DAY08-TantanganGameLevel2
Pada #Harike8 Mahira hari ini saya ajak silaturahmi ke
rumah teman Mama. Kebetulan Mama saya sudah lama tidak jumpa temannya sejak
beliau baru pulang ibadah haji bulan lalu. Begitu tiba disana, Mahira saya saya
perlihatkan dengan kegiatan saya mencuci tangan sehabis berpergian. Ia pun
dengan spontan meminta agar tangannya juga di cuci. MasyaAllah Tabarakallah..
Hari ini menjadi
hari yang cukup pilu, karena Mahira dipaksa untuk makan coklat oleh teman Mama.
“Maaf Tante.. Mahira
tidak makan coklat.” Tolak saya perlahan.
Namun dengan
cekatan beliau membuka bungkus dan menyodorkannya pada Mahira.
“Tidak apa-apa,
hanya sekali ini.” Saya coba jelaskan dengan tegas hingga akhirnya Mahira
menangis, saya biarkan suara Mahira memekik telinga penghuni rumah sebagai
bentuk ketegasan saya, bahwa tidak ya tidak. Agar orang tersebut tahu keputusan
yang sudah saya ambil.
Sedih saja bahkan
marah yang tertahan karena Mahira tetap merengek untuk meminta coklat. Saya coba
lakukan komunikasi produktif pengalihan dengan makanan lainpun tidak bisa dan
akhirnya Mahira tetap dipaksa untuk makan coklat tersebut. Saya tidak bisa
apa-apa.
Ada sikap yang
saya sangat jaga mengingat beliau adalah teman Mama, Mamapun marah dan
menyampaikan ketidaksukaannya.
Biasanya sebelum Mahira
memakan coklat, saya harus adakan komunikasi produktif terlebih dahulu. Sebagai bentuk belajar konsekuensi, misal
cukup makan 1 bungkus coklat kecil, hanya boleh lihat bungkusnya saja. Kejadian
tadi tanpa preparation dan menyebabkan
Mahira tantrum.
Bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya saat itu betapa hal yang saya jaga namun di
porak porandakan begitu saja. Bahkan tidak ada intro saya di tanya “Apa Mahira
boleh makan coklat?”
Namun hari ini
saya sangat bersyukur, sangat bersyukur dan memahami kenapa kejadian ini menimpa saya. saya jadikan moment ini adalah jalan pembuka untuk saya mengenalkan bentuk
kemandirian kedua setelah mencuci tangan sendiri, yaitu agar Mahira menyadari kapan ia harus menyikat
gigi.
Untuk proses menyikat giginya tentu masih saya bantu. Proses belajar
mandiri, tidak serta merta mengartikan skill sebagai kemampuan yang berkaitan
dengan motorik saja., apalagi usia Mahira yang baru menginjak 22 bulan.
Kemandirian ini tidak ingin saya artikan sebagai agar anak cepat bisa semuanya sendiri. Namun saya mengartikan skill
ini cukup luas dan game ini sebagai proses belajar.
Bahkan jika Mahira
mampu menyadari kapan ia harus sikat gigi, saya akan sangat bersyukur karena dari
titik kesadaran kemandirian itu sendiri artinya ia sudah mengantongi potensi
one skill. InsyaAllah, dengan bertambahnya usia, skill yang dimaksudkan secara tersebut dapat ia praktekkan dengan baik.
Keadaan tadi adalah
best a way untuk membuka babak baru memberi
pemahaman ke Mahira, kapan ia harus menyikat gigi. Kebetulan coklat yang
dipaksa untuk dilahap Mahira tersangkut di gigi, sehingga ia merasa susah payah
menelannya. Saya mengambilnya dengan tisu dan mengatakan jika sampai rumah Mahira
harus sikat gigi. Mahirapun mengangguk dan meletakkan coklat tersebut.
Ia menyuruh saya
untuk menghabiskan coklatnya dan ia membuang sendiri bungkus coklat yang teman
Mama letakkan di meja ke tempat sampah. MasyaAllah… Saya berusaha mengalihkan Mahira dengan mengajarkan warna dari bungkus -bungkus coklat tersebut. sembari saya mengatur ritme nafas saya dan meminum air putih seraya beristigfar. Alhamdulillah Mahira antusias belajar dan tidak membuka bungkusan itu kembali.
Tiba di rumah, Mahira
sengaja saya perlihatkan kegiatan saya menyikat gigi dan alhamdulillah dia juga
mau untuk menyikat giginya. Mahira memang belum konsisten dalam sikat gigi, terkadang mau terkadang berontak. dengan belajar memunculkan kesadarannya, InsyaAllah Mahira akan menyadari kapan ia harus menyikat giginya. Amin..
#Harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
#onedayonepost
#ODOP_6
No comments:
Post a Comment