#Ibu Mahira berkisah mengenai: Balon
#Hari 8
"Ada waktunya dalam kehidupan,
seseorang tahu kapan tidak melepaskannya. Balon dirancang untuk mengajarkan
anak-anak kecil tentang hal ini."
(Terry Pratchett)
Entah betul atau tidak bahwa penemu balon pertama adalah Michael
Faraday sekitar tahun 1824. Menurut beberapa artikel yang pernah Ibu baca, Faraday
membuat balon dari bahan karet dan ia melakukan percobaan mengisi balon dengan hidrogen.
Namun ternyata mudah terbakar dan akhirnya ia melakukan percobaan lagi kemudian
mengisi balon tersebut dengan helium. Penemuan tersebut berkembang dan digunakan
untuk beberapa kepentingan.
Saat ini balon khas sekali digunakan
sebagai dekorasi ruangan dalam sebuah acara atau pesta. Sayangnya Ibu tidak
menggunakan hal-hal demikian karena memang tidak ada dalam kebiasaan keluarga kecil kita.
Terkait balon pertamamu, Ibu memperkenalkan
balon padamu ketika Mahira berusia enam bulan. Saat Ibu berkunjung ke toko
Fantasy untuk membungkus kado, Ibu menemukan balon berbentuk heart bewarna
merah. Ibu membelinya untuk Mahira. Rencana Ibu akan mengajak Mahira bermain
balon waktu itu.
Balon Pertama Mahira langsung Ibu
yang tiupkan, dengan ukuran yang tidak terlalu besar agar Mahira dapat memegang
dan merasakan betul teksturnya. Saat Mahira bertemu balon pertama kali, Mahira
begitu happy. Matanya berbinar, mulutnya terus saja bubbling dan gerak kakinya
semakin aktif.
“Mahira ini namanya Balon, warnanya
Merah.” Ucap saya tak kalah happy.
Mahira diatas stroller begitu lasak,
memain-mainkan balonnya dan membuat Ibu sedikit ngeri jika tiba-tiba saja Meletus
karena remasan jemari Mahira. Ibu ingin tahu, apakah Mahira akan menangis jika
balon yang Mahira pegang itu tiba-tiba meletus? Ataupun lepas dari genggaman
tangan?
Beberapa kali Ibu terus melatih
Mahira untuk merasakan tekstur balon, namun disisi lain Ibu ingin mengajarkan makna
metafora. Pemberian balon yang bisa digambarkan sebagai benda yang dipegang
kemudian dilepaskan pergi. Disitu anak-anak akan belajar makna Ikhlas. Ataupun
saat balon tersebut tiba-tiba kempes atau meletus.
Saat Mahira berusia sekitar empat
belas bulan, Mahira pernah dibelikan balon oleh Mbah Kakung. Balon beewarna
biru dengan pemberat batu di bawahnya. Entah sudah beberapa hari hingga ia
terlihat kempes. Mahira alhamdulillah tidak menangis bahka ia dengan semangat
membantu saya membuangnya ke tempat sampah.
Pada kesempatan lain Mahira pernah mendapat
balon dari sepupunya. Balonnya cukup besar. Setiap mendapat balon, hal yang
selalu saya ajarkan adalah warna balon kemudian sounding jika bisa saja
tiba-tiba meletus.
“Mahira nanti bisa loh balonnya
meletus, doooooorrrr!!, tapi Mahira jangan menangis ya? Karena tidak sakit dan
tidak apa-apa?” ucap saya.
Mahira seolah memahaminya kala itu.
Pada acara pernikahan sepupu saya juga acara lepas balon, Mahira mencoba menahan balon dan menunggu kesiapan untuk melepasnya
sesuai aba-aba. Ia pun turut melakukannya tanpa menangis. Ada literature yang
menjelaskan bahwa makna melepaskan tersebut adalah melepaskan masa lalu yang
buruk dan siap menghadapi masa kini yang harus dijalani lebih baik. Selain itu,
balon yang dilepaskan berarti sebagai harapan. Bagi saya,
singkatnya Mahira belajar ikhlas.
Alhamdulillah setiap kami bermain
balon, kemudian balon itu mendadak lepas atau meletus, dengan wajah kecewanya
Mahirapun tidak menangis. Ada hal besar yang kelak Mahira juga harus pelajari,
bahwa semua hal yang kita miliki nantinya juga akan pergi dan kita harus mau untuk
belajar ikhlas.
Ingatan saya kembali melayang pada waktu
dimana Mahira pertama kali belajar berjalan. Dengan sepatunya yang bewarna
mustard, Mahira melangkahkan kakinya menggapai balon biru dengan pemberat batu yang
saya letakkan di pojok kamar.
“Ayooo majuu lagi.. ayoo sebentar
lagi sampai” Ucap saya semangat.
#Day08
#BundaBerkisah
#Pejuang Literasi
#onedayonepost
#ODOP_6
No comments:
Post a Comment