September 18, 2018

SAWALA PAGI (FIKSI 1)



Ide Cerita: Sarung Suami
Judul cerita: Sawala Pagi
Jenis Tulisan: Fiksi
Konflik: Perbedaan Sudut Pandang
Setting Cerita: Di Rumah pada pagi hari
POV\Sudut Pandang: Orang Ketiga


Berbuat baiklah pada para wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk, bagian atasnya itu bengkok. Jika engkau mencoba untuk meluruskannya (dengan kasar), engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, tetap saja tulang tersebut bengkok. Berbuat baiklah pada para wanita.”
(HR. Bukhari, no. 3331 dan Muslim, no. 1468)

Azan subuh sudah terdengar dari sombok masjid dekat rumah Farida. Suaminya sudah bersiap sedari tadi, dengan wajah yang masih basah karena air wudu, iapun bergegas membuka pintu.

“Mas! Sarungnya belum bener yang bagian belakang” Koreksi Farida kepada suaminya. Ia baru saja bangun dan hendak menuju kamar mandi.

Bergegas suaminya membetulkan ujung sarung yang jatuh agar tepat diatas mata kaki. Diambilnya peci yang tertinggal di atas lemari plastik bewarna biru muda. Pandangannya sama sekali tidak tertuju pada istrinya karena fokusnya menuju masjid. Farida masih menyimpan keluh atas sikap suaminya itu.

Pukul 6.00 suaminya baru saja pulang dari masjid. Farida baru saja selesai menjemur cuciannya di halaman depan rumah. Kerling matanya mendefinisikan jika ia sedang dalam mood yang tidak baik. Suaminya menyadari itu kala matanya beradu dalam teras yang dipenuhi bulu kucing milik tetangga sebelah.

Diraihnya ember hijau bertuliskan Lion Star yang Farida bawa dan ia menarik cepat istrinya ke kamar. Ember tersebut diletakkan di sudut kamar mereka. Dengan perlahan ia bertanya kepada sang istri.

“Dek, apa kamu marah sama Mas?” Tanyanya dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.

Farida masih bergeming, ia mengunci mulutnya rapat-rapat. Seolah menunggu penjelasan lain terkait keterlambatannya tiba di rumah. Suaminya masih belum memahami kenapa istrinya bersikap demikian?

“Kamu kenapa to dek?”

“Kalau diam saja ya mana mas tahu?”

Dengan perlahan ia angkat tangan Farida, mendekat bibirnya dan satu kecupan hinggap di punggung telapak tangannya hingga menyisakan aroma softener yang begitu harum di bibir suaminya. Mata Farida masih dalam definisi marah, gerak tubuhnya mengisyaratkan jika memang ia sedang tidak ingin bicara. Suaminya mencoba menebak apa yang dipikirkan istrinya.

“Jadi tadi itu Mas mau pulang setelah zikir, ternyata ada pengajian. Ya Mas pikir itu pengajian dek. Akhirnya Mas duduk dulu sebentar. Ternyata tahsin Quran dek, ya karena Mas sudah terlanjur duduk untuk ikut ya dilanjutin deh. Makanya jam segini baru pulang.” Jelas suaminya panjang lebar.

Raut wajah Farida sedikit berubah dan ia langsung menumpahkan komentarnya.

“Tadi pagi buru-buru berangkat sampai sarungnya nggak rapi!”

“Sudah gitu kamu sampai balik lagi ambil peci! Kalau naruh peci itu Mas di laci jangan di gletakin begitu aja.”

“Kamu juga sampai lupa lihat aku! Padahal aku ngelihatin kamu terus sampai kamu berangkat. ” Farida mencerocos banyak hal yang sepele.

“Ya Allah, dek.. Mas kan mau berangkat ke masjid. Ya kamu tolong ngertiinlah. Masa kayak gitu aja marah?” Jawab Suami Farida mencoba menenangkan istrinya.

“Ya nggak bisa begitu mas! Itu namanya Mas nggak hargai lawan bicara. Aku juga merasa ini bukan pertama kali tapi sering sekali Mas bersikap seperti itu sama aku.” Timpal Farida dengan wajah tanpa senyum.

Suaminya menghela nafas, diambilnya ember hijau tersebut dan diletakkan ke kamar mandi belakang. Farida masih dengan posisi yang sama. Saat suaminya kembali ia berlalu dan duduk di atas tempat tidur dengan wajah yang penuh dengan kesal.

“Baru aja, aku ngomong Mas, kamu tidak menghargai aku sama sekali. Padahal aku masih bicara!”

“Ya kan Mas balik lagi dek, ini lho naruh ember. Nanti kamu komentar lagi bilang aku nggak peka lihat ember di taruh sembarangan” Jelas suami Farida mencoba untuk sabar.

“Ya posisinya kan kita lagi bicara Mas. Aku bener-bener nggak suka Mas, kalau kamu bersikap begitu” Farida masih saja menggerutu.

Suaminya mendekat ke arah Farida. Tangannya yang dingin karena habis mencuci ia kembali pegang. Ia gosok-gosok hingga terasa cukup hangat. Farida menghempaskan tangannya, berbaring di atas tempat tidur dengan posisi kaki yang menggantung di ujung kasur. Ia meneteskan air mata dan menutup wajahnya dengan bantal.

“Ya kalau kamu mau marah terus silahkan. Mas ini kan nggak niat begitu. Mohon maaf lah dek. Pagi-pagi nggak baik berdebat. Mending kamu masak, Mas siap bantuin kok”  ucap suami Farida seraya mendekat ke arah bantal.

Di bukanya bantal tersebut perlahan. Suaminya melihat mata Farida masih merah. Tetes air matanya masih tersisa diujung mata bahkan bantalnya sedikit basah. Ia mencoba memahami mood istrinya tersebut.

“Terimakasih ya sudah cucikan baju-baju mas selama ini” ucapnya sambil mengecup kening Farida.

“Mas kok bau Molto?” celetuk Farida.

“Lah ini tanganmu yang bau Molto dek!”

“Pakai yang aroma apa? Kok harumnya nempel kemana-mana? Sampai bibir Mas juga harum ya?”

Dengan refleks Farida pun mendekat ke arah bibir suaminya yang katanya beraroma Molto.  Namun tanpa disadari itu hanya pengalihan perhatian saja. Suaminya sudah mulai memahami, bagaimana mood istrinya berlangsung dan apa penyebab kerlingan sinis pagi tadi.

“Kamu marah-marah nggak jelas kenapa to?” Tanya suaminya sambil mengusap sisa airmata Farida. Farida sudah terlihat membaik dari sebelumnya.

“Iya mas, maaf ya.. aku lagi PMS.” Mantra andalan Farida saat menyadari kekesalannya itu hanya mengikuti ego saja.

“Kalau Mas perhatikan nggak PMS juga adek sering marah kok” Sahut suami Farida dengan satu alis yang terangkat dan nada meledek.


Aku menjamin sebuah istana di halaman surga bagi mereka yang meninggalkan 

perdebatan meskipun ia berhak untuk itu.”

(Riwayat Abu Daud, dishahihkan oleh al-Albani).


Note: Premenstrual syndrome (PMS) adalah kumpulan gejala fisik, psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita. Sekitar 80 hingga 95 persen perempuan pada usia melahirkan mengalami gejala-gejala pramenstruasi yang dapat mengganggu beberapa aspek dalam kehidupannya


#TantanganODOP2
#onedayoneposting
#odopbatch6
#fiksi

11 comments:

  1. Mars vs venus..yaaa, gitu dehhh πŸ˜†πŸ˜†πŸ˜†

    ReplyDelete
  2. PMS, andalan wanita untuk dimengerti pria. πŸ˜…

    ReplyDelete
  3. Wanita selalu ingin dimengerti 😊

    ReplyDelete
  4. Mbak akmal, akhirnya hutangku baca fiksi ditimu tertunaikan, baru punya waktu bw lagi nih.
    Baca ceritanya, aku malah ngebayangin si farida ini mbak akmalπŸ˜„

    ReplyDelete