Ide Cerita: Semangkok
Bakso
Judul cerita: Sawala Senja
Jenis Tulisan: Fiksi
Konflik: Perbedaan Sudut
Pandang
Setting Cerita: Di warung
bakso pada sore hari
POV\Sudut Pandang: Orang
Ketiga
“Dan pergaulilah mereka (para istri)
secara patut. Kemudian apabila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa: 19)
Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata:
“Dan Firman Allah ‘Azza wa Jalla “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan
baik”, maksudnya adalah baikkanlah perkataan-perkataan kalian kepada
mereka, perbaguslah perbuatan dan keadaan kalian sesuai dengan kemampuan
kalian, sebagaimana engkau menyukai hal itu darinya (menginginkan istri untuk
berbuat yang sama), maka berbuatlah dengan seperti itu.
Sore hari selepas sholat asar, warna langit sudah
mulai berhias semburat jingga. Farida dan suaminya naik motor menuju sebuah
warung bakso di Jalan Balai Kimia. Tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga
mereka pergi tanpa menggunakan helmet. Sedari Siang, Farida urung makan bahkan
lauk yang ia masak masih tersisa di meja makan. Ia ingin mbakso biar terasa segar, katanya.
“Kamu
pesan bakso apa mas?” Tanya Farida saat ia turun dari motor.
“Aku
Mie Ayam bakso aja.” Jawab suami sambil memarkirkan motornya.
Setelah
memesan makanan, Farida sedikit berlari ke arah meja yang terlihat kosong. di
tempat parkir ada segerombolan anak SMA yang baru pulang sekolah akan makan di
tempat tersebut. Jadi Farida terburu takut tidak kebagian meja.
“Kamu
ini kenapa lari dek?” Tanya suaminya.
“Takut
kita nggak kebagian tempat Mas.” Jawabnya dengan suara berbisik.
“Kamu
sudah pesan minum?”
“Sudah,
aku pesankan kamu es jeruk biar kita samaan.” Balas Farida sumringah.
“Loh
dek, kenapa nggak tanya dulu mas mau minum apa. Mas kan lagi pingin Es Teh”
Balas
sang suami agak protes dengan sikap sok tahu Farida.
“Ya
kan sama-sama es mas. Aku pesankan lagi ya?” tawar Farida pada suaminya yang
masih sibuk mengelap meja dengan tisu.
“Ya
boleh”
“Tapi
ya sayang Mas. Kita kan sudah pesan. Nggak enakan juga. Nggak usah aja ya?”
Farida mencoba bernegosiasi.
“Kamu
ini nawarin tapi nggak usah aja. Lah gimana dek? Iya.. iya.. terserah kamu aja
lah dek.” Jawab suaminya tidak ingin suasana menjadi kacau.
“Tuh
kan, mas selalu bilang terserah. Pas aku pesan es Jeruk salah” Bela Farida
terhadap dirinya.
Kemudian
ditengah pembicaraan tersebut, pesanan pun datang…
“Kita
pertama kali ke sini, misal ini nggak enak ya nggak usah komentar ya dek. Kamu
tinggal aja di situ nggak usah di makan.” Jelas suaminya di saat Farida
membubuhi mangkok baksonya dengan sambel.
“Sudah
dibeli ya eman aja Mas. Harus dimakan.” Timpal Farida dengan tenang.
Merekapun
memakannya sambil sesekali mengobrol. Setelah selesai mereka tidak langsung
beranjak, rencana mereka menunggu magrib untuk sekalian pergi ke masjid
At-Taqwa yang letaknya tidak jauh dari warung bakso yang pada spanduknya
tertulis “Bakso\Mie Ayam Doa Ayah”
“Mas..
kok namanya aneh ya Doa Ayah. Biasanya yang seringkan Doa Ibu” celetuk Farida
menkomentari nama warung bakso yang ia singgahi.
“Ya
terserah yang punya dek, mau doa Ayah doa Ibu semuanya bagus” Jawab suami
Farida dengan tenang.
“Bagus
gimana mas? Malahan aneh karena namanya nggak umum.” Kata Farida.
“Ya
dek justru disitu biar viral! misal Mas bikin warung bakso namanya Doa Farida
boleh?” Tanya suaminya lagi.
“Boleh-boleh
aja mas.” Jawab perempuan yang menjadikan bakso adalah santapan terakhir
setelah mie dan bihun habis.
“Nah..
sama halnya jika pakai nama Doa Ayah, tentunya boleh dan sah-sah saja.” Tangkas
suami Farida berharap istrinya berhenti melanjutkan opininya yang di luar
dugaan.
Farida
tersenyum simpul dan kembali fokus menghabiskan baksonya tanpa merasa bersalah
atas komentarnya itu. Suaminya mengehela nafas, menyeruput minuman hasil
pilihan istrinya itu. Sedikit rasa asam hadir sebagai penutup setelah ia makan
bakso dengan kuah yang pedas. Ia memandang istrinya, kemudian kembali
menghabiskan es jeruk tersebut dan meletakkannya kembali dengan agak sedikit
dihentakkan.
“Mas,
Es jeruknya asem banget ya. Nggak seperti es jeruk yang di Pempek Ny. Kamto”
Celetuk Farida menegaskan hentakan gelas sang suami.
Selesai.
Penjelasan Psikologis
Para
ahli psikologi membedakan pria dan wanita dari otaknya. Otak manusia terdiri
dari dua bagian, yaitu sisi yang kanan dengan sisi yang kiri. Setiap sisi
bertanggung jawab untuk fungsi yang berbeda. Dalam otak wanita, lebih banyak
serat penghubung dan serat ini lebih besar dibanding yang terdapat pada otak
pria. Hal ini membuat wanita memiliki kecenderungan lebih besar untuk
menggunakan kedua sisi otak secara bersamaan. Sehingga wanita lebih pandai
berbicara, open
minded juga lebih pandai menjalin hubungan atau berinteraksi
dengan individu lain. Tetapi, wanita cenderung menggunakan emosi ketika
memproses informasi dan saat berkomunikasi.
#TantanganODOP2
#onedayoneposting
#odopbatch6
#fiksi
Tuh kan, makin ngebayangin kalau ini mbak Akmal lagi curcol dan disamarin jadi farida 😝
ReplyDeleteHaha.... nggaklah mbaak.. masa saya gitu. haha...
Delete