October 22, 2018

On Lesson Learned with Grandmother




#Day01
#MasaKecil

Memutar sedikit memori, banyak hal yang masih teringat dengan jelas bagaimana masa kecilku dulu. Entah bagaimana aku bisa mengingatnya dengan jelas, padahal usiaku saat itu belum ada lima tahun. Tumbuh dalam kasih sayang Mama dan Papa lengkap dengan kasih sayang Simbah Putri dari Papaku, padahal aku adalah cucu ke-18 dan juga Simbah Putri dan Simbah Kakung dari Mamaku dan bagiku itu wajar karena aku adalah cucu pertama mereka.

Kali ini aku akan menceritakan masa kecilku saat bersama mbah putri dari Papaku. Sebelum menginjak bangku taman kanak-kanak, aku  menghabiskan banyak waktu bolak-balik Jakarta-Pemalang hanya untuk sekadar liburan. Terbiasa dengan perjalanan, membuatku tidak mudah mabok perjalanan dan mudah beradaptasi dengan semua alat transportasi. Setelah aku beranjak dewasa, aku sadari ini cara Papaku membiasakan aku dengan safar.

Tinggal bersama mbah putri dari Papa, aku banyak belajar dari beliau. Mbah Putri adalah panutanku dalam menjalankan ibadah. Setiap malam menjelang, bada’ Isya simbah sudah tidur pulas. Malam hari simbah menimba di sumur dan membersihkan diri, aku selalu terkesima. Iyakah tidak dingin? Namun cintanya  terhadap Allah begitu besar, setiap hendak sholat fardhu atau sunah. Mbah selalu membersihkan diri dengan mandi. Langkahnya begitu semangat bersiap menjumpai Allah dalam dzikir yang panjang hingga subuh menjelang. Terkadang suara isaknya terdengar sampai telingaku, entah apa yang mbah minta dari Allah. Namun aku yakin ada doa untukku di sana.

Mbah Putriku itu tidak pernah melewatkan dhuha, bahkan saat badannya greges sekalipun. Jangankan dhuha, ayam peliharaannya saat siang hari di cari, kemudian di pegang temboloknya, khawatir takut kelaparan. Pun dengan tanaman yang ia tanam ketela, singkong, cabe, tomat, tanahnya selalu nampak gembur dan cukup air.

Mbah selalu melibatkanku dalam semua aktivitasnya saat aku bersamanya. Misalkan saja saat mbah memungut blarak (daun kelapa kering) yang jatuh, mbah mengambil tulang daun dan ia jadikan sapu lidi. Saat mbah mengupas kelapa yang ia panen dari halaman, mbah mengumpulkan tepes (kulit kelapa), dengan tangannya mbah menyulap tepes menjadi sapu lantai.

Semua hal yang ada ditangan simbah bisa menjadi benda yang menakjubkan menurutku saat kecil dulu. Namun entah kenapa kemampuan DIY ku tidak menuruni simbah. Simbah adalah wanita yang mandiri, semua bisa ia jadikan uang. Kelapa di halaman, cabe, tomat, daun ketela bahkan sapu lidi dan sapu lantai. Mbah juga menjual bunga-bunga yang ia tanam, saat itu bunga kenanga, cempaka dan melati banyak sekali yang mencari. Terutama jika tiba waktunya nyekar.

Ada satu skill yang aku bisa ikuti dari mbah, yaitu menggeni (membuat api di pawon), aku sangat suka menggeni. Menggeni bagiku sebuah seni, keahlian yang tidak semua anak kecil bisa saat itu. sekalipun aku tidak pandai menggunakan korek api merk cap tiga duren, mbah mempunyai pemantik api yang bisa aku gunakan dengan mudah. Aku bisa belajar kesabaran hanya melalui proses menggoreng tempe, di banding zaman sekarang yang tinggal cleeekk kompor gas.

Di rumah mbah Putri, aku tahu bahwa tronggong adalah bunga turi yang bisa aku petik bebas dengan carang (bamboo kecil dan panjang) di sepanjang sungai yang letaknya beberapa ratus meter dari rumah. Mbah juga memperkenalkan aku dengan krokot, sayur yang dapat dijadikan urab yang begitu sedap. Pernah aku takjub melihat mbah memetik daun lebar, sangat lebar. Kini aku tahu jika itu adalah lompong, daun yang bisa di sayur dengan santan dan rasanya begitu enak.

Masa kecilku begitu menyenangkan, aku banyak belajar dari sosok orang-orang hebat yang membesarkan kedua orangtuaku. Belajar bagaimana caranya survive menjalani hidup, menjadi wanita yang produktif sesuai era dan kemampuannya, belajar bersabar dalam setiap proses yang kita tempuh dan mengajarkan sesuatu dengan tauladan. Semua learning itu  aku dapat dari sosok yang sangat aku sayangi seperti Ibu kedua bagiku, dia adalah mbah putriku.

A grandmother is a little bit parent, a little bit teacher, and a little bit best friend

#wanita&pena
#10dayschallange
#RumbelLM
#onedayonepost
#ODOP_6
#odopbatch6

1 comment:

  1. Eyang putriku juga salah satu sosok inspirator dalam hidupku. Orang jaman dulu itu rajin-rajin ya. Bangun paling awal, tidur paling larut... jadi kangeeen.

    ReplyDelete