyum simpul dan kembali fokus menghabiskan baksonya tanpa merasa bersalah atas komentarnya itu. Suaminya mengehela nafas, menyeruput minuman hasil pilihan istrinya itu. Sedikit rasa asam hadir sebagai penutup setelah ia makan bakso dengan kuah yang pedas. Ia memandang istrinya, kemudian kembali menghabiskan es jeruk tersebut dan meletakkannya kembali dengan agak sedikit dihentakkan.

“Mas, Es jeruknya asem banget ya. Nggak seperti es jeruk yang di Pempek Ny. Kamto” Celetuk Farida menegaskan hentakan gelas sang suami.

Selesai.



Penjelasan Psikologis
Para ahli psikologi membedakan pria dan wanita dari otaknya. Otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu sisi yang kanan dengan sisi yang kiri. Setiap sisi bertanggung jawab untuk fungsi yang berbeda. Dalam otak wanita, lebih banyak serat penghubung dan serat ini lebih besar dibanding yang terdapat pada otak pria. Hal ini membuat wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk menggunakan kedua sisi otak secara bersamaan. Sehingga wanita lebih pandai berbicara, open minded juga lebih pandai menjalin hubungan atau berinteraksi dengan individu lain. Tetapi, wanita cenderung menggunakan emosi ketika memproses informasi dan saat berkomunikasi.


#TantanganODOP2
#onedayoneposting
#odopbatch6
#fiksi







2 comments:

  1. Tuh kan, makin ngebayangin kalau ini mbak Akmal lagi curcol dan disamarin jadi farida 😝

    ReplyDelete