October 11, 2018

Saat si kecil menyadari kapan harus menyikat gigi






DAY08-TantanganGameLevel

Pada #Harike8 Mahira hari ini saya ajak silaturahmi ke rumah teman Mama. Kebetulan Mama saya sudah lama tidak jumpa temannya sejak beliau baru pulang ibadah haji bulan lalu. Begitu tiba disana, Mahira saya saya perlihatkan dengan kegiatan saya mencuci tangan sehabis berpergian. Ia pun dengan spontan meminta agar tangannya juga di cuci. MasyaAllah Tabarakallah..

Hari ini menjadi hari yang cukup pilu, karena Mahira dipaksa untuk makan coklat oleh teman Mama.

“Maaf Tante.. Mahira tidak makan coklat.” Tolak saya perlahan.

Namun dengan cekatan beliau membuka bungkus dan menyodorkannya pada Mahira.

“Tidak apa-apa, hanya sekali ini.” Saya coba jelaskan dengan tegas hingga akhirnya Mahira menangis, saya biarkan suara Mahira memekik telinga penghuni rumah sebagai bentuk ketegasan saya, bahwa tidak ya tidak. Agar orang tersebut tahu keputusan yang sudah saya ambil.

Sedih saja bahkan marah yang tertahan karena Mahira tetap merengek untuk meminta coklat. Saya coba lakukan komunikasi produktif pengalihan dengan makanan lainpun tidak bisa dan akhirnya Mahira tetap dipaksa untuk makan coklat tersebut. Saya tidak bisa apa-apa.

Ada sikap yang saya sangat jaga mengingat beliau adalah teman Mama, Mamapun marah dan menyampaikan ketidaksukaannya. 

Biasanya sebelum Mahira memakan coklat, saya harus adakan komunikasi produktif terlebih dahulu.  Sebagai bentuk belajar konsekuensi, misal cukup makan 1 bungkus coklat kecil, hanya boleh lihat bungkusnya saja. Kejadian tadi tanpa preparation dan  menyebabkan Mahira tantrum.

Bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya saat itu betapa hal yang saya jaga namun di porak porandakan begitu saja. Bahkan tidak ada intro saya di tanya “Apa Mahira boleh makan coklat?”

Namun hari ini saya sangat bersyukur, sangat bersyukur dan memahami kenapa kejadian ini menimpa saya. saya jadikan moment ini adalah jalan pembuka untuk saya mengenalkan bentuk kemandirian kedua setelah mencuci tangan sendiri, yaitu agar Mahira menyadari kapan ia harus menyikat gigi. 

Untuk proses menyikat giginya tentu masih saya bantu. Proses belajar mandiri, tidak serta merta mengartikan skill sebagai kemampuan yang berkaitan dengan motorik saja., apalagi usia Mahira yang baru menginjak 22 bulan. Kemandirian ini tidak ingin saya artikan sebagai agar anak cepat bisa semuanya sendiri. Namun saya mengartikan skill ini cukup luas dan game ini sebagai proses belajar. 

Bahkan jika Mahira mampu menyadari kapan ia harus sikat gigi, saya akan sangat bersyukur karena dari titik kesadaran kemandirian itu sendiri artinya ia sudah mengantongi potensi one skill. InsyaAllah, dengan bertambahnya usia, skill yang dimaksudkan secara  tersebut dapat ia praktekkan dengan baik.

Keadaan tadi adalah best a way untuk membuka  babak baru memberi pemahaman ke Mahira, kapan ia harus menyikat gigi. Kebetulan coklat yang dipaksa untuk dilahap Mahira tersangkut di gigi, sehingga ia merasa susah payah menelannya. Saya mengambilnya dengan tisu dan mengatakan jika sampai rumah Mahira harus sikat gigi. Mahirapun mengangguk dan meletakkan coklat tersebut. 

Ia menyuruh saya untuk menghabiskan coklatnya dan ia membuang sendiri bungkus coklat yang teman Mama letakkan di meja ke tempat sampah. MasyaAllah… Saya berusaha mengalihkan Mahira dengan mengajarkan warna dari bungkus -bungkus coklat tersebut. sembari saya mengatur ritme nafas saya dan meminum air putih seraya beristigfar.  Alhamdulillah Mahira antusias belajar dan tidak membuka bungkusan itu kembali.



Tiba di rumah, Mahira sengaja saya perlihatkan kegiatan saya menyikat gigi dan alhamdulillah dia juga mau untuk menyikat giginya. Mahira memang belum konsisten dalam sikat gigi, terkadang mau terkadang berontak. dengan belajar memunculkan kesadarannya, InsyaAllah Mahira akan menyadari kapan ia harus menyikat giginya. Amin..




#Harike8
#Tantangan10hari
#GameLevel2
#KuliahBundaSayang
#MelatihKemandirian
#InstitutIbuProfesional
#onedayonepost
#ODOP_6


No comments:

Post a Comment