DAY02-TantanganGameLevel1
*Komunikasi
dengan Anak*
Menjalin Komunikasi
Produktif dengan pasangan akan membentuk FoE dan FoR kita. FoE dan FoR ini
sudah saya tulis sebelumnya dalam tautan berjudul Good communication Skill. Lalu apa tujuan terbentuknya FoE dan FoR
yang sama? Jadi ketika ada informasi yang datang kepada kita akan dipahami
secara sama. Ketika saya menyampaikan sesuatu, pasangan juga akan menerima
pesan tersebut seperti yang kita inginkan.
Mengenai komunikasi
produktif, saya juga berusaha menerapkan hal tersebut kepada keluarga dalam
arti melibatkan anggota keluarga besar seperti Mama, Papa, Ibu, Bapak, dan
saudara saudara dari saya dan juga dari Suami.
Hari ini Onty,
panggilan Mahira kepada adik Suami saya, sedang rindu kepada keponakannya. Kami
melakukan video call cukup lama, bercerita banyak hal dan berlanjut hingga aksi
membuat Mahira nangis. Onty memang sering kali gemas dan menggoda Mahira hingga
ia merengek dan menangis. Saat menjadi tante memang begitu mungkin ya aksinya,
gemes lihat ponakannya merengek hingga menangis.
“Ini Onty punya
Pocky-pocky, yummy… enak sekali lho” seraya ia menunjukkan wadah jajan yang
menggiyurkan lidah Mahira.
Dengan sikapnya
yang terus menerus demikian, Mahira merengek.
“Inta! inta! mauk!
mauk!” rengek Mahira bilang Minta dan Mau berulang kali.
“Mau yaa… ini
ambil.” Goda Ontynya dalam Video Call kami.
Saat itu saya
masih berpikir calm down, namun
setelah Mahira semakin hebat merengek dan berakhir tantrum. Saya izin menutup
percakapan dan berusaha menenangkan Mahira. Mahira masih terus merengek Buk! Buk! Inta bu! Mauk! Seraya menangis
tersedu. Tentunya ia begitu menginginkan Pocky-pocky yang ditawarkan Ontynya.
Saya coba tawarkan
snack lain yang ada di rumah, namun ia melemparnya dengan kuat dan semakin
tantrum. Saya coba ambil nafas dan bersikap tenang. Kemudian saya ambil gawai
dan mencari gambar Pocky-pocky via google. Mahira saya tunjukkan gambar
tersebut dan terdiam sejenak, setelah itu kembali merengek.
Dengan mengendalikan
intonasi dan menggunakan suara ramah, saya menemukan kaidah baru yaitu dengan mengajaknya berimajinasi.
“Mahira, lihat ibu
sayang. yam..yam..yam..” seraya saya seolah mengambil makanan tersebut dilayar
gawai.
“Mahira mau? Sini aaak
dulu.” Tawar saya sambil menyodorkan suapan tangan yang kosong dari gambar di
google.
Mahira yang saat
itu menangis berangsur diam dan mendekat ke arah saya. Membuka mulutnya dan
seketika saya berimajinasi bersama seolah makan pocky-pocky.
Pada suapan
berikutnya saya melakukan gerakan yang sama, namun saya isi suapan tangan saya
dengan biskuit lain yang kami miliki di rumah. Mahira pun mengunyah dengan lahap,
ia kembali happy bahkan begitu riang sekali.
“Nanti ibu titip
Ayah untuk membeli Pocky pocky ya.. sekarang makan biskuit ini dulu, Oke anak
hebat?” Ucap saya yang diliputi syukur sebanyak mungkin karena Mahira mampu
teralihkan. Mahirapun mengangguk seperti paham apa yang saya sampaikan.
*Komunikasi
dengan Pasangan*
Menanggapi sikap
seperti ini pada awalnya saya selalu merasa kesal dan protes terhadap Suami
saya mengenai sikap adiknya. Kebetulan juga saat Mahira menangis, Ayahnya
sempat telpon dan saya angkat dengan terburu menutupnya kembali. Suami mengatakan
jika ia akan pulang sebentar lagi untuk makan siang setelah jumatan.
“Mahira nangis
kenapa sayang?” tanyanya kepada saya.
“Mau Pocky-pocky,
tadi Ontynya telpon dan pamer jajan itu. Terus dia jadi pingin kan.” Jelas saya
masih agak sedikit kesal.
“Ya sudah, nanti
beli aja. Beli dimana?” Tanyanya dengan santai.
“ Alfa juga ada.
Rasa coklat atau oreo ya mas, gambarnya aku kirim. Terimakasih” Balas saya
dengan menggunakan kaidah 2C.
Menyampaikan sesuatu
apalagi urusan titip menitip memang harus jelas, dari pada salah beli. (Readers
yang sudah bersuami, pasti paham betul terkait urusan titip menitip beli sesuatu ke suami, iya kan? Haha)
Kaidah 2C yaitu Clear dan Clarify yaitu
menyusun pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear)
sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi
kedua belah pihak. Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya,
mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
Kaidah Choose the right time Yaitu memilih
waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu
tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan
waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang
diinginkannya, dll. (Sumber: Ebook Kompro Materi Bunda Sayang)
Sesampainya di
rumah, kami makan siang bersama. Selepas kami makan suami menanyakan apa ada yang ingin kamu sampaikan? Suami
sangat tahu, saya masih nyimpen unek-unek kali ya.. akhirnya saya coba
melakukan komunikasi produktif dengan dua kaidah diatas.
Choose the right time, karena beliau menanyakan langsung kepada saya. Jadi ini
kesempatan saya menyampaikan.
“Mas, Aku kurang
suka kalau Onty buat Mahira merengek dan nangis. Nanti kasian Mahiranya jadi
kebiasaan begitu” Ujar saya dalam aksi protes.
“Ya..kamu ini
jangan selalu ambil hati, namanya juga gemes, kangen ya wajar godain anak kita.
InsyaAllah Mahira nggak apa apa” Jawabnya kala itu yang membuat saya semakin
kesal.
Dalam FoR saya
kala itu sangat berbeda dengan suami sehingga ada rasa kesel yang masih hinggap
ketika mendapati respon suami begitu. Saya menganggap suami tidak memahami
dampak apa yang akan terjadi dengan anaknya jika sering dibuat menangis atau
merengek.
Kemudian saya
gunakan rumus di bawah ini dalam menyampaikan komunikasi produktif yaitu:
BILA NALAR PANJANG EMOSI KECIL
BILA NALAR PENDEK EMOSI TINGGI
Maka saya berusaha
panjangkan nalar saya, membuat excuse besar terhadap sikap orang lain yang
mungkin kita tidak suka dan memahami berdasarkan FoRnya. Sehingga dengan
kecilnya emosi, saya akan nyaman untuk turut menyantap Pocky-pocky. J
![]() |
Alhamdulillah.. bisa barengan makan pocky-pocky tanpa emosi. |
#hari2
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional
#komunitasonedayonepost
#ODOP_6
#Day05
#Day05
No comments:
Post a Comment