#Day05
#Dapur
“Pah..
minyak goreng habis.” Ucap Mamaku saat Papaku membersihkan sink agar nampak
selalu baru.
Papa bisa
menghabiskan satu botol harpic dengan lima kali oles dengan durasi kurang lebih
dua jam pada sink dapur agar nampak seperti baru. Bagiku ini salah satu
romantisme yang istimewa. Namun rupanya Mama tidak terlalu suka karena
aktivitasnya bertemu sink menjadi terganggu apalagi dengan aroma perpaduan HCL,
Oxalid Acid dan NaOH yang bikin pusing itu.
“Apa saja
yang habis?” tanya Papaku.
Kemudian biasanya
Mama menyuruhku mencatat daftar belanjaan yang entah kenapa bisa panjang
padahal hanya mengatakan jika minyak goreng saja yang habis. Aku baru memahami
jika Papa adalah orang yang luar biasa dalam memberikan feedback dari kode yang
Mama berikan.
Minyak
Goreng
Gula ¼ kg
(2 bungkus)
Telor 1
Kg
Mie
Goreng
Mie Rebus
Kecap
Sauce
Teh
dll
Aku
biasanya menuliskan dengan malas jadi tulisanku asal. Namun ketika aku
memberikan daftar tersebut ke Papa. Papa mengoreksi penulisanku, tidak hanya penulisan
huruf ‘G’ ku yang tidak rapi hingga sulit terbaca. Namun penulisan angka ‘4’
hingga huruf kapital M pun tak luput ia koreksi. Begitulah Papaku, beliau
sangat detail.
“Ini
nulis asal apa gimana? ‘G’ kok kayak angka enam!” Koreksi Papa terhadapku.
Sejak
saat itu aku selalu berhati-hati menulis untuk dibaca Papa, bahkan menuliskan
daftar belanjaan untuk dapur aku begitu serius. Poin ini masih menjadi PR untuk
aku dalam menulis agar bisa lebih rapi. Beruntung dengan adanya gadget, aku
dapat mengetik daftar belanjaan dapur pada notes. Seperti tertolong dari
tulisanku yang tidak bisa rapi sampai kapanpun.
Entah
kapan terakhir kali aku menulis daftar belanjaan dapur, kadang aku rindu hal
itu. Pernah minggu lalu aku mengadakan peruntungan untukku. Kebetulan aaku
masih di rumah mereka. Biasanya setiap Papa mau pergi, ia memberi tawaran, mau
titip apa? Maka aku membuat daftar belanjaanku di dalam kertas. Tentunya dengan
rapi dan hati-hati. Sayangnya, bukan mendapat koreksi lagi namun dengan cepat
Papa memfoto daftar belanjaan tersebut dan mengubahnya menjadi bentuk JPEG.
Kemudian
ia membacanya satu-persatu, saat itu sesuai Papa langsung berangkat. Rasanya
teknologi sudah membuatnya tidak mempermasalahkan lagi huruf-huruf yang aku
tulis. Ada sedikit rasa lega ternyata koreksinya saat dulu kala begitu membekas
hingga membuatku tak sadar dapat menulis dengan rapi.
#Wanitadanpena
#10dayschallenge
#RumbelLM
#onedayonepost
#ODOP_6
#odopbatch6
No comments:
Post a Comment